Share This Article
Beberapa negara seperti Inggris dan Amerika Serikat, telah mulai melakukan vaksinasi COVID-19 kepada warganya. Di Indonesia, vaksin tersebut baru akan diberikan pertama kali, rencananya pada 13 Januari mendatang.
Berkaitan dengan siapa saja yang masuk ke dalam kategori penerima vaksin, sempat muncul pertanyaan apakah pasien yang sudah sembuh dari COVID-19 masuk dalam kelompok tersebut atau tidak?
Baca juga: Benarkah Penderita HIV/AIDS Lebih Berisiko Terinfeksi COVID-19?
Kekebalan alami penderita COVID-19 hanya berlangsung beberapa bulan
Daya tahan tubuh seseorang yang diperoleh akibat terkena infeksi, disebut dengan istilah kