Share This Article
Tuberkulosis merupakan gangguan kesehatan yang memengaruhi sistem pernapasan, terutama paru-paru. Penyakit tersebut tak pandang jenis kelamin dan usia, bisa terjadi pada siapa saja termasuk ibu hamil.
Lantas, apakah tuberkulosis bisa membahayakan kehamilan? Apa dampaknya pada janin di dalam kandungan? Serta, bagaimana cara penanganannya? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Apa itu tuberkulosis?
Tuberkulosis adalah penyakit berupa infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Menurut data World Health Organization (WHO), tuberkulosis merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian teratas di seluruh dunia.
Pada umumnya, bakteri ini akan menyerang paru-paru terlebih dulu. Jika tak ditangani dengan tepat, bakteri bisa menyebar ke bagian tubuh dan jaringan lainnya melalui aliran darah.
Seseorang bisa tertular tuberkulosis hanya jika menghirup udara yang telah terkontaminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis dari droplet atau percikan mulut pengidap.
Baca juga: Tuberkulosis di Tengah Pandemi COVID-19, Apa Saja yang Harus Diwaspadai?
Tuberkulosis dan kehamilan
Tuberkulosis dapat menyerang siapa saja, termasuk wanita hamil. Risiko ibu hamil terkena tuberkulosis meningkat jika ada pengidap yang tinggal serumah atau sering berinteraksi dengan orang yang terinfeksi.
Gejala tuberkulosis pada ibu hamil tidak jauh berbeda dengan pengidap pada umumnya, seperti batuk (terkadang disertai darah) yang berlangsung lebih dari beberapa pekan, demam berkepanjangan, hingga sering berkeringat di malam hari.
Tak hanya itu, ibu hamil yang mengidap tuberkulosis mungkin juga akan mengalami penurunan berat badan tanpa sebab, hilang selera makan, mudah lelah dan tidak enak badan, hingga yang terparah adalah pembengkakan pada kelenjar di sekitar leher.
Dampaknya pada janin
Deteksi dini pada wanita hamil yang mengidap tuberkulosis dapat membantu dokter atau tenaga medis untuk melakukan langkah penanganan yang tepat. Jika terlambat mendapat diagnosis, hal tersebut dapat meningkatkan beberapa risiko pada janin.
Risiko itu di antaranya adalah persalinan prematur dan berat badan bayi rendah saat lahir. Belum lagi, janin juga berpotensi tertular penyakit yang sama selama berada di dalam rahim yang sempit.
Proses penularan tidak hanya bisa terjadi di dalam rahim, tapi juga begitu selesai proses persalinan. Namun, menurut National Health Service (NHS UK), sangat jarang ada bayi yang lahir dengan tuberkulosis dari ibu terinfeksi, jika dilakukan penanganan sedini mungkin.
Penanganan selama kehamilan
Penanganan ibu hamil yang mengidap tuberkulosis adalah dengan pengobatan. Beberapa orang mungkin khawatir bahwa minum obat selama kehamilan dapat membahayakan janin. Namun, tanpa obat, kondisinya justru bisa semakin memburuk.
Obat tuberkulosis yang diminum memang bisa sampai dan menjangkau janin. Tapi, sampai sekarang, belum ada bukti yang menyebutkan bahwa obat tersebut dapat membahayakan janin di dalam kandungan.
Obat tuberkulosis yang dikonsumsi selama periode hamil pun tidak sembarangan. Dokter akan meresepkan obat yang tidak memiliki efek samping pada kehamilan dan perkembangan janin.
Baca Juga: Batuk Terus Menerus? Waspada, Bisa Jadi Itu Gejala Awal TB Paru
Obat-obatan tuberkulosis untuk ibu hamil
Seperti yang telah disebutkan, satu-satunya penanganan paling efektif dalam mengatasi tuberkulosis saat hamil adalah dengan obat. Bukan sembarangan, obat itu tergantung dari jenis tuberkulosis yang Moms idap, yaitu:
Tuberkulosis laten
Tuberkulosis laten adalah jenis yang harus diwaspadai. Sebab, tidak ada gejala yang muncul pada tubuh. Tidak adanya gejala itulah yang membuat banyak orang, termasuk ibu hamil, sering kali tak menyadari keberadaan penyakit tersebut.
Obat yang kerap digunakan untuk pasien tuberkulosis laten adalah isoniazid. Sebuah publikasi di Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat menyebutkan, isoniazid merupakan obat yang aman untuk ibu hamil.
Moms mungkin perlu meminumnya setiap hari selama sembilan bulan, atau hanya dua kali dalam seminggu dalam periode waktu yang sama. Dokter biasanya meresepkan obat tersebut dengan suplemen vitamin B6 untuk dikonsumsi secara bersamaan.
Tuberkulosis aktif
Berbeda dengan jenis sebelumnya, tuberkulosis aktif akan membuat pengidapnya merasakan gejala. Untuk mengatasinya, Moms mungkin akan mendapat tiga obat di awal waktu, yaitu isoniazid, rifampisin, dan etambutol. Ketiganya perlu diminum setiap hari selama dua bulan.
Setelah itu, selama sisa waktu kehamilan, Moms kemungkinan hanya akan mengonsumsi isoniazid dan rifampisin setiap hari atau dua kali dalam seminggu.
Tuberkulosis dan HIV
Pada beberapa kasus, ibu hamil yang mengidap tuberkulosis juga terinfeksi HIV (Human immunodeficiency virus). Dokter mungkin akan memberi Moms obat yang sama seperti pasien biasa untuk mengatasi kedua penyakit tersebut. Bicarakan dengan dokter untuk pilihan obat teraman.
Nah, itulah ulasan tentang tuberkulosis pada ibu hamil dan metode penanganannya dengan obat-obatan. Untuk menghindari risiko atau dampak buruk, selalu periksa secara berkala ke dokter, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!