Share This Article
Secara umum 1 dari 100 orang yang terinfeksi virus COVID-19 akan meninggal. Angka ini bahkan meningkat menjadi 1 dari 10 pada mereka yang berusia di atas 75 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa orang lanjut usia (lansia), memerlukan perhatian khusus agar terhindar dari infeksi virus COVID-19. Akan tetapi mengapa mereka justru tidak diprioritaskan menjadi penerima vaksin?
Baca juga: Fakta di Balik Hoax Vaksin Sinovac Bisa Memperbesar Alat Kelamin
Potret orang lanjut usia dalam kasus COVID-19
Dilansir dari The Jakarta Post, Indonesia memiliki setidaknya 25 juta penduduk berusia 60 tahun ke atas. Mereka menyumbang 10,4 persen dari sekitar 630.000 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi.
Hal yang sama juga terjadi secara global. Dilansir dari Padk.Kemkes, WHO dan CDC melaporkan bahwa kematian pada penderita COVID-19 paling banyak terjadi pada pasien berusia 80 tahun ke atas. Persentasenya bahkan cukup tinggi yakni mencapai 21,9 persen.
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa virus Corona lebih berisiko menyebabkan infeksi berat dan kematian pada orang lanjut usia dibandingkan orang dewasa atau anak-anak. Mengapa demikian?
Pertambahan usia akan membuat tubuh mengalami berbagai penurunan fungsi organ dan gerak. Ditambah dengan berkurangnya imunitas sebagai pelindung tubuh. Inilah alasan utama mengapa lansia lebih rentan terserang berbagai penyakit, termasuk COVID-19.
Mengapa lansia tidak diprioritaskan mendapat vaksin COVID-19?
Meski vaksinasi merupakan cara yang paling efektif dan efisien untuk membentuk kekebalan kelompok. Namun tidak semua orang bisa masuk dalam kategori penerima vaksin.
Salah satunya adalah orang lanjut usia dikarenakan beberapa alasan berikut ini:
Faktor imunosenesensi
Imunosenesensi adalah penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Ini juga sering disebut sebagai salah satu faktor penyebab meningkatnya risiko penyakit inflamasi pada lansia.
Besarnya pengaruh faktor imunosenesensi dalam menyebabkan penyakit tersebut, bisa dilihat dari kecenderungan lansia mengalami penyakit pernapasan yang lebih parah dibanding orang lain pada umumnya.
Faktor imunosenesensi juga sangat berpengaruh pada efektifitas vaksin COVID-19. Kurangnya respons tubuh orang lanjut usia terhadap vaksin, dikhawatirkan akan memberi dampak yang tidak optimal terhadap perlindungan tubuh yang diharapkan.
Belum ada uji praklinis vaksin secara khusus pada lansia
Dalam setiap penelitian mengenai vaksin, objek yang paling umum digunakan adalah tikus berumur 12 minggu atau lebih muda. Ini setara dengan orang yang berusia 20 tahun ke bawah.
Jika dibandingkan, jumlah penelitian yang menggunakan tikus berusia minimal 18 bulan atau setara dengan manusia lanjut usia sangat jarang dilakukan.
Tren yang sama juga berlaku untuk semua hewan lain yang digunakan dalam penelitian vaksin. Kondisi tersebut mau tak mau membuat informasi pengaruh setiap vaksin yang diteliti termasuk vaksin COVID-19, menjadi kurang teruji terhadap sistem kekebalan orang lanjut usia.
Efek samping dikhawatirkan lebih parah
Dr. Paul Goepfert, direktur Klinik Penelitian Vaksin Alabama dan profesor kedokteran dan mikrobiologi di University of Alabama, mengatakan bahwa setiap penelitian umumnya hanya ingin melibatkan peserta yang berusia muda dan berada dalam kondisi sehat.
Orang lanjut usia dengan kondisi kesehatan yang menurun sangat jarang dilibatkan dalam uji coba apapun, termasuk saat meneliti vaksin COVID-19.
Salah satu alasannya adalah karena sering kali orang lanjut usia mengalami lebih banyak efek samping dari vaksin, dibandingkan dengan orang yang lebih muda dan lebih sehat.
Inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan mengapa lansia tidak termasuk dalam daftar prioritas penerima vaksin COVID-19.
Baca juga: Vaksin COVID-19: Amankah untuk Ibu Menyusui?
Kiat lansia tetap sehat di masa pandemi COVID-19
Di masa pandemi COVID-19, kesehatan adalah hal yang lebih berharga dibanding apa pun, termasuk bagi lansia. Agar tetap sehat, lansia dianjurkan untuk tetap melaksanakan dan menjaga rutinitas harian, termasuk tidur, makan, dan aktivitas fisik lainnya.
Penting juga bagi lansia untuk tetap dapat terhubung dan berkomunikasi dengan orang-orang yang disayangi, melalui panggilan telepon atau panggilan video. Sampaikan juga pada lansia di sekitar kita, informasi tentang layanan darurat kesehatan yang dapat dihubungi.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!