Share This Article
Alur program ini sederhana, tetapi melibatkan banyak pemangku kepentingan. “Ada satu pusat yang mengendalikan data hasil PCR. Apabila hasil PCR seseorang (+), orang itu akan langsung di-WA yang menyatakan Anda (+) COVID dan bisa melakukan telekonsultasi. Tujuannya untuk menahan laju orang ke RS karena RS sudah penuh sekali. Setelah berhasil memulai konsultasi melalui telemedicine.
Dokter menanyakan adakah gejala-gejala yang membutuhkan perawatan khusus sehingga harus dirawat di RS. Dari jawaban itu akan ditentukan, akan ditentukan bahwa pasien ini tidak perlu pergi ke rumah sakit, dan diisolasi sendiri dan kemudian akan dirawat sesuai dengan kategorinya.
“Obat-obatan yang sesuai juga diresepkan dan dikirim ke rumah pasien,” ujar dr. Ega dalam webinar kerja sama Great Eastern Life Indonesia dan Asosiasi Ahli Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (APARI) yang baru saja mendapatkan award dari World Business Outlook sebagai The Best Educational Service Provider of the Year, dan The Best Insurance and Reinsurance Brokers Training Company – Indonesia 2021.
Memang isoman di rumah lebih nyaman karena waktu itu RS penuh sekali sampai-sampai tempat tidur diletakkan di tenda di luar RS. Namun, ada persyaratan kelayakan yang ketat untuk memenuhi syarat pasien untuk isolasi di rumah.
Dokter Ega menjelaskan ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu syarat klinis dan syarat rumah. Apabila salah satu tidak terpenuhi maka isoman tidak bisa dilakukan. Syarat klinis meliputi usia di bawah 45 tahun, tanpa komorbid, tidak ada penyakit kronis yang diderita, dan tanpa gejala atau hanya gejala ringan. Syarat rumah meliputi dapat tinggal di kamar terpisah dan ada kamar mandi di dalam rumah.
Apabila tidak memenuhi dua syarat tadi, harus dimasukkan ke tempat perawatan khusus. Di Jakarta misalnya, Wisma Atlet ditetapkan sebagai tempat isolasi bagi pasien atau keluarga yang tidak memenuhi kriteria isolasi di rumah untuk berbagai skenario.
“Program pemerintah ini memberikan bukti nyata bahwa telemedicine ini berhasil dikelola. Hampir 80% dari program isolasi mandiri ini berhasil dikelola selama periode 10-14 hari, orang (+) COVID dirawat di rumah saja dengan pemantauan dokter melalui telemedicine. Sisanya yang 20% terjadi pemburukan sehingga dengan sangat terpaksa kita melakukan rujukan karena memang itu yang dibutuhkan pasien.
Sementara keberhasilan telemedicine untuk penyakit-penyakit common illness lebih besar lagi, yaitu 93—98%.” Keefektifan dan keefisienan telemedicine, termasuk sistem pembayaran yang cashless membuat telemedicine sudah terintegrasi ke asuransi, seperti Good Doctor dengan Great Eastern Life Indonesia. Untuk mencapai tujuan satu dokter untuk setiap keluarga di Indonesia dan Asia Tenggara, Good Doctor (GD) mengembangkan ekosistem kesehatan yang holistik. Ekosistem itu terdiri dari pharmacies, payors, providers, dan patients.
“Di platform Good Doctor dan GrabHealth terlihat perubahan user behavior yang signifikan baik dari sisi konsultasi dokter secara daring maupun pembelian obat dan produk kesehatan. Hal ini terjadi tidak hanya di kota-kota besar, tetapi di seluruh provinsi. Pertumbuhan transaksi hanya dari apotek independen di Good Doctor lebih dari 300% dalam satu tahun terakhir, yaitu periode Januari—Oktober 2020 hingga Januari—Oktober 2021. Ini menunjukkan bahwa animo masyarakat Indonesia sudah lebih mengarah ke kanal digital,” ujar Danu Wicaksana, Managing Director of Good Doctor Technology Indonesia dalam talk show Danone Indonesia Pharmacy Growth Academy baru-baru ini.
Perubahan perilaku ini awalnya memang disebabkan pandemi COVID-19 yang membuat orang khawatir ke luar rumah. Namun, karena sudah merasa nyaman dengan online perilaku ini dapat berkelanjutan di era pasca pandemi. Menurut Danu, “Selain perubahan user behavior, harus ada pula shifting behavior dari regulator dan principal-principal partners, termasuk Danone yang sangat inovatif.
