Share This Article
Kelahiran si Kecil tentu saja menjadi momen yang membahagiakan sekaligus paling dinantikan. Namun, setelah melahirkan bayi, ada satu tahap lagi yang harus dilalui oleh Moms, yakni tahap untuk melahirkan plasenta.
Nah, agar Moms lebih mengetahui mengenai proses melahirkan plasenta setelah bayi dilahirkan, yuk simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Baca juga: Mengenal Rainbow Baby: Kehamilan Setelah Punya Riwayat Keguguran
Kenali lebih dalam mengenai plasenta
Berdasarkan Mayo Clinic, plasenta atau ari-ari merupakan organ yang berkembang di dalam rahim selama kehamilan. Plasenta memiliki fungsi yang penting, sebab plasenta menyediakan oksigen serta nutrisi untuk bayi yang sedang berkembang di dalam kandungan.
Di sisi lain, plasenta juga memiliki fungsi lain, yakni memproduksi hormon estrogen, human chorionic gonadotropin (hCG), serta progesteron. Plasenta menempel pada dinding rahim, dan tali pusar bayi muncul dari plasenta.
Tak hanya itu, plasenta juga melekat di satu sisi ke rahim ibu dan sisi lainnya ke tali pusar bayi. Plasenta dapat menempel di bagian atas, samping, depan, atau belakang rahim. Pada kasus yang jarang terjadi, plasenta dapat menempel pada area di bawah rahim, ini dikenal sebagai plasenta previa.
Melahirkan plasenta, ini yang perlu diketahui
Melahirkan plasenta juga disebut sebagai proses persalinan tahap ketiga, sedangkan tahap kedua persalinan yakni pada saat si Kecil dilahirkan.
Melahirkan plasenta sangat penting bagi kesehatan wanita setelah melahirkan. Sebab, plasenta yang tertahan dapat menyebabkan perdarahan atau bahaya lain yang tidak diinginkan.
Setelah persalinan, ibu akan kembali mengalami kontraksi ringan, yang masing-masing berlangsung sekitar satu menit.
Melansir dari laman Healthline, berikut ini adalah penjelasan masing-masing mengenai proses melahirkan plasenta dalam persalinan normal serta caesar yang perlu diketahui.
1. Melahirkan plasenta setelah persalinan normal
Dalam persalinan normal atau pervaginam, setelah kelahiran bayi rahim akan kembali berkontraksi. Kontraksi ini dapat menggerakan posisi plasenta ke arah depan. Kontraksi yang berlangsung biasanya tidak sekuat kontraksi pada saat persalinan.
Pada dasarnya, proses ini berlangsung cepat, yakni dalam kurun waktu sekitar 5 menit setelah melahirkan bayi. Namun, proses ini juga bisa berlangsung lebih lama.
Setelah kelahiran bayi, Moms mungkin saja sangat fokus untuk melihat si Kecil untuk pertama kalinya, sehingga mungkin saja tidak memerhatikan keluarnya plasenta.
Akan tetapi, beberapa ibu mengamati keluarnya darah kembali setelah melahirkan yang biasanya diikuti oleh plasenta.
2. Melahirkan plasenta setelah persalinan caesar
Jika Moms menjalani persalinan caesar, dokter akan mengeluarkan plasenta dari rahim sebelum menutup sayatan pada rahim dan perut. Proses melahirkan plasenta melalui persalinan caesar juga memerlukan rahim berkontraksi untuk mendorong plasenta.
Jika rahim tidak bisa berkontraksi, obat tertentu seperti Pitocin dapat membantu untuk membuat rahim berkontraksi.
Dikutip dari What to Expect, Pitocin dapat diberikan melalui suntikan atau injeksi intravena (IV) untuk mendorong kontraksi rahim, ini dapat mempercepat keluarnya plasenta, sehingga dapat membantu rahim kembali ke ukuran normal serta meminimalisir perdarahan.
Di sisi lain, menyusui bayi segera setelah lahir juga bisa membuat rahim berkontraksi.
3. Pemeriksaan plasenta
Perlu diketahui bahwa, apabila Moms telah melalui proses melahirkan plasenta, baik pada persalinan normal atau caesar, dokter akan memeriksa keutuhan plasenta.
Jika terdapat bagian plasenta yang hilang, dokter akan merekomendasikan prosedur pemeriksaan ultrasonografi (USG) pada rahim untuk memastikannya.
Kadangkala, perdarahan yang terjadi secara berlebihan setelah melahirkan bisa menandakan bahwa plasenta masih berada di dalam rahim.
Baca juga: Persiapan Melahirkan Bayi Kembar, Ini Tips-tips yang Perlu Kamu Tahu
Retensio plasenta
Perlu diketahui bahwa proses melahirkan plasenta harus terjadi dalam kurun waktu 30-60 menit setelah kelahiran bayi. Apabila plasenta tidak keluar dari rahim atau jika plasenta tidak keluar secara keseluruhan, ini dikenal sebagai retensio plasenta.
Ada beberapa penyebab yang bisa membuat plasenta tidak dapat keluar dari rahim sepenuhnya, ini termasuk:
- Serviks telah menutup, sehingga plasenta tertahan di dalam rahim
- Plasenta terlalu erat menempel pada dinding rahim
- Sebagian plasenta terputus atau tetap menempel selama persalinan
Retensio plasenta merupakan kondisi yang menjadi perhatian utama. Sebab, rahim harus mengencang kembali setelah melahirkan. Hal tersebut dapat membantu pembuluh darah di dalam rahim menghentikan perdarahan.
Jika plasenta tertahan di dalam rahim, ini bisa menyebabkan perdarahan atau infeksi. Ada beberapa faktor risiko dari retensio plasenta, di antaranya adalah riwayat retensio plasenta sebelumnya, pernah menjalani persalinan caesar, dan memiliki riwayat fibroid rahim.
Nah, itulah beberapa informasi mengenai proses melahirkan plasenta. Jika Moms memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar hal ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, ya.
Pastikan untuk mengecek kesehatan kamu dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Download di sini untuk berkonsultasi dengan mitra dokter kami.