Share This Article
Sebagian wanita mungkin sering mengalami gangguan pada siklus haid. Kondisi itu sebaiknya tidak diabaikan, karena bisa mengindikasikan adanya penyakit tertentu seperti sindrom Asherman. Sindrom tersebut bisa berdampak pada kesehatan rahim dan memengaruhi peluang kehamilan.
Lantas, apa sebenarnya sindrom Asherman itu? Bagaimana gejalanya? Yuk, temukan jawabannya dengan ulasan berikut ini!
Apa itu sindrom Asherman?
Sindrom Asherman adalah kondisi ketika ada jaringan parut atau adhesi di dalam rahim. Jaringan tersebut membuat dinding organ uterus saling menempel hingga memperkecil ukuran rahim itu sendiri. Akibatnya, wanita dengan keadaan tersebut akan sulit hamil.
Dikutip dari Cleveland Clinic, sindrom yang juga dikenal dengan sinekia intrauterin atau sinekia uterus ini merupakan kondisi yang sangat jarang terjadi alias penyakit langka.
Penyebab sindrom Asherman
Menurut International Asherman’s Association, 90 persen kasus sindrom Asherman terjadi pada wanita yang pernah menjalani operasi rahim dilatasi dan kuretase. Adhesi atau jaringan parut juga bisa muncul setelah prosedur bedah panggul, seperti operasi caesar atau pengangkatan polip dan fibroid.
Tak hanya itu, masih ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita mengidap sindrom tersebut, seperti adanya infeksi pada organ reproduksi dan efek dari terapi radiasi.
Gejala sindrom Asherman
Sebagian besar wanita dengan sindrom Asherman mengalami gangguan pada siklus haid, termasuk nyeri hebat saat menstruasi. Beberapa pengidapnya juga terkadang mengalami siklus haid tak beraturan atau bahkan tidak menstruasi sama sekali.
Berbagai masalah pada haid tersebut disebabkan oleh adanya penyumbatan pada uterus, sehingga darah menstruasi tidak dapat keluar dengan lancar.
Meski, gangguan haid juga bisa dipicu oleh kondisi lain, seperti obesitas, penurunan berat badan yang mendadak, olahraga berlebihan, efek samping pil kontrasepsi, hingga sindrom ovarium polikistik (PCOS). Pemeriksaan medis bisa membantumu untuk mengetahui apa penyebab pastinya.
Baca juga: Yuk Kenali Ciri-ciri Hamil Kosong Berikut Ini, Gejalanya Seperti Hamil Normal Lho!
Sindrom Asherman dan kehamilan
Mengutip dari Healthline, pada beberapa kasus, wanita dengan sindrom Asherman akan sulit untuk mendapat kehamilan. Jika hamil pun, kandungan rentan mengalami keguguran secara berulang.
Wanita dengan sindrom Asherman memang masih memiliki peluang untuk hamil meski kecil. Namun, kehamilan tersebut sangat berisiko untuk mengalami beberapa hal, mulai dari gangguan perkembangan janin hingga bayi lahir mati.
Sindrom Asherman juga dapat meningkatkan risiko sejumlah gangguan kehamilan lainnya, seperti:
- Perdarahan berlebihan
- Plasenta previa, yaitu kondisi ketika plasenta atau ari-ari berada di bagian bawah rahim dan menutupi jalan lahir
- Plasenta inkreta, yaitu kondisi saat plasenta menempel atau tertanam lebih dalam ke dinding rahim hingga otot uterus
Pemeriksaan dan penanganan
Sebelum menentukan diagnosis, dokter lebih dulu melakukan pemeriksaan, beberapa di antaranya adalah:
- Ultrasonografi: Dipakai untuk melihat ketebalan lapisan rahim dan folikel
- Histeroskopi: Serviks akan lebih dulu dilebarkan, lalu dokter akan memasukkan histeroskop (alat seperti teleskop kecil) untuk melihat bagian dalam rahim apakah ada jaringan parut
- Histerosalpingogram (HSG): Pewarna khusus disuntikkan ke dalam rahim untuk memudahkan dokter mengidentifikasi masalah pada rongga uterus, apakah ada pertumbuhan atau penyumbatan pada saluran tuba
Sindrom Asherman dapat ditangani dengan prosedur bedah histeroskopi. Instrumen bedah kecil dipasang pada ujung histeroskop untuk menghilangkan adhesi atau jaringan parut. Prosedur ini selalu dilakukan dengan bius total.
Setelah selesai, kamu akan diberi antibiotik untuk mencegah infeksi. Tablet estrogen mungkin juga diresepkan untuk memperkuat lapisan rahim. Prosedur bedah yang sama akan dilakukan beberapa hari kemudian untuk memastikan bahwa operasi pertama berhasil.
Adhesi atau jaringan parut masih bisa muncul lagi setelah perawatan. Jadi, dokter mungkin akan menyarankan untuk menunggu selama satu tahun sebelum kamu menginginkan kehamilan.
Apakah bisa dicegah?
Mengutip dari Penn Medicine, sebagian besar kasus sindrom Asherman tidak bisa diprediksi maupun dicegah. Hal yang dapat dilakukan adalah meminimalkan risiko terjadinya penyakit langka tersebut.
Sebisa mungkin hindari prosedur dilatasi atau kuretasi saat terjadi masalah pada rahim. Jika terpaksa dilakukan, ultrasound dapat digunakan sebagai panduan untuk mengurangi risiko kerusakan uterus.
Nah, itulah ulasan tentang sindrom Asherman dan dampaknya pada peluang kehamilan. Jika kamu sering mengalami gangguan pada siklus haid, tak perlu ragu untuk periksakan ke dokter, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!