Perusahaan-perusahaan global seperti Danone menggunakan kanal-kanal digital seperti Good Doctor maupun Grab Health untuk melayani pelanggan dengan lebih baik. Mereka menggunakan kanal-kanal digital untuk memberikan edukasi dan memperkenalkan produk baru sehingga pelanggan-pelanggan melakukan adaptasi, apabila sekarang mereka mencari info tentang produk baru atau produk kesehatan, tidak harus ke koran atau radio, tetapi ke kanal-kanal digital seperti aplikasi kesehatan kami.
Pandemi ini membuat orang-orang lebih aman dan nyaman untuk memesan produk-produk kesehatan secara online karena mengurangi interaksi serta waktu bepergian. Hal inilah yang membuat regulator, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, dan beberapa institusi lain memberikan semacam toleransi untuk platform digital seperti Good Doctor untuk memberikan prescription digital sehingga orang-orang Indonesia yang membutuhkan obat atau produk kesehatan yang membutuhkan resep bisa memperoleh resepnya di Good Doctor secara elektronik dan mendapatkan produknya hanya dengan menunggu di rumah.
Pengemudi kami dari Grab Express akan mengantarnya.” Perkembangan teknologi digital dan ketiga daya penggerak di atas membuka peluang penjualan produk kesehatan secara online. “Pemerintah meng-update regulasi secara berkala dan ini sebagai peluang yang sangat baik untuk menambah kanal penjualan ke digital. Penjualan produk-produk Foods for Special Medical Purposes (FSMP) membutuhkan resep dokter. Untuk memperoleh resep dokter secara fisik tentu saja tidak mudah, terutama di masa pandemi yang kita belum tahu sampai kapan.
Jika bergabung dengan platform digital seperti GD, kami bisa menyediakan user journey end to end. Artinya, pengguna yang datang dan membutuhkan produk tersebut bisa mengkonsultasikan kebutuhannya dengan dokter kami. Ketika dokter kami merasa bahwa produk tersebut memang dibutuhkan pelanggan tersebut, dokter kami bisa membuat e-prescription yang kemudian akan diteruskan ke apotek, yang berada dalam radius 5—10 km di sekitar pelanggan.
Ketika ada apotek yang bergabung di platform kami, tentu saja apotek itu akan memiliki kesempatan yang lebih untuk bisa mendapatkan penjualan dari pengguna-pengguna yang membutuhkan produk-produk FSMP tersebut.” Sampai saat ini lebih dari 1.000 apotek independen telah terdaftar di ekosistem GD dengan jangkauan pengiriman di lebih dari 100 kota dengan rata-rata waktu pengiriman kurang dari satu jam.
Studi kasus berjudul “Rapid Scaling of Telemedicine to Address Unmet Healthcare Needs: Good Doctor Technology Indonesia” yang diterbitkan oleh Saw Swee Hock School of Public Health, National University of Singapore pada November 2021 menunjukkan bahwa ketika telemedicine ditambah dengan teknologi peningkatan produktivitas, itu dapat sangat memperluas akses ke perawatan primer.
GDTI juga berhasil melayani lebih dari 13 juta pasien dalam 2 tahun pertama beroperasi. Kedua, dengan bermitra dengan aplikasi konsumen yang paling banyak digunakan, penyedia layanan kesehatan dapat meningkatkan jangkauan mereka jauh lebih cepat daripada melalui pertumbuhan organik. Ini sangat penting terutama bagi negara-negara yang memiliki kebutuhan signifikan dan kesenjangan besar untuk diatasi dalam perjalanan menuju Cakupan Kesehatan Universal dan pencapaian SDG Goal 3.
Ada potensi luar biasa untuk membangun keberhasilan awal dan memperluas platform untuk mendukung skema cakupan kesehatan perawatan primer nasional serta mengembangkan aplikasi lebih lanjut untuk layanan spesialis. Ketiga, dalam konteks COVID-19, ada juga peluang untuk memanfaatkan perusahaan teknologi kesehatan seperti GDTI untuk mendukung program isolasi mandiri dan mengurangi beban rumah sakit. Keempat, melalui rencana kerja sama GDTI dengan berbagai pemangku kepentingan di Indonesia, GDTI akan terus mendukung upaya Kementerian Kesehatan dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas melalui inovasi digitalnya.
