Share This Article
Hamil bukan menjadi suatu halangan bagi pasangan suami-istri untuk berhubungan seks. Namun, itu tak berlaku untuk semua ibu hamil. Ada beberapa keadaan yang membuat ibu hamil tidak boleh berhubungan intim dengan pasangannya.
Lantas, apa saja kondisi yang mengharuskan ibu hamil untuk tidak berhubungan seks? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Berhubungan seks saat hamil
Sebenarnya, berhubungan seks saat sedang hamil boleh-boleh saja dan tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Janin di dalam kandungan yang sedang berkembang dilindungi oleh cairan ketuban serta otot-otot di sekitar rahim.
Sehingga, secara umum, aktivitas seksual tidak akan memengaruhi kondisi janin. Pada wanita yang sehat, berhubungan seks ketika hamil tidak akan memicu keguguran. Banyaknya kasus keguguran saat seks bukan dipicu oleh aktivitas tersebut, tapi perkembangan janin yang tidak optimal.
Bicara soal seks saat hamil, tidak ada posisi khusus yang harus diterapkan. Selama kamu dan pasangan merasa nyaman, sebagian besar gaya atau posisi boleh dilakukan, termasuk seks oral.
Penyebab ibu hamil tidak boleh berhubungan seks
Meski dinilai aman, tidak selamanya ibu hamil diperkenankan untuk melakukan hubungan seks dengan pasangan. Berikut beberapa kondisi yang membuat ibu hamil tidak boleh berhubungan intim:
1. Perdarahan
Saat terjadi perdarahan, ada baiknya ibu hamil tidak berhubungan seksual. Berbeda dengan menstruasi yang secara medis tak ada masalah jika ingin melakukan seks, perdarahan saat hamil bisa menandakan masalah serius.
Perdarahan dapat terjadi beberapa kali atau terus-menerus (aktif). Menurut American College of Obstericians Gynecologists, tak kurang dari 25 persen wanita hamil mengalami perdarahan pada trimester pertama. Hal itu bisa berlanjut hingga trimester berikutnya, bahkan menjelang persalinan.
Perdarahan saat hamil sendiri bisa dipicu oleh banyak hal, seperti:
- Infeksi polip pada serviks
- Pelebaran serviks
- Masalah pada plasenta
- Perdarahan subkorionik, yaitu akumulasi darah yang berasal dari lapisan uterus dan korion (berada di luar atau sebelah rahim)
- Keguguran
- Kembar menghilang (vanishing twin).
2. Riwayat persalinan prematur
Kondisi berikutnya yang mengharuskan ibu hamil tidak boleh berhubungan seks adalah punya riwayat persalinan prematur. Kelahiran prematur adalah persalinan yang dilakukan saat usia kandungan di bawah 37 minggu.
Wanita yang punya riwayat persalinan prematur memiliki potensi untuk mengalami kondisi serupa. Seks bisa menjadi salah satu faktor risikonya. Saat melakukan seks hingga ejakulasi, hormon prostaglandin yang ada pada sperma bisa menjangkau serviks dan tersimpan di sana.
Hal tersebut dapat mempercepat pelebaran jalan lahir dan memicu terjadinya kontraksi rahim. Dua hal itulah yang dikhawatirkan bisa menyebabkan persalinan sebelum waktunya.
3. Masalah pada plasenta
Adanya masalah pada plasenta bisa membuat ibu hamil tidak diperkenankan dalam melakukan seks. Plasenta sendiri adalah organ yang berkembang di dalam rahim selama kehamilan berlangsung, berfungsi untuk menyediakan oksigen dan nutrisi bagi janin.
Normalnya, plasenta menempel pada dinding rahim dan terhubung dengan tali pusat janin. Namun, ada beberapa masalah pada plasenta yang bisa dialami oleh ibu hamil, seperti:
- Solusio plasenta: Kondisi ketika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum persalinan, baik sebagian maupun seluruhnya. Ini bisa membuat bayi kekurangan oksigen dan nutrisi hingga menyebabkan kondisi darurat medis.
- Plasenta previa: Kondisi saat plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks, sering terjadi pada awal kehamilan. Hal tersebut dapat memicu perdarahan hebat pada ibu hamil.
Saat mengalami masalah pada plasenta, Moms juga disarankan untuk tidak memasukkan apa pun ke dalam vagina, karena dikhawatirkan bisa menyebabkan perdarahan hingga risiko persalinan prematur.
Baca juga: Mengenal Plasenta Akreta: Komplikasi Gangguan Kehamilan yang Bisa Bahayakan Nyawa
4. Kelainan pada Serviks
Kondisi terakhir yang bisa membuat ibu hamil tidak boleh berhubungan seks adalah ukuran serviks yang pendek. Hal tersebut bisa dipicu oleh prosedur medis yang disebut cerclage, di mana serviks dijahit untuk mencegah kelahiran prematur.
Serviks yang sangat pendek cenderung lebih mudah untuk melebar, sehingga bisa mengurangi perlindungan bagi janin di dalam kandungan. Perlu diketahui, leher rahim yang pendek bisa meningkatkan risiko keguguran dan persalinan prematur.
Serviks pendek juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain, seperti malformasi rahim (rahim terbelah menjadi dua), riwayat cedera pada leher rahim pada persalinan sebelumnya, infeksi atau peradangan, dan kehamilan dengan jarak berdekatan.
Nah, itulah beberapa kondisi yang dapat membuat ibu hamil tidak boleh berhubungan intim. Agar memberikan keamanan, ada baiknya Moms lebih dulu periksa ke dokter untuk memastikan ada masalah pada kandungan atau tidak, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!