Share This Article
Vaksin adalah salah satu senjata untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus COVID-19. Cara kerjanya adalah dengan memicu respons kekebalan tubuh.
Di Indonesia, program vaksinasi COVID-19 telah dimulai sejak awal Januari lalu. Diproduksi oleh Sinovac, efikasi vaksin atau kemampuan vaksin untuk melindungi penerimanya dari risiko tertular COVID-19, adalah sekitar 65 persen.
Lalu apa saja hal-hal yang perlu diketahui terkait dengan fakta tersebut? Mari simak penjelasannya di bawah ini.
Baca juga: 3 Alasan Lansia Tidak Diprioritaskan Mendapat Vaksin COVID-19
Dari mana angka efikasi berasal?
Pada dasarnya sebuah vaksin harus melalui berbagai tahap sebelum dinyatakan aman dan boleh diberikan kepada masyarakat umum. Dilansir dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), tahapan ini di antaranya adalah:
- Eksplorasi
- Uji praklinis
- Perkembangan klinis
- Tinjauan peraturan dan persetujuan
- Manufaktur
- Kontrol kualitas.
Efikasi sendiri terdapat pada tahap perkembangan klinis yang dibagi lagi menjadi 3 fase. Fase pertama melibatkan sekelompok kecil orang untuk diberikan vaksin percobaan.
Di fase kedua, studi klinis diperluas dan vaksin diberikan kepada orang-orang yang memiliki karakteristik tertentu. Terakhir, di fase ketiga vaksin diberikan kepada ribuan orang, dan diuji kemanjurannya atau yang biasa disebut dengan istilah efikasi.
Angka efikasi 65% pada vaksin Sinovac
Sebelum program vaksinasi dimulai, pemerintah telah mengumumkan kesiapan hasil uji klinis vaksin Sinovac, dan penerbitan Emergency Use Authorization (EUA) kepada PT Bio Farma selaku pembawa vaksin ke Indonesia.
Hal tersebut telah menjawab setidaknya sebagian besar pertanyaan tentang kemanjuran dan keamanan dari vaksin ini. Pada vaksin Sinovac, angka efikasi yang dihasilkan adalah sebesar 65,3 persen.
Ini berarti telah terjadi penurunan sebanyak 65,3 persen penularan kasus penyakit COVID-19 pada kelompok yang divaksin, dibandingkan dengan kelompok yang tidak divaksin.
Angka ini diperoleh lewat uji klinis yang dilakukan di Bandung, dengan melibatkan 1.600 orang. Para peserta uji coba ini terbagi menjadi 2 kelompok, di mana 800 di antaranya menerima vaksin dan sisanya diberikan vaksin kosong (plasebo).
Makna 65% dalam upaya menurunkan kasus COVID-19 di Indonesia
Dilansir dari UGM.ac.id, penurunan tingkat kejadian infeksi COVID-19 pada populasi sekitar 65 persen, dinilai signifikan dan memiliki efek jangka panjang.
Jika sebelum vaksin, dari 100 juta penduduk Indonesia, ada risiko sebanyak 8,6 juta penduduk dapat tertular. Diharapkan dengan adanya potensi penurunan 65 persen dengan vaksinasi, maka hanya sekitar 3 juta orang yang bisa tertular penyakit ini.
Ini tentu sangat berarti dalam penyediaan fasilitas perawatan kesehatan, dan mencegah penularan lebih lanjut bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin.
“Sebagai peneliti, saya masih punya harapan untuk vaksinasi. Diharapkan dapat menurunkan angka kejadian infeksi Covid-19 di Indonesia. Apalagi jika didukung dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang baik, diharapkan dapat mengakhiri pandemi Covid-19 di Indonesia, ”.
Prof. Dr. apt. Zullies Ikawati, Ketua Program Studi Doktor Ilmu Farmasi, Universitas Gajah Mada, 2021.
Baca juga: Fakta di Balik Hoax Vaksin Sinovac Bisa Memperbesar Alat Kelamin
Apakah vaksin COVID-19 menimbulkan efek samping?
Meski ada catatan bahwa vaksin Sinovac bisa memiliki efek samping. Namun yang terjadi adalah gejala-gejala ringan seperti pegal, mengantuk, dan demam.
Adapun kekhawatiran terkait antibody-dependent enhancement (ADE), atau kondisi di mana kekebalan tubuh tidak efektif menetralkan virus yang dituju, dan malah menimbulkan reaksi yang negatif, tidak terjadi dalam uji klinis vaksin baik di Indonesia, Turki, maupun Brasil.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
Hasil kemanjuran vaksin Sinovac sebesar 65,3 persen bagi sebagian orang mungkin mengecewakan. Namun, ini adalah langkah besar untuk memulai, terutama karena batas minimum persetujuan vaksin dari FDA, WHO, dan EMA adalah 50 persen.
Artinya, secara epidemiologis, vaksin ini dapat mengurangi kejadian infeksi hingga lebih dari 50 persen. Ini sangat berarti dan bisa menyelamatkan nyawa banyak orang.
Apalagi vaksin tersebut juga disebutkan memiliki imunogenisitas yang tinggi, yakni mencapai 99 persen dalam tiga bulan pertama. Artinya ini dapat memicu antibodi pada subjek yang menerima vaksin selama 3 bulan sejak ia menerima vaksin.
“Dengan angka efikasi yang sudah melampaui standar minimal, maka sudah sangat bermakna dalam mencegah kejadian infeksi baru, baik pada penerima vaksin maupun populasi yang tidak menerima vaksin,”.
Prof. Wiku Adisasmito, Juru Bicara Satgas COVID-19, 2021.
Masyarakat juga diharapkan yakin akan efektivitas dan keamanan vaksin yang telah mengantongi sertifikat EUA dan sertifikat halal ini. Pemerintah pun akan tetap melakukan pemantauan lebih lanjut setelah 6 bulan kedepan paska vaksinasi sehingga terlihat efektivitas vaksin tersebut.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!