Satu hal yang patut disyukuri dari pandemi COVID-19 adalah peningkatan akselerasi teknologi digital di hampir seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatan. Dalam bidang kesehatan ada 3 masalah utama, yaitu akses, biaya, dan kualitas layanan. Ketiga masalah ini dapat diatasi dengan teknologi digital. Dalam webinar “Mengoptimalkan Teknologi Digital untuk Mendukung Pelayanan kepada Lansia” pada pertengahan November ini, dr. Adhiatma Gunawan, Head of Medical PT Good Doctor Technology Indonesia (GDTI) mengatakan, “Implementasi teknologi digital bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan problem tersebut. Teknologi digital dapat membantu setiap orang dari Sabang sampai Merauke untuk memperoleh akses. Teknologi digital juga membuat biaya jauh lebih efisien, tentunya tanpa mengurangi kualitas layanan yang diberikan.”
Webinar tersebut diadakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) dalam rangka peluncuran dan sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan. Menteri PPN/Kepala Bappenas, Dr. (H.C.) H. Suharso Monoarfa mengatakan, “Peraturan Presiden ini menjadi wujud komitmen pemerintah terhadap isu penuaan penduduk. Kita berharap Indonesia dapat mendorong terciptanya penduduk lanjut usia yang mandiri, sejahtera, dan bermartabat melalui penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan program kelanjutusiaan yang sistematis.”
Dalam acara ini sekaligus disampaikan perkembangan uji coba Platform Digital SILANI (Sistem Informasi Lansia) yang digagas oleh Bappenas. “Yang ingin kita capai dari SILANI ini adalah memberikan lansia akses layanan yang lebih baik dengan pemanfaatan teknologi yang lebih luas sehingga terus aktif, sehat, dan sejahtera,” ujarnya. Digitalisasi SILANI dalam bentuk aplikasi berbasis website dan android untuk asesmen kerentanan lansia, rujukan layanan, dan manajemen kasus dilakukan di antaranya untuk meningkatkan literasi digital lansia yang saat ini masih relatif rendah, yakni 46,68% pada 2020.
Namun demikian Plaform Digital SILANI juga memiliki visi menyasar lansia masa depan yang diprediksi sebagai kelompok lansia dengan literasi digital yang lebih tinggi. “Melalui inisiatif kemitraan kami dengan berbagai pemangku kepentingan, dengan sektor publik maupun swasta, kami akan secara berkesinambungan memberikan dukungan atas inisiatif edukasi kesehatan masyarakat untuk memastikan bahwa populasi lansia tidak ditinggalkan di era digital saat ini,” ujar dr. Adhiatma.
Sebagai salah satu platform kesehatan yang bertujuan untuk menyediakan layanan kesehatan di Indonesia bagi semua kelompok usia, GDTI telah membuktikan bahwa teknologi digital kesehatan dapat mempermudah lansia dalam memperoleh vaksinasi COVID-19. Dokter Adhiatma mengatakan, “Lebih dari 9.000 lansia yang menggunakan layanan digital kami untuk mengakses layanan vaksinasi di 18 kota di Indonesia. Lansia harus memenuhi sejumlah kriteria agar bisa divaksin.
Apa jadinya kalau terjadi penumpukan di tempat vaksin? Karena lansia mempunyai keterbatasan untuk pergi ke tempat vaksin dan menunggu sekian lama. Oleh karena itu, kami melakukan pre-screening dengan cara memindahkan sejumlah pertanyaan ke dalam aplikasi. Kuesioner itu harus diisi terlebih dulu sesuai dengan kondisi kesehatan lansia. Langkah ini kami lakukan dengan tujuan efisiensi dalam rangka operasional pelaksanaan vaksin dan penjadwalan vaksin dapat dilakukan lebih akurat sehingga penduduk lansia yang datang ke tempat vaksinasi tidak perlu menunggu terlalu lama.
Tentu ini memberikan kenyamanan dan sebagai contoh nyata bagaimana telemedicine platform seperti Good Doctor memberikan kemanfaatan untuk penduduk lansia.” Literasi digital pada kelompok lansia memang lebih rendah daripada generasi milenial bahkan anak-anak muda zaman sekarang. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan GD tetap memberikan layanan kesehatan kepada lansia. “Kami menyediakan konsultasi mewakili keluarga yang ada atau consult on behalf. Jadi, sekalipun lansia tidak mampu menggunakan digital platform secara langsung, care giver ataupun anggota keluarga bisa membantu.
