Share This Article
Era digital bisa mempermudah banyak hal dalam kehidupan, salah satunya pemantauan kondisi pasien diabetes menggunakan telemedisin. Hanya melalui aplikasi, pasien diabetes tetap bisa mendapat pantauan dokter tanpa harus pergi ke rumah sakit, termasuk dalam upaya menurunkan kadar gula darah.
Itulah salah satu temuan yang didapat dari Studi Pilot Pengelolaan Penyakit Kronis yang merupakan kolaborasi Good Doctor Technology Indonesia dengan Lembaga Penelitian Ikatan Dokter Indonesia.
Lalu, seberapa efektif aplikasi telemedisin untuk pemantauan pasien diabetes? Apakah benar bisa membantu pasien untuk menurunkan kadar gula darahnya? Yuk, kita simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Seputar penelitian telemedisin
Untuk mencapai kesimpulan, penelitian dilakukan dengan rangkaian proses yang melibatkan puluhan responden. Berikut informasi lengkapnya:
Tujuan penelitian
Secara khusus, penelitian ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, untuk mendapatkan bukti keterkaitan antara hasil klinis yang baik dengan peran dukungan aktif telemedisin. Kedua, mengukur efektivitas telekonsultasi dalam pemantauan target kadar gula darah.
Untuk mendapatkan hasil akhir, penelitian dilakukan dengan dua fase, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Fase 1 seputar persepsi konsumen dan ekspektasi terhadap telemedisin, fokus pada studi awal terhadap pasien diabetes untuk menangkap kebutuhan mereka terkait telekonsultasi.
Sedangkan fase 2, seputar efektivitas penggunaan telekonsultasi terhadap kelompok pasien diabetes (menggunakan prospective cohort study).
Jumlah responden yang terlibat
Seperti yang telah disebutkan, penelitian dilakukan dengan dua fase, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Fase 1 (kualitatif) melibatkan 15 responden (rentang usia 45-70 tahun) yang terbagi dalam tiga kelompok dalam forum group discussion (FGD) melalui Google Meet dan Microsoft Team, berlangsung pada Desember 2020.
Sedangkan fase 2 (kuantitatif), melibatkan 69 responden (rentang usia 20-85 tahun). Dalam fase ini, responden memenuhi kriteria sebagai penderita diabetes. Fase ini dimulai pada Januari 2021 dan pengamatan terhadap responden berlangsung selama tiga bulan (pemantauan kadar gula darah).
Dari jumlah tersebut, 29 sebagian pasien di antaranya menggunakan aplikasi Good Doctor untuk mendapatkan intervensi treatment. Sementara sisanya, berperan sebagai kelompok control yang 40 respoden tidak menggunakan aplikasi tersebutGood Doctor.
Penelitian ini juga melibatkan sejumlah klinik BPJS Kesehatan di Bekasi, Bogor, dan Depok, yang berperan sebagai pendamping responden dalam pengamatan kadar gula darah.
Metodologi
Responden dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kelompok kontrol adalah pasien diabetes tanpa intervensi dari platform telemedisin. Sedangkan kelompok intervensi mendapatkan notifikasi dan pengingat secara berkala, telekonsultasi dengan dokter di Good Doctor, dan edukasi informasi secara teratur.
Hasil penelitian
Masing-masing fase (kualitatif dan kuantitatif) mendapatkan hasil setelah dilakukan rangkaian proses penelitian, yaitu sebagai berikut:
Fase 1
Dari forum group discussion yang dilakukan pada tiga kelompok, didapatkan hasil bahwa monitoring diabetes yang dilakukan lewat aplikasi Good Doctor mendapat penerimaan positif dari responden. Platform tersebut punya potensi untuk mendukung pengamatan keadaan pasien diabetes, terutama self-care monitoring pada perkembangan kondisi kesehatannya.
Meski, responden yang telah memasuki usia lanjut mungkin akan sedikit kesulitan dalam menggunakan aplikasi karena keterbatasan kemampuan pengoperasian teknologi. Maka dari itu, fitur dan navigasi yang mudah dan user-friendly dibutuhkan agar lansia juga bisa menggunakannya dengan mudah.
Sebaliknya, karena memiliki pemahaman dan kemampuan lebih baik dalam penggunaan teknologi, layanan telemedisin bisa mempermudah pasien diabetes usia muda untuk melakukan self-monitoring kondisi kesehatannya. Mengingat, angka pasien diabetes usia muda cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Fase 2
Kelompok yang menggunakan aplikasi Good Doctor secara penuh mengalami penurunan kadar gula darah hingga akhir tiga bulan pemantauan. Sedangkan kelompok dengan intensitas keterlibatan tidak penuh, kondisi gula darahnya relatif tidak berubah. Rata-rata kadar gula darah kelompok kontrol atau yang tidak menginstall aplikasi Good Doctor yakni 44,8 mg/dL lebih tinggi dibandingkan kelompok yang menginstall aplikasi Good Doctor (treatment).
Namun, jumlah populasi dalam studi ini cukup kecil, karena terdampak situasi pandemik COVID-19. Maka, diperlukan riset lanjutan dalam skala yang lebih besar untuk mendapatkan hasil lebih lengkap. Tak hanya itu, dalam pelaksanaannya, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah literasi digital dari para responden.
Kebanyakan pasien penyakit kronis adalah kelompok lansia yang mempunyai kemampuan cukup rendah dalam hal pengoperasian aplikasi mobile. Pun, kebanyakan pasien lansia membutuhkan bantuan dari keluarga atau pendamping untuk pengoperasian aplikasi digital.
Kesimpulan
Peran serta telemedisin diharapkan dapat memberi dampak positif lebih besar pada pengelolaan penyakit kronis di klinik BPJS, yang dapat memberikan hasil klinis lebih baik pada pasien, sehingga pada akhirnya dapat berdampak pada efisiensi beban biaya BPJS Kesehatan.
Nah, itulah ulasan tentang uji pilot pengelolaan penyakit kronis yang dilakukan oleh Good Doctor. Agar tubuh tetap sehat, kamu bisa memantau perkembangan kesehatan menggunakan aplikasi Good Doctor, ya! Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.
Lakukan upaya pencegahan diabetes dengan deteksi dini. Yuk, cek risiko prediabetes melalui GrabHealth atau selengkapnya di aplikasi Good Doctor.
Referensi:
Studi Pilot Pengelolaan Penyakit Kronis Good Doctor Technology Indonesia