Share This Article
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh kehamilan akibat infertilitas, salah satu yang paling populer adalah inseminasi buatan. Perlu kamu ketahui, metode ini dilakukan dengan beberapa prosedur.
Nah, agar kamu lebih memahaminya, simak ulasannya di sini!
Baca juga: Ingin Segera Punya Momongan? Ini Macam-macam Promil yang Bisa Kamu Coba!
Apa itu inseminasi buatan?
Intrauterine Insemination (IUI) atau yang lebih dikenal dengan inseminasi buatan adalah terapi kesuburan yang melibatkan penempatan sperma di dalam rahim wanita untuk memfasilitasi pembuahan.
Tujuan dari inseminasi buatan adalah untuk meningkatkan jumlah sperma yang mencapai tuba falopi, sehingga nantinya dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan.
Tingkat keberhasilan IUI sangat bergantung dari beberapa faktor, seperti usia, diagnosis masalah ketidaksuburan (infertilitas) yang mendasari, atau bahkan apakah obat kesuburan digunakan atau tidak.
Jika dilakukan secara rutin, tingkat keberhasilan prosedur ini bisa mencapai 20 persen per siklus.
Siapa saja yang bisa melakukan inseminasi buatan?
Melansir Mayo Clinic, inseminasi buatan biasanya digunakan pada kondisi berikut ini:
1. Donor sperma
Bagi seorang wanita yang perlu menggunakan donor sperma untuk hamil, prosedur ini paling sering digunakan untuk memperoleh kehamilan. Donor sperma diperoleh dari laboratorium terpercaya.
2. Infertilitas yang penyebabnya tidak diketahui
IUI seringkali dijadikan pilihan pertama untuk menangani infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya, bersamaan dengan obat yang dapat merangsang ovulasi.
3. Endometriosis ringan
Untuk infertilitas yang terkait dengan endometriosis, penggunaan obat-obatan untuk mendapatkan sel telur yang berkualitas yang dibarengi dengan IUI seringkali merupakan pendekatan pengobatan pertama.
4. Infertilitas pada pria
Kualitas sperma yang kurang baik dapat menjadi salah satu faktor penyulit program hamil. IUI dapat dilakukan untuk menangani masalah ketidaksuburan yang terjadi pada pria.
5. Masalah pada leher rahim (serviks)
Lendir yang diproduksi oleh leher rahim di sekitar waktu ovulasi menyediakan lingkungan yang ideal bagi sperma untuk melakukan perjalanan dari vagina ke tuba falopi. Akan tetapi, jika lendir leher rahim terlalu kental, ini bisa menghambat perjalanan sperma.
6. Ketidaksuburan akibat ovulasi
Prosedur inseminasi buatan juga bisa dilakukan untuk wanita yang mengalami infertilitas yang disebabkan oleh masalah ovulasi. Ini termasuk jumlah sel telur yang berkurang ataupun tidak adanya ovulasi.
7. Alergi air mani
Seorang wanita dapat memiliki alergi terhadap protein yang terdapat di dalam air mani, namun ini jarang terjadi. Ketika ini terjadi, ejakulasi dapat menyebabkan kemerahan, sensasi terbakar, atau bahkan pembengkakan di lokasi air mani yang bersentuhan dengan kulit wanita.
Baca juga: Semakin Canggih, Ini Dia Proses Bayi Tabung Embryoscopy dan PGS yang Perlu Diketahui!
Apa saja risiko melakukan inseminasi buatan?
Inseminasi buatan adalah prosedur sederhana yang aman dilakukan, risiko komplikasi pun dapat dikatakan rendah. Risiko dari inseminasi buatan termasuk infeksi.
Selain itu, proses pemasangan kateter di dalam rahim juga bisa menyebabkan sedikit pendarahan pada vagina. Tetapi, ini tidak berpengaruh pada kehamilan.
Jika dibarengi dengan meminum obat kesuburan saat melakukan prosedur ini, kemungkinan terjadinya kehamilan kembar dapat meningkat, yang dapat berisiko menyebabkan persalinan dini dan berat badan lahir bayi rendah.
Persiapan inseminasi buatan
Sebelum melakukan prosedur inseminasi buatan, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan, di antaranya adalah:
1. Persiapan sampel air mani
Pasangan pria memberikan sampel air mani pada dokter. Jika kamu menggunakan donor sperma, sperma akan dicairkan dan disiapkan. Oleh karena unsur nonsperma dalam air mani dapat menyebabkan reaksi dalam tubuh wanita yang mengganggu pembuahan, sampel akan dicuci.
Pencucian sampel tersebut bertujuan untuk memisahkan sperma yang sehat dari sperma yang memiliki kualitas rendah dan unsur lainnya.
2. Memantau ovulasi
Pemantauan tanda-tanda ovulasi yang akan datang sangat penting dalam prosedur ini. Untuk melakukan ini, kamu bisa menggunakan alat prediksi ovulasi yang dapat mendeteksi pelepasan hormon luteinizing (LH), atau dengan melihat pertumbuhan sel telur menggunakan metode USG transvaginal.
3. Penentuan waktu yang tepat
Dokter akan menentukan waktu yang tepat untuk melakukan prosedur IUI. Kebanyakan, IUI dilakukan satu atau dua hari setelah terlihat adanya tanda ovulasi.
Prosedur pelaksanaan inseminasi buatan
Kunjungan untuk melakukan prosedur ini hanya memakan waktu sekitar 15-20 menit. Selama prosedur, pasien berbaring. Kemudian, kateter akan dimasukkan ke dalam vagina, melewati leher rahim dan kemudian ke dalam rahim.
Ketika ini dilakukan, kram ringan yang mirip dengan yang dirasakan saat menjalani pap smear mungkin dapat terjadi.
Sampel sperma yang telah disiapkan sebelumnya kemudian akan dimasukkan ke dalam rahim melalui kateter. Kemudian kateter akan dilepas diikuti dengan spekulum dan prosedur telah selesai.
Proses menunggu hasil inseminasi buatan
Setelah prosedur IUI dilakukan, tunggu 2 minggu sebelum melakukan tes kehamilan. Perlu diketahui, jika kamu melakukan tes kehamilan terlalu cepat ada 2 hasil yang mungkin bisa terjadi, yakni negatif palsu dan positif palsu.
Negatif palsu dapat terjadi jika hormon kehamilan belum berada pada tingkat yang dapat diukur. Hasil tes mungkin negatif, tetapi pada kenyataannya mungkin saja kamu sedang hamil.
Sedangkan, positif palsu dapat terjadi jika kamu menggunakan obat pemicu ovulasi seperti human chorionic gonadotropin (HCG) masih beredar di dalam tubuh. Ini dalam mengindikasikan kehamilan ketika kamu sebenarnya tidak sedang hamil.
Punya pertanyaan lebih lanjut seputar kehamilan? Silakan chat dokter terpercaya kami melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!