Share This Article
Memiliki bayi kembar menjadi dambaan banyak orang tua. Tapi, bayi kembar terutama identik bukanlah tanpa risiko. Kondisi bayi kembar identik dapat menimbulkan komplikasi kehamilan yang disebut twin to twin transfusion syndrome.
Sindrom ini dapat membahayakan kondisi bayi yang akan dilahirkan. Mari simak ulasan lengkapnya di bawa ini!
Apa itu twin to twin transfusion syndrome
Twin to twin transfusion syndrome adalah salah satu sindrom kehamilan yang dialami janin kembar identik. Sindrom ini juga merupakan komplikasi kehamilan yang serius. Jika tidak ditangani dengan tepat akan berdampak pada kesehatan bayi yang dilahirkan.
Sindrom ini berbahaya karena bayi kembar identik berbagi plasenta atau ari-ari selama di dalam kandungan. Jika bayi kembar mengalami sindrom ini, salah satu bayi akan menerima terlalu banyak darah. Sementara bayi lainnya akan menerima terlalu sedikit darah.
Gejala twin to twin transfusion syndrome
Twin to twin syndrome sebenarnya tidak akan terjadi pada bayi kembar tidak identik. Sebab, bayi kembar tidak identik hidup di dalam kandungan dengan memiliki masing-masing plasenta.
Sedangkan pada bayi kembar identik, mereka harus berbagi plasenta untuk bertahan hidup. Akibatnya, aliran darah di antara janin kembar identik tersebut menjadi tidak stabil. Inilah gejala umum yang menunjukkan seorang ibu hamil mengalami sindrom ini.
Selain itu, ada 3 gejala lainnya yang dapat terdeteksi selama bayi masih berada di dalam kandungan, yakni:
1. Perut membesar dengan cepat
Perut yang membesar selama masa kehamilan adalah hal wajar. Namun, jika ukuran perut meningkat dengan cepat bisa jadi ini menunjukkan gejala sindrom ini.
Menurut seorang ahli kesehatan janin dari London, Dokter Norman Davies, gejala yang harus diwaspadai adalah ukuran perut yang membesar tiba – tiba. Penyebabnya, salah satu bayi menghasilkan cairan ketuban berlebih.
Bayi yang menerima darah lebih banyak memproduksi urine yang tidak normal. Akibatnya, bayi ini menghasilkan cairan ketuban berlebih. Cairan ini kemudian mengelilingi janin di dalam kantung ketuban.
Kelebihan cairan ketuban dapat menyebabkan janin berkembang dengan cepat. Kondisi seperti ini umumnya berlangsung selama lebih dari dua hingga tiga minggu. Inilah yang menyebabkan perut ibu tumbuh lebih besar.
2. Ibu mengalami tekanan darah tinggi
Ketidakstabilan aliran darah yang terjadi di dalam kandungan tentunya memberikan efek pada tekanan darah ibu. Pada umumnya, ibu hamil dengan twin to twin transfusion syndrome mengalami tekanan darah tinggi.
Gejala yang satu ini juga tak jarang dirasakan hingga sesaat sebelum ibu melahirkan. Begitu juga dengan aliran darah di dalam kandungan, salah satu bayi bisa tiba – tiba mengalami kekurangan atau justru kelebihan darah.
Oleh karena itu, penting untuk mendeteksi gejala twin to twin transfusion syndrome sedini mungkin. Diagnosis di awal kehamilan dapat mengurangi risiko yang dapat mengganggu kesehatan bayi.
3. Salah satu bayi memiliki ukuran tubuh lebih besar
Gejala yang satu ini mungkin akan sulit terdeteksi karena harus melalui pemeriksaan USG. Dengan pemeriksaan dokter, akan diketahui ukuran tubuh bayi kembar.
Meski tidak dapat dipastikan bobotnya, pemeriksaan USG dapat memberikan gambaran apakah terdapat salah satu bayi yang memiliki ukuran tubuh lebih besar.
Pada umumnya, bayi yang menerima aliran darah lebih banyak akan memiliki ukuran tubuh lebih besar. Sedangkan bayi dengan aliran darah lebih sedikit memiliki ukuran tubuh lebih sedikit. Perbedaan ukuran tubuh juga akan terlihat hingga bayi-bayi itu lahir.
Namun, jika salah satu bayi yang memiliki ukuran tubuh lebih besar juga tidak bisa diandalkan untuk mendiagnosis sindrom ini. Bayi dengan ukuran lebih besar dari tubuh bayi lainnya terkadang disebabkan oleh komplikasi penyakit kehamilan.
Risiko twin to twin transfusion syndrome
Twin to twin transfusion syndrome bisa terjadi kapan saja selama masa kehamilan. Ketidakseimbangan aliran darah yang terjadi pada tiga bulan pertama kemungkinan hanya satu janin yang terdeteksi.
Sindrom ini merupakan salah satu komplikasi kehamilan, maka akan menimbulkan risiko jika tidak segera ditangani. Berikut risiko yang dapat mengganggu kesehatan bayi.
1. Kerusakan ginjal
Bayi yang menerima aliran darah lebih sedikit akan mengalami sirkulasi cairan yang tidak normal di dalam tubuhnya.
Akibatnya, kerja ginjal akan terganggu karena tidak optimal dalam memproduksi urine. Kondisi seperti ini jika berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan ginjal pada bayi.
2. Kerusakan otak
Salah satu bayi yang menerima aliran darah lebih banyak atau lebih sedikit berpotensi mengalami kerusakan otak. Hal ini dikarenakan pasokan oksigen yang masuk ke otak kurang atau melebihi kapasitas yang seharusnya diterima.
3. Meninggalnya salah satu bayi
Ketika sindrom ini terjadi saat usia kehamilan memasuki bulan ketiga sampai keenam, risiko meninggalnya salah satu bayi mungkin terjadi. Ketidakseimbangan darah yang mengalir di antara kedua bayi dapat mengancam jiwa.
Dalam kondisi seperti ini, salah satu bayi akan mengalami tekanan darah rendah atau tinggi selama masa kehamilan. Hal ini disebabkan karena salah satu bayi menerima terlalu sedikit atau terlalu banyak darah dan kekurangan plasenta.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!