Share This Article
Seiring dengan disetujuinya program vaksinasi secara mandiri di Indonesia, beberapa nama baru vaksin COVID-19 pun mulai bermunculan. Salah satunya adalah vaksin COVID-19 Sputnik V.
Lalu apa saja yang perlu diketahui seputar vaksin yang berasal dari Rusia ini?
Baca juga: 3 Alasan Lansia Tidak Diprioritaskan Mendapat Vaksin COVID-19
Apa itu vaksin Sputnik?
Dilansir Sputnik Vaccine, vaksin Sputnik V adalah vaksin terdaftar pertama di dunia berdasarkan platform berbasis vektor adenoviral. Saat ini vaksin tersebut telah terdaftar di lebih dari 40 negara.
Pada dasarnya vaksin ini tidak mengandung virus hidup yang dilemahkan. Isinya yakni adalah vektor yang menggabungkan dua materi genetik dari virus adenovirus dan virus lain.
Kedua unsur yang disisipkan ini aman bagi tubuh, tetapi tetap dapat membantu sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi yang melindungi kamu dari infeksi.
Penggunaan adenovirus sebagai vektor dilakukan dengan pertimbangan bahwa virus ini bukanlah virus baru. Ini adalah virus yang telah ada selama ribuan tahun, dan hanya menyebabkan flu biasa.
Selain itu, teknologi ini dipilih karena dianggap lebih mudah dan cepat dalam menghasilkan vaksin.
Proses pembuatan vaksin Sputnik
Awal mula pembuatan vaksin ini adalah dengan mengekstrak materi genetik dari virus COVID-19.
Tujuannya adalah untuk menyaring kode informasi tentang struktur lonjakan protein S, yang membentuk ‘mahkota’ virus dan bertanggung jawab untuk koneksi dengan sel manusia.
Setelah berhasil memecahkan kode tersebut, para peneliti kemudian memasukkannya ke dalam vektor adenovirus yang sudah dikenal untuk dikirim ke sel manusia.
Ini merupakan proses akhir dari pembuatan vaksin COVID-19 Sputnik V.
Cara kerja vaksin
Untuk memastikan kekebalan yang tahan lama, para peneliti menggunakan dua jenis vektor adenovirus (rAd26 dan rAd5) untuk vaksinasi pertama dan kedua. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efek vaksin.
Dilansir Medical News Today, Denis Logunov, penulis studi dan kepala penelitian vaksin menjelaskan, saat vaksin Sputnik masuk ke dalam tubuh, mereka akan mengirimkan kode genetik protein lonjakan SARS-CoV-2 dan kemudian berhenti.
Meski tidak dapat mereplikasi diri, gen virus tersebut tetap dapat memicu sensor kekebalan bawaan secara memadai. Ini dapat mengajari sistem kekebalan tubuh mengenali dan menyerang virus COVID-19 di masa mendatang.
Baca juga: Fakta di Balik Hoax Vaksin Sinovac Bisa Memperbesar Alat Kelamin
Uji klinis yang telah dilakukan
Uji klinis Sputnik V yang berlangsung di Rusia melibatkan lebih dari 31 ribu sukarelawan. Sementara uji klinis fase 3 dari vaksin ini telah dilakukan di Uni Emirat Arab, India, Venezuela dan Belarusia.
Berdasarkan data terakhir, hampir 20 ribu orang ikut berpartisipasi dalam penelitian di 25 rumah sakit dan klinik di Moskow. Uji ini dilakukan dari September hingga November 2020.
Keamanan vaksin
Dalam proses uji klinis yang dilakukan, para peserta menerima suntikan awal dari vaksin atau plasebo, kemudian suntikan penguat 21 hari kemudian.
Dari 14.964 orang dalam kelompok vaksin, hanya 16 yang mengembangkan kasus gejala COVID-19 setelah menerima suntikan vaksin kedua.
Ini membuat vaksin Sputnik V menjadi salah satu dari tiga vaksin di dunia dengan kemanjuran lebih dari 90 persen, tepatnya yakni pada angka 91,6 persen.
Efek vaksin terhadap serangan virus corona baru
Dalam rangka memastikan keamanan vaksin dan kemampuannya untuk menimbulkan respons kekebalan, para ahli berupaya melihat apakah vaksin Sputnik V dapat mencegah infeksi dengan virus corona baru.
Hasilnya menunjukkan bahwa para relawan menunjukkan respons imun yang kuat.
Ini ditandai dengan tubuh yang mengembangkan antibodi dan respons sel T, di mana keduanya merupakan faktor penting dalam melawan infeksi.
Aman bagi orang lanjut usia
Dilansir DW, uji coba Sputnik V terbaru melibatkan 2.144 peserta yang berusia di atas 60 tahun. Ditemukan tingkat kemanjuran vaksin dalam kelompok ini adalah 91,8 persen.
Biaya pemakaian vaksin
Biaya satu dosis vaksin Sputnik untuk pasar internasional adalah kurang dari USD 10 atau sekitar Rp 150 ribu.
Vaksin ini sendiri akan diberikan dalam dua kali dosis dan bersifat kering, sehingga bisa pada suhu +2 hingga +8 derajat Celcius.
Ini membuat vaksin Sputnik menjadi lebih mudah didistribusikan ke seluruh dunia, termasuk daerah yang sulit dijangkau di Indonesia.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!