Share This Article
Migrain atau yang biasa disebut sakit kepala di satu sisi bisa menyerang siapa saja. Namun migrain saat hamil juga menjadi kondisi yang seringkali terjadi.
Mengapa migrain seringkali dialami oleh ibu hamil? Apa yang menyebabkan migrain saat hamil dan apakah berbahaya? Berikut penjelasan selengkapnya.
Baca Juga: Migrain Datang Tiba-tiba? Ini Pilihan Obat yang Dapat Kamu Konsumsi
Berbahayakan mengalami migrain saat hamil?
Dilansir dari Healthline, secara umum migrain memengaruhi sekitar 30 juta orang amerika. Sebanyak 75 persen di antaranya adalah wanita. Sementara itu, fakta lain mengungkap sekitar 15 hingga 20 persen ibu hamil mengalami migrain.
Kondisi tersebut mungkin membuat ibu hamil bertanya-tanya, apakah ada yang salah dengan kesehatannya dan apakah perlu mendapatkan perawatan medis karena migrain saat hamil. Kenyataannya, kebanyakan migrain saat hamil adalah hal yang tidak perlu dikhawatirkan.
Walaupun migrain tetap akan menyebabkan rasa mengganggu. Apalagi saat ibu hamil mengalami aura, yaitu peristiwa neurologis yang biasanya muncul sebelum serangan migrain.
Jika digambarkan, aura terlihat seperti kilatan cahaya, garis bergelombang atau gangguan penglihatan yang disertai kesemutan atau mati rasa. Diikuti oleh serangan migrain berupa sakit kepala yang umumnya terjadi di satu sisi.
Apa yang menyebabkan migrain saat hamil?
Migrain cenderung diturunkan dalam keluarga. Namun biasanya ada hal-hal yang memancing terjadinya serangan migrain. Nah, salah satu yang bisa memancing adalah perubahan hormon.
Sementara itu, pada ibu hamil, fluktuasi hormon adalah hal yang tidak bisa dihindari. Terutama naik turunnya estrogen. Sehingga bukan hal yang aneh jika wanita cenderung mengalami migrain saat hamil.
Biasanya ibu hamil mengalami migrain paling sering di awal kehamilan. Karena di trimester pertama kehamilan adalah waktu-waktu terjadinya perubahan hormon. Termasuk estrogen yang belum stabil.
Selain itu, peningkatan volume darah pada ibu hamil juga bisa menjadi faktor tambahan terjadinya migrain saat hamil. Karena saat volume darah bertambah, pembuluh darah di otak membesar untuk menampung aliran darah yang berlebih. Ini dapat menyebabkan tekanan di ujung saraf yang sensitif dan akhirnya menyebabkan rasa sakit.
Selain perubahan hormon, berikut hal yang dapat memicu migrain
- Kurang tidur. Bukan hanya untuk ibu hamil, tapi secara umum orang yang kurang tidur juga bisa memancing serangan migrain. Karena itu sebaiknya habiskan 8 hingga 10 jam per malam untuk waktu tidurmu.
- Kurang cairan. Kurang cairan dapat menyebabkan dehidrasi dan dehidrasi ternyata adalah salah satu pemicu migrain. Cobalah, setidaknya mengonsumsi 2,4 liter cairan setiap harinya khususnya untuk ibu hamil.
- Makanan tertentu. Cokelat, keju, anggur dan makanan yang mengandung monosodium glutamat (MSG).
- Kondisi pencahayaan. Cahaya terang dan intens atau sinar matahari yang terang dan pencahayaan lainnya juga bisa menjadi pemicu migrain.
- Bau-bauan yang menyengat. Bisa berasal dari cat, parfum atau popok anak.
- Pemicu lainnya seperti perubahan cuaca dan stres juga bisa menyebabkan migrain.
Bagaimana cara mengatasinya?
Saat hamil, biasanya makanan lebih terjaga. Minuman juga tidak boleh sembarangan. Apalagi obat-obatan, yang harus melalui rekomendasi dokter. Jika serangan migrain datang, sebelum kamu panik, cobalah cara-cara berikut ini.
1. Mengatasi migrain saat hamil di rumah
Kenali pemicu migrain. Jika pemicu diketahui, kamu bisa menghindari hal-hal tersebut agar terhindar dari serangan migrain.
Kompres panas atau dingin. Menggunakan kompres dingin yang diletakkan di atas kepala dapat membantu mengatasi rasa sakit. Sementara kompres panas di sekitar leher dapat membantu meredakan otot-otot yang tegang.
Berada dalam ruangan yang redup atau gelap. Ruangan gelap dan sepi dapat membuat kamu lebih tenang. Sementara tetap ada di ruangan yang terang dan berisik bisa membuat sakit di kepala semakin parah.
2. Obat-obatan untuk migrain
Jika dalam kondisi migrain yang cukup mengganggu, beberapa obat-obatan berikut, menurut American Academy of Family Physicians (AAFP), aman untuk dikonsumsi ibu hamil.
- Parasetamol. Ini adalah jenis obat pereda nyeri yang dijual bebas, yang artinya bisa didapatkan tanpa resep dokter.
- Metoclopramide. Ini adalah obat yang biasa digunakan untuk mengosongkan perut, tetapi juga biasa digunakan untuk migrain, khususnya jika muncul gejala mual.
Baca Juga: Sering Dianggap Sama, Ini Perbedaan Sakit Kepala Akibat Migrain dan Sinusitis
3. Obat-obatan yang harus dihindari
Meski migrain saat hamil sangat mengganggu, jangan minum obat sembarangan. Terutama obat-obatan berikut.
- Aspirin. Penggunaannya selama kehamilan banyak dikaitkan dengan berbagai masalah. Seperti keguguran dan perdarahan yang bisa membahayakan ibu dan bayinya.
- Opioid. Obat ini dapat menyebabkan kelahiran prematur, bayi lahir dalam kondisi meninggal dan cacat lahir tertentu. Kalaupun harus meminumnya, pastikan atas resep dan dipantau oleh dokter.
4. Obat yang mungkin membantu
Sebaiknya tetap konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter jika ingin mengonsumsi obat-obatan berikut untuk mengatasi migrain saat hamil.
- Obat antiinflamasi non steroid (NSAIDS). Misalnya ibuprofen dan naproxen. Obat-obatan ini mungkin dapat digunakan di trimester kedua, dan sebaiknya tidak digunakan di awal kehamilan karena memungkinkan adanya risiko keguguran dan komplikasi lain seperti perdarahan.
- Triptans. Penggunaannya untuk ibu hamil terbilang agak kontroversial. Keamanannya pada ibu hamil masih diragukan dan masih dibutuhkan banyak bukti penelitian lanjutan.
Demikian tentang migrain saat hamil yang seringkali terjadi. Jika mengalaminya, jangan panik dan coba untuk menggunakan pilihan perawatan yang tersedia. Atau konsultasikan langsung kepada dokter terpercaya.
Jaga kesehatan kamu dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!