Mitra-mitra dokter kami akan melayani dengan sepenuh hati, akan memberikan sesuai dengan yang dibutuhkan; baik layanan konsultasi online maupun jika lansia membutuhkan resep dan produk-produk kesehatan.”
Good Doctor Mengimbau Penyandang Diabetes untuk Meningkatkan Manajemen Kesehatan Secara Keseluruhan di Tengah COVID-19
Tahukah Anda bahwa penyandang diabetes melitus (DM) lebih mungkin mengalami komplikasi serius akibat COVID-19? Secara umum, penyandang diabetes lebih cenderung memiliki gejala dan komplikasi yang lebih parah ketika terinfeksi virus apa pun.
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta menunjukkan bahwa pasien dengan DM memiliki kemungkinan mendapat perawatan intensif lebih dari 2,5 kali dibandingkan populasi tanpa DM. Kematian/mortalitas pada pasien DM memiliki kemungkinan meningkat 2,5 kali dibandingkan pasien tanpa DM. Dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia yang jatuh pada 14 November, Good Doctor mengimbau masyarakat untuk meningkatkan upaya menjaga kesehatan guna membantu mengurangi risiko tertular virus.
Untuk menyampaikan pesan ini kepada berbagai kelompok umur di seluruh Indonesia, tim Good Doctor telah menyelenggarakan beberapa inisiatif untuk berbagi tips dan rekomendasi kesehatan yang kredibel untuk meningkatkan kesadaran tentang diabetes. Berbicara pada rangkaian webinar #GoodKnowledgeGoodHealth bekerja sama dengan LSPR Communication & Business Institute, baru-baru ini, Dr. Rulli Rosandi, SpPD-KEMD, spesialis penyakit dalam di Good Doctor menyatakan, “Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai oleh kenaikan kadar gula darah akibat gangguan dalam produksi insulin, dan atau gangguan fungsi insulin.” DM memiliki beberapa gejala, yaitu
- Sering buang air kecil terutama pada malam hari,
- Cepat merasa lapar dan dahaga,
- Berat badan menurun sebaliknya nafsu makan bertambah,
- Cepat merasa lelah dan ngantuk,
- Mudah timbul bisul atau abses dengan kesembuhan yang lama,
- Gatal-gatal terutama pada kelamin bagian luar,
- Kesemutan,
- Gairah seks menurun,
- Penglihatan kabur, ditandai dengan seringnya berganti ukuran kacamata, dan
- Ibu yang melahirkan bayi lebih dari 4 kg. “Untuk menentukan seseorang diabetes, orang itu harus memeriksakan kadar gula darahnya, tidak bisa hanya berdasarkan gejalanya.”
Seseorang tidak langsung menjadi diabetes. Dimulai dari normal menjadi prediabetes lalu diabetes. “Seseorang dikatakan diabetes apabila gula darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl, gula darah post pembebanan glukosa (GDPP) 200 mg/dl, dan Hba1C ≥ 6,5 %.”
Serba Serbi Diabetes
Pasien diabetes di Indonesia terus meningkat yang terlihat dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional. “Pada 2007 persentasenya sebesar 5,7% meningkat menjadi 6,9% (2013) lalu meningkat lagi menjadi 10,9% (2018). Apabila penduduk Indonesia berjumlah 250 juta berarti ada sekitar 25 juta penduduk Indonesia yang mengalami diabetes atau yang biasa disebut diabetesi.
Selain itu, proporsi diabetes usia muda di Asia Tenggara lebih tinggi dibandingkan wilayah lain. Di Asia Tenggara didominasi usia paruh baya (40—59 tahun) diikuti usia muda (20—39 tahun). Berbeda dengan di Eropa yang didominasi penduduk usia tua (60—79 tahun). Gambaran klinis pada pasien DM di bawah usia 40 tahun di Asia menunjukkan banyak tipe 2 dan sering diawali dengan kegemukan serta 80% ada riwayat keluarga.
Yang menjadi masalah dalam diabetes adalah komplikasinya, seperti stroke, penyakit kardiovaskular, neuropati diabetik, gangguan ginjal, dan gangguan mata. DM tipe 2 pada usia muda menimbulkan komplikasi yang lebih agresif, komplikasi pada pembuluh darah kecil dan besar lebih cepat timbulnya, berkurangnya usia harapan hidup, mortalitas lebih nyata dibandingkan populasi umum, mortalitas lebih nyata dibandingkan tipe 1, dan komplikasi pembuluh darah besar lebih lebih nyata dibandingkan tipe 1.”
Lanjut Dr. Rulli, luka diabetes paling sering terjadi di kaki. Diabetes paling sering mengenai serabut saraf tipe panjang di bagian kaki. Kulit kaki orang diabetes sering kali kering karena terjadi gangguan saraf otonom yang mengeluarkan keringat. Karena keringatnya tidak keluar, kulit menjadi pecah-pecah sehingga apabila tidak dirawat dengan diberi pelembap dapat menjadi pintu masuk untuk kuman.
Kemudian, kuman berkembang banyak sehingga mulailah luka diabetes. Pengobatannya tergantung tipe lukanya. Jadi, kalau ada luka harus dirawat agar tidak tambah naik. Dilansir dari gooddoctor.co.id, sebuah publikasi dari American Diabetes Association tahun 2018 mencatat bagaimana diabetes bertanggung jawab terhadap 50% kasus amputasi di Amerika Serikat.
Lanjut Dr. Rulli, luka diabetes paling sering terjadi di kaki. Diabetes paling sering mengenai serabut saraf tipe panjang di bagian kaki. Kulit kaki orang diabetes sering kali kering karena terjadi gangguan saraf otonom yang mengeluarkan keringat. Karena keringatnya tidak keluar, kulit menjadi pecah-pecah sehingga apabila tidak dirawat dengan diberi pelembap dapat menjadi pintu masuk untuk kuman.
Kemudian, kuman berkembang banyak sehingga mulailah luka diabetes. Pengobatannya tergantung tipe lukanya. Jadi, kalau ada luka harus dirawat agar tidak tambah naik. Dilansir dari gooddoctor.co.id, sebuah publikasi dari American Diabetes Association tahun 2018 mencatat bagaimana diabetes bertanggung jawab terhadap 50% kasus amputasi di Amerika Serikat. Jadi apa yang bisa dilakukan penyandang diabetes untuk menjaga kesehatan mereka lebih baik terutama selama pandemi?
Pengaturan Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Perjalanan DM tipe 2: normal > prediabetes > DM tipe 2 > komplikasi > kecacatan dan kematian. Seperti diabetes yang ada perjalanannya, pencegahannya pun ada tahapannya. Dr. Rulli mengatakan, “Untuk prediabetes dilakukan pencegahan primer.
Orang yang gula darahnya meningkat, tidak normal lagi, tetapi belum diabetes, ada kemungkinan bisa kembali normal. Namun, kalau sudah DM tipe 2, maka panahnya ke arah kanan, sangat sulit untuk berbalik ke belakang. Oleh karena itu, lakukan pola hidup sehat dengan mulai berolahraga, kurangi berat badan jika kegemukan, dan perbanyak makan sayuran dan buah-buahan.”
Hubungan kegemukan dan diabetes sebenarnya sudah dibicarakan sejak 100 tahun lalu dalam The Journal of the American Medical Association 8 Januari 1921. Artikel itu menyatakan bahwa kegemukan merupakan predisposisi untuk diabetes. Jadi, pertahankan berat badan agar tidak meningkat. Dr. Rulli menjelaskan, “Peningkatan berat badan merupakan pintu masuk untuk diabetes.
Kalau sudah diabetes, ada kawannya, yaitu hipertensi, kolesterol, dan diabetes. Keempat unsur itu merupakan sindroma metabolik dengan obesitas yang menjadi bosnya. Kalau ada orang diabetes, pasti ada kolesterolnya, kalau ada kolesterolnya pasti tekanan darahnya tinggi. Semuanya berawal dari obesitas atau peningkatan berat badan.” Dr. Rulli melanjutkan, studi-studi besar telah menunjukkan bahwa pencegahan diabetes dengan lifestyle modification, yakni menjaga asupan makanan dan berolahraga 150 menit per minggu atau 30 menit per hari sudah terbukti efektif.
Obat-obatan yang diberikan untuk prediabetes pun kalah dibandingkan dengan lifestyle yang termonitor, terutama aktivitas fisik. “Aktivitas fisik yang teratur akan memperbaiki resistensi insulin. Resistensi insulin membaik, obesitas menurun. Obesitas menurun, hipertensi menurun, kolesterol menurun, risiko thrombosis menurun, dan peradangan sistemik menurun. Artinya, dengan beraktivitas fisik secara reguler ada banyak manfaat positif yang kita peroleh.”
Keturunan merupakan salah satu faktor risiko pada diabetes, tetapi tidak bersifat satu gen. Berbeda dengan hemofilia yang diturunkan dari kromosom X ke X. Pola keturunan pada diabetes bersifat poligenik. Jadi, banyak gen yang terlibat, tetapi kita belum bisa mengidentifikasi yang mana yang paling dominan.
“Sekalipun ada faktor keturunan, kita yang menentukan apakah faktor keturunan itu jadi bermanifestasi. Artinya, secara gen memang diturunkan, tetapi apabila kita menjaga pola makan yang baik dan berolahraga secara teratur, genetik itu tidak akan terbuka, tetap terkunci, tidak bermanifestasi menjadi diabetes. Itulah yang disebut dengan epigenetik,” ujar Dr. Rulli.
Pola makan yang baik berarti proporsi yang seimbang antara karbohidrat, lemak, dan protein sehingga berat badan tetap terkontrol. Berbicara mengenai pola makan jadi teringat akan mi instan yang menjadi salah satu makanan favorit orang Indonesia.
Data World Instant Noodles Association (WINA) tanggal 11 Mei 2021 menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua dalam daftar negara pengonsumsi mi instan terbanyak di dunia. Jumlahnya mencapai 12.640 juta porsi pada tahun 2020. Dilansir dari gooddoctor.co.id, mi instan mengandung karbohidrat tinggi dan bisa menyebabkan kenaikan gula darah secara cepat.
Mi instan juga tinggi sodium. Sodium dapat menaikkan tekanan darah. Apabila diabetesi ingin makan mi instan, maka pilih mi yang berbahan dasar biji-bijian utuh karena secara umum tepung yang menjadi bahan dasar mi instan memiliki indeks pati yang tinggi. Selain itu, jangan memasak mi terlalu lama karena akan mempengaruhi indeks glikemiknya dan makan 1/3 mangkok saja.
Terapi Pijat dan Obat
Pada dasarnya, masih diperlukan lebih banyak penelitian mengenai manfaat pijat untuk penyandang diabetes tipe 2. Namun, beberapa studi dalam gooddoctor.co.id menunjukkan bahwa terapi pijat dapat membantu penyandang diabetes dalam:
- Menurunkan kadar glukosa darah
- Membantu mengelola penyakit arteri perifer
- Mengelola gejala neuropati diabetes
- Memperbaiki gejala neuropati Untuk mengatasi diabetes juga memerlukan obat.
Namun, karena tipe diabetes beragam maka pengobatannya pun beragam. “Jadi, tidak bisa menyamaratakan diabetes dengan satu atau dua macam obat saja. Tipe orang dengan diabetes mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Obat yang cocok untuk A belum tentu cocok untuk B atau C. Pemilihan terapi diabetes sebaiknya berdasarkan pertimbangan dari dokter,” tegas Dr. Rulli. Ada dua bentuk obat diabetes, yaitu obat oral dan injeksi. Untuk injeksi berupa insulin atau GLP-1 RA. Dr. Rulli mengatakan, “GLP-1 disuntikkan seminggu sekali bisa mengontrol/mengendalikan gula darah. Hanya syaratnya, membutuhkan insulin dalam tubuh dengan kondisi baik. Pemberian GLP-1 untuk DM tipe 1 masih dipertanyakan, sedangkan untuk tipe 2 dengan kondisi pankreas yang masih baik sudah boleh diberikan. GLP-1 juga bisa menurunkan berat badan.”
Apakah Kekebalan Tubuh Anda Cukup Kuat untuk Menghadapi Musim Hujan Di Tengah COVID-19?
Di Indonesia, sementara kita melihat penurunan yang stabil dalam tingkat infeksi COVID-19 di seluruh negeri, warga tidak boleh menurunkan kewaspadaan mereka terutama saat memasuki musim hujan tahunan. Dengan perubahan cuaca, banyak yang jauh lebih rentan jatuh sakit, sehingga meningkatkan risiko tertular penyakit COVID-19 karena sistem kekebalan mereka yang melemah.
Saat ini Indonesia sudah memasuki musim hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan puncak musim hujan terjadi pada Januari dan Februari 2022. Meskipun musim hujan memang memberikan iklim yang lebih sejuk, penting untuk tetap sehat selama beberapa bulan ke depan. Menurut berbagai artikel kesehatan di gooddoctor.co.id, para pakar kesehatan memperingatkan, peningkatan jumlah partikel air di udara membuat kita berisiko dua kali lipat terkena berbagai infeksi yang ditularkan melalui udara.
Hal ini disebabkan kandungan air yang tinggi di udara memungkinkan berbagai mikroorganisme berbahaya berkembang biak lebih cepat daripada di iklim yang lebih hangat dan lebih kering.
Salah satu penyakit yang sering terjadi di musim hujan adalah terkait dengan sistem pernapasan. Berdasarkan penyakit yang dialami pengguna di platform Good Doctor (GD) yang berkonsultasi dengan dokter dalam jangka waktu selama akhir Oktober hingga minggu kedua November 2021, dr. Adhiatma Gunawan, Head of Medical PT Good Doctor Technology Indonesia mengutip angka yang dilacak secara internal oleh tim medis internal mereka khususnya tentang Tren Diagnosis yang meningkat yang menunjukkan bahwa kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mendominasi kategori telekonsultasi yang ditangani timnya dan memperingatkan bahwa tren yang mengkhawatirkan ini hanya akan terus meningkat jika tindakan pencegahan kesehatan tidak dilakukan untuk meningkatkan kekebalan seseorang selama periode musim hujan.
Tren Diagnosis menunjukkan peningkatan ISPA sebesar 1—2% setiap minggunya dan diprediksi akan meningkat menjadi 10% pada minggu-minggu berikutnya. Dokter Adhiatma menambahkan, mayoritas telekonsultasi pada aplikasi mobile kesehatan digital Good Doctor tidak hanya berasal dari Jabodetabek, tetapi juga dari kota-kota lain, seperti Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Palembang, Medan, Denpasar, dan Ujung Pandang.
ISPA adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan bagian atas dan dapat menular ke orang lain. Bagian tubuh yang terkena dapat berupa hidung, sinus, faring, dan laring. Gejala yang mungkin dirasakan antara lain pilek, bersin, batuk, dan hidung tersumbat. Menurut healthline.com, “Risiko ISPA akan meningkat pada orang yang sistem kekebalannya lemah.” Anak-anak dan orang tua termasuk dalam kelompok dengan daya tahan tubuh yang rendah.
Sistem imun pada anak-anak belum terbentuk sempurna, sedangkan pada lansia, seiring dengan bertambahnya usia, sistem imun akan menurun. Dilansir dari gooddoctor.co.id, virus penyebab penyakit ini bisa bertahan hidup di udara dan benda mati. Kondisi ini menyebabkan penyebaran penyakit ISPA mudah berkembang biak.
Dengan Ditemukannya Varian Baru COVID-19, Penting untuk Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh yang Sehat Meskipun telah Divaksinasi, dan Tetap Waspada
Meski di Indonesia terlihat tren penurunan angka infeksi COVID-19 yang menjanjikan, namun pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir karena pada 24 November 2021 untuk pertama kalinya varian terbaru virus Corona, Omicron dengan nama ilmiah B.1.1.529, ditemukan di Afrika Selatan. Dua hari setelah itu, WHO langsung mengumumkan bahwa varian baru itu dianggap sebagai kelompok variants of concern (VOC).
Untuk mencegah terulangnya wabah varian Delta, WHO menyarankan semua negara untuk meningkatkan kewaspadaan. Para peneliti masih melakukan studi mendalam terhadap Omicron. Untuk sementara diketahui varian tersebut memiliki beberapa mutasi yang berdampak pada perilaku virus.
Hal ini dapat mempengaruhi risiko penyebaran dan tingkat keparahan penyakit. Namun sama seperti varian sebelumnya, menerapkan protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi tetap efektif menurunkan risiko tertular serta mencegah keparahan dan kematian akibat terinfeksi Omicron.
Dalam GoodTalkSeries kerja sama Good Doctor (GD) dan Redoxon awal November ini, dr. RA. Adaninggar, SpPD menyatakan, “Vaksin untuk COVID-19 merupakan virus yang dimatikan. Vaksinasi bertujuan untuk memperkenalkan virus ini ke tubuh seseorang sebelum kita terkena virus yang sebenarnya. Saat terkena virus, tubuh akan merespons dengan membentuk antibodi dan sel ingatan atau sel memori. Antibodi merupakan senjata untuk melawan virus dan akan bertahan lama, sedangkan sel memori berfungsi untuk melindungi kita apabila terinfeksi lagi di masa yang akan datang.”
Dokter spesialis penyakit dalam GD yang disapa dengan dr. Ning ini mengatakan, “Vaksinasi sebenarnya meniru infeksi alami hanya vaksin dibuat aman karena komposisi di dalam vaksin merupakan virus yang sudah mati jadi bisa mencetuskan antibodi dan sel memori tanpa harus membuat seseorang berisiko sakit berat dan meninggal.
Vaksin hanya memicu, yang membentuk antibodi dan sel memori adalah tubuh kita masing-masing. Berapa besar antibodinya, kualitas antibodi, kualitas sel memori yang terbentuk terhadap virus ini tergantung sistem imun masing-masing. Misalnya, vaksin disuntikkan ke lansia atau ke yang punya penyakit kronis atau penyakit komorbid maka dapat menurunkan efikasinya. Artinya, pembentukan antibodi dan sel memorinya tidak sebaik pada orang yang sehat. Jadi, semua tergantung pada sistem imun kita.
Kita pun yang sepertinya sangat sehat, usianya masih muda, tidak punya penyakit komorbid, kalau kita tidak melakukan pola hidup sehat, sistem imun kita tidak sehat. Meskipun kita divaksin, belum tentu kualitas pembentukan kekebalan akan baik karena semua tergantung kualitas sistem imun kita.” Dengan kata lain, vaksinasi yang dilakukan pada seseorang dengan sistem imun yang baik akan membentuk kekebalan dengan optimal.
Tips Menghadapi Musim Hujan Seperti Sekarang
Dokter Ning mengatakan, lakukan pola hidup sehat yang meliputi kesehatan fisik dan mental dengan:
Memastikan nutrisi yang kita konsumsi baik. Nutrisi bisa diperoleh dari makanan sehari-hari. Apabila tidak dapat memenuhi kebutuhan harian yang diharuskan, kita bisa menambahkan suplemen. Contohnya, Redoxon yang lengkap dalam satu tablet; jadi tidak ribet harus minum dua atau tiga tablet.
Olahraga. Jangan sedentary life. Lakukan aktivitas fisik secara rutin supaya kebugaran terjaga. Dilansir dari gooddoctor.co.id, ada 5 jenis olahraga yang bisa dicoba di rumah saat musim hujan, yaitu:
- Peregangan fisik
- Latihan aerobik:
- Yoga
- Latihan angkat beban
- Latihan kalistenik
- Cukup tidur. Tidur berkaitan erat dengan sistem imun dan stres. Orang yang kurang tidur pasti mudah marah, mudah cemas, dan mudah stres.
- Harus bisa memanajemen stres dengan baik. Ada masalah apa pun, kita harus dapat me-manage dengan baik. Misalnya, dengan menikmati me-time. Me-time sangat penting. Harus seimbang antara worklife dan kehidupan pribadi.
- Protokol kesehatan tetap harus dilakukan karena kita masih dalam kondisi pandemi.
Selain rutin berolahraga, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memberikan tips agar tetap sehat selama musim hujan, meliputi:
- Siapkan baju, sepatu, dan kaus kaki kering
- Konsumsi minuman hangat non kafein
- Perbanyak makan buah
- Selalu sedia payung Jangan cemari lingkungan dengan rokok
Jaga rumah dari serangan nyamuk
Khusus untuk anak-anak yang lebih kecil, seperti murid sekolah dasar yang belum divaksin, dr. Ning mengatakan bahwa orang tua yang berkewajiban untuk menjaganya dengan nutrisi, konsultasi ke dokter supaya kalau ada penyakit bisa diobati sampai baik sehingga imunnya baik. Dokter spesialis anak GD, dr. Michael Andhika K. M.Biomed, SpA dalam Instagram GD menyatakan, ada dua hal yang harus diperhatikan seputar nutrisi, yaitu asupan makro dan asupan mikro.
Asupan makro berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak, sedangkan asupan mikro adalah vitamin dan mineral. “Dalam pemenuhan nutrisi pada anak, yang terpenting adalah jumlah kalorinya, yaitu 100 kalori per kg (berat badan anak) per hari. Jangan hanya fokus konsumsi protein, pastikan nutrisi lainnya juga terpenuhi termasuk kalorinya. Jadi agar seimbang, selain memenuhi asupan makronutrien, perhatikan pula asupan mikronutrien untuk anak.”