Share This Article
Meskipun vaksinasi telah dimulai di seluruh dunia, peningkatan jumlah orang yang dinyatakan positif COVID-19 masih terus berlangsung hingga saat ini.
Beberapa hal yang memicu kondisi tersebut, di antaranya adalah tindakan pencegahan yang lemah, kerumunan yang masih banyak terjadi, dan adanya faktor ‘super spreader’.
Yuk, kenali lebih lanjut apa yang dimaksud dengan kategori orang ‘super spreader‘ atau orang yang memiliki risiko paling banyak menularkan virus tersebut?
Baca juga: 8 Fakta Tentang Vaksin COVID-19 Sputnik V yang Perlu Kamu Tahu
Memahami penyebaran virus corona
Virus COVID-19 menular melalui droplet pernapasan yang masuk ke dalam mulut, hidung, atau mata.
Selain lewat menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi, virus ini juga bisa menyebar lewat udara jika orang yang terinfeksi bersin atau batuk.
Meskipun sangat mudah bagi siapa saja untuk menyebarkan virus Corona, tapi dilansir dari Thehealthy, penelitian awal yang diterbitkan dalam Epidemiology menunjukkan bahwa kurang dari 20 persen pembawa COVID-19 bertanggung jawab atas 80 persen kasus baru infeksi ini.
“Pada dasarnya, hanya sejumlah kecil orang tertentu yang menyebarkan virus ini secara agresif. Inilah yang disebut super spreader”
kata Robert Glatter, MD, seorang dokter di Lenox Hill Hospital, New York.
Apa itu super spreader?
Dilansir dari ECDC, satu orang yang terinfeksi COVID-19 biasanya akan menginfeksi sekitar tiga orang lainnya.
Lalu berapa banyak orang yang perlu ditularkan infeksi agar dianggap sebagai super spreader? Tidak ada angka yang pasti sampai dengan saat ini. Namun rata-rata, menulari lebih dari tiga orang sudah bisa dianggap masuk ke dalam kategori super spreader.
Super spreader sangat mudah menularkan virus karena kebanyakan tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi dan bisa membuat orang lain terkena virus COVID-19.
Baca juga: 12 Langkah Mudah Membuat Masker Kain dengan Filter
Siapa yang dianggap super spreader?
Meskipun apa yang sebenarnya membuat seseorang menjadi super spreader belum diselidiki, tapi para ahli epidemiologi percaya bahwa cara penyebaran virus dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
Misalnya, bentuk tubuh, dan perilaku tertentu, seperti berbicara keras atau bernapas dengan cepat. Faktor-faktor tersebut juga dapat menentukan bagaimana beberapa orang mungkin secara diam-diam menyebarkan virus ke orang lain.
Dilansir dari Timesofindia, berikut adalah orang-orang yang memiliki risiko tertinggi untuk menyebarkan penyakit corona.
1. Orang dengan BMI lebih tinggi
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences mengamati bahwa orang yang menderita obesitas, yaitu orang yang memiliki Indeks Massa Tubuh (BMI) lebih tinggi, lebih berisiko menularkan COVID-19 ke orang lain.
Alasannya? Orang dengan BMI tinggi mampu mengembuskan lebih banyak tetesan pernapasan di udara, yang dapat menampung partikel virus corona yang menular.
Temuan ini muncul setelah survei yang melibatkan 194 orang dilakukan, yang mengamati bahwa orang yang memiliki tingkat BMI lebih tinggi mengembuskan lebih banyak bio aerosol daripada mereka yang memiliki BMI terkontrol.
2. Orang dewasa yang lebih tua dengan BMI lebih tinggi
Tingkat penyebaran virus COVID-19 juga meningkat secara signifikan untuk mereka yang lebih tua, dengan tingkat BMI yang lebih tinggi.
Seperti yang telah diamati oleh para ilmuwan, kekebalan yang lemah dikombinasikan dengan lebih banyak partikel pernapasan yang dihasilkan, menempatkan kategori ini pada risiko yang lebih tinggi secara eksponensial juga.
3. Orang dewasa muda
Peneliti sebelumnya juga telah melihat bahwa ada kategori lain yang berisiko menjadi super spreader, yakni orang dewasa muda.
Menurut temuan, orang dewasa yang lebih muda tidak hanya menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk tertular jenis virus COVID-19 baru, tetapi mereka juga cenderung melewatkan deteksi gejala.
Efeknya, mereka dapat bertindak sebagai penyebar asimtomatik atau diam-diam terus menyebarkan gejala di masyarakat.
Kurangnya tindakan pencegahan, seperti mengabaikan aturan pemakaian masker, ketidaksesuaian dengan aturan juga dapat membuat mereka rentan terhadap virus.
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan
Mengingat sejujurnya, kamu mungkin tidak akan pernah bisa menentukan dari mana tepatnya kamu bisa tertular virus.
Maka menghindari atau mengisolasi kelompok berisiko tinggi mungkin bukan pilihan yang terbaik.
Oleh karena itu, cara terbaik untuk melindungi diri kamu dari virus adalah dengan tetap memakai masker, menjaga kebersihan tangan, menjadikan jarak sosial sebagai bagian dari hidup, dan yang terpenting mendapatkan vaksinasi jika sudah tersedia.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!