Share This Article
Baru-baru ini sebuah penelitian menyebutkan bahwa perawatan menggunakan antibodi monoklonal dari perusahaan farmasi Regeneron cukup efektif dalam mengurangi risiko kematian pada pasien positif COVID-19. Bagaimana fakta sebenarnya?
Apa itu Regeneron?
Regeneron adalah sebuah perusahaan farmasi yang berpusat di New York, Amerika Serikat. Perusahaan tersebut terlibat dalam banyak penelitian terkait COVID-19 sejak pandemi berlangsung di awal 2020.
Dari berbagai studi tersebut, Regeneron menciptakan antibodi monokonal (MAB) yang dipakai untuk membantu melawan infeksi COVID-19. Antibodi monoklonal merupakan antibodi yang dibuat di laboratorium.
Food and Drug Administration (FDA) sudah mengeluarkan izin darurat penggunaan MAB untuk penanganan COVID-19 pada awal Oktober 2020.
Tentang penelitian terkait
Sebuah uji coba oleh tim bernama RECOVERY menemukan fakta bahwa terapi menggunakan antibodi monokloal dari perusahaan Regeneron bisa menekan angka kematian pada pasien yang positif terinfeksi COVID-19.
Penelitian dilakukan secara acak pada 9.785 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. Uji coba berlangsung selama beberapa bulan, antara 18 September 2020 hingga 22 Mei 2021.
Ribuan pasien tersebut mendapatkan perawatan kombinasi antibodi monoklonal melalui infus. Penelitian mengamati cara kerja dan efek terapi pada pasien yang tidak mengalami peningkatan respons antibodi alami (seronegatif) dan yang mengembangkan antibodi secara alami (seropositif).
Dikutip dari laman resmi RECOVERY, terapi tersebut cukup efektif mengaktifkan antibodi pada pasien bergejala parah. Pada beberapa pasien, respons antibodi alami umumnya belum mengalami peningkatan.
Angka kematian diketahui lebih tinggi dua kali lipat pada pasien COVID-19 yang tidak mengalami peningkatan respons antibodi di dalam tubuhnya. Hal tersebut juga berkaitan dengan tingkat keparahan gejala yang dialami oleh pasien.
Baca juga: Studi Terbaru: Gabungan Dua Vaksin Berbeda Lebih Efektif Cegah COVID-19
Cara kerja antibodi monoklonal
Antibodi monoklonal bekerja dengan mekanisme tertentu dalam melawan infeksi COVID-19. Kandungan dari obat tersebut bisa mengikat secara khusus protein virus Corona yang sebelumnya telah mengalami lonjakan.
Efeknya, ini dapat menetralkan kemampuan virus dalam menginfeksi sel lain yang masih sehat. Protein lonjakan adalah mediator utama dari infektivitas virus yang dapat memperparah kondisi.
Penelitian lain yang juga dilakukan oleh tim Regeneron menyimpulkan, terapi antibodi monoklonal bisa mencegah mutasi virus SARS-CoV-2 di dalam tubuh. Tentu saja, hal ini dapat menekan manifestasi gejala klinis yang dialami olah pasien.
Di sisi lain, perbaikan gejala akan mengurangi angka fatalitas (kematian) serta mempercepat proses penyembuhan.
Diklaim juga bisa memperpendek masa rawat inap
Beberapa bulan yang lalu, tim Regeneron menemukan fakta dari penelitian sebelumnya bahwa terapi antibodi monoklonal bisa memperpendek durasi rawat inap pasien COVID-19 di rumah sakit. Disebutkan pula bahwa terapi itu dapat menekan angka fatalitas hingga 70 persen.
Selain itu, perawatan menggunakan antibodi monoklonal pada beberapa pasien telah terbukti bisa mempersingkat durasi gejala infeksi hingga empat hari. Perawatan tersebut menggunakan dosis 1.200 mg hingga 8.000 mg.
Bahkan, dikutip dari Healthline, perawatan serupa juga diberikan kepada Donald Trump, mantan presiden Amerika Serikat, yang pernah tertular virus Corona pada Oktober tahun lalu. Hasilnya, Trump segera membaik beberapa hari setelah dinyatakan positif COVID-19.
Kekhawatiran terhadap varian baru
Meski cukup efektif mempersingkat durasi gejala COVID-19 dan menekan angka fatalitasnya, kekhawatiran pada terapi antibodi monoklonal mulai dipikirkan oleh sejumlah kalangan saat muncul banyak varian baru.
Sebab, beberapa varian dari virus Corona berpotensi resisten terhadap terapi ini. Resistensi adalah kondisi ketika suatu virus atau bakteri kebal terhadap obat. Akibatnya, bukannya sembuh, kondisinya dapat memburuk.
FDA sendiri menyatakan, ada varian virus tertentu yang terbukti bisa mengurangi efektivitas dari antibodi monoklonal, meski tidak menyebabkan kasus resistensi.
Antibodi monoklonal dirancang untuk menetralkan protein lonjakan dari virus. Di sisi lain, efek tersebut mungkin bisa terdampak oleh virus varian baru yang memiliki jumlah mutasi lebih tinggi.
Nah, itulah ulasan tentang penelitian baru-baru ini terkait terapi antibodi monoklonal oleh Regeneron yang diklaim bisa meminimalkan angka kematian akibat COVID-19. Untuk membantu memutus penularan, selalu terapkan protokol kesehatan, ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!