Share This Article
Saat ini pemerintah terus menggalakan program vaksinasi COVID-19 untuk memutus rantai penularan virus berbahaya tersebut. Salah satu jenis vaksin yang diberikan adalah vaksin berbasis mRNA Pfizer, yang dikembangkan oleh BioNTech. Baru-baru ini, pemakaian vaksin tersebut menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Penyebabnya adalah kasus kematian pada seorang wanita di Selandia Baru, yang diduga akibat miokarditis seusai menerima vaksin buatan Amerika Serikat tersebut.
Lalu apa sebenarnya miokarditis itu sendiri? Benarkah ini menjadi salah satu efek samping dari penggunaan vaksin Pfizer?
Baca juga: Penelitian Terbaru: Vaksinasi COVID-19 pada Ibu Hamil Berikan Antibodi untuk Janin
Apa itu miokarditis?
Dilansir dari Healthline, miokarditis adalah penyakit yang ditandai dengan peradangan otot jantung, atau dikenal dengan istilah miokardium.
Ini adalah otot yang melapisi dinding jantung, dan bertanggung jawab agar jantung dapat berkontraksi serta rileks selama memompa darah keluar masuk ke seluruh tubuh.
Ketika otot tersebut meradang, kemampuannya untuk memompa darah menjadi kurang efektif. Ini dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan seperti detak jantung yang tidak normal, nyeri dada, atau kesulitan bernapas.
Dalam kasus ekstrem, kondisi miokarditis juga dapat menyebabkan pembekuan darah yang menyebabkan serangan jantung, stroke, sampai kematian.
Penyebab miokarditis
Seringkali sulit untuk menentukan dengan tepat apa yang menjadi penyebabnya. Tetapi beberapa hal yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan ini di antaranya adalah:
1. Virus
Virus yang paling umum menyebabkan miokarditis termasuk Coxsackievirus grup B, Human Herpes Virus 6, dan Parvovirus B19.
Selain itu, echovirus yang dikenal menyebabkan infeksi gastrointestinal, virus Epstein-Barr, dan virus Rubella penyebab campak Jerman juga tercatat bisa menyebabkan miokarditis.
2. Bakteri
Miokarditis juga dapat terjadi akibat infeksi Staphylococcus aureus atau Corynebacterium diptheriae.
Staphylococcus aureus adalah bakteri yang dapat menyebabkan impetigo, sedangkan Corynebacterium diptheriae adalah bakteri yang menyebabkan difteri.
3. Penyakit autoimun
Penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan di bagian lain dari tubuh, seperti rheumatoid arthritis atau SLE, terkadang juga dapat menyebabkan miokarditis.
Risiko miokarditis setelah menerima vaksin Pfizer
Dilansir dari Health.gov.au, penyakit ini telah dilaporkan menjadi salah satu efek samping yang jarang terjadi dari pemberian vaksin COVID-19 berbasis mRNA. Ini meliputi vaksin Pfizer dan Moderna, namun tidak termasuk vaksin Astra Zeneca.
Risiko miokarditis akibat vaksin mRNA tersebut, tampaknya lebih tinggi setelah pemberian dosis vaksin yang kedua (76 persen). Namun ada juga sejumlah kasus yang dilaporkan setelah menerima dosis vaksin pertama.
Data kasus miokarditis terkait vaksin COVID-19
Berdasarkan data laporan pada the US VAERS (Vaccine Adverse Event Reporting System), kasus miokarditis terkait vaksin COVID-19 banyak terjadi pada pria dewasa dengan usia di bawah 30 tahun.
Angka dalam laporan tersebut menyebutkan bahwa perbandingan efek samping tersebut adalah 40,6 kasus per 1 juta dosis kedua vaksin pada laki-laki berusia 12-29 tahun. Sementara pada wanita dalam rentang usia yang sama, jumlah kasusnya adalah 4,2 kasus per 1 juta dosis vaksin kedua.
Di sisi lain, pada pria berusia 30 tahun atau yang lebih tua, kejadian miokarditis paskavaksinasi COVID-19 terjadi dengan sebanyak 2,4 kasus per 1 juta dosis kedua. Sedangkan pada wanita usia yang sama jumlahnya adalah 1 kasus per 1 juta dosis kedua.
Gejala-gejala yang harus diwaspadai
Sebagian besar kasus miokarditis terkait dengan vaksinasi COVID-19 terbilang ringan namun tetap membutuhkan bantuan tenaga medis di rumah sakit.
Pasien umumnya dapat pulih dalam waktu relatif cepat setelah menerima bantuan kesehatan dari tenaga medis profesional.
Gejala miokarditis ringan umum muncul dalam 1-5 hari setelah vaksinasi. Ini termasuk nyeri dada, palpitasi atau detak jantung tidak teratur, pingsan sampai sesak napas.
Apabila kamu mengalami gejala-gejala tersebut setelah mendapatkan vaksin mRNA COVID-19 seperti Pfizer, maka kamu dianjurkan untuk segera mencari pertolongan medis. Mendapatkan bantuan medis secepatnya bisa membantu anda segera sembuh dari penyakit tersebut.
Baca juga: 3 Alasan Lansia Tidak Diprioritaskan Mendapat Vaksin COVID-19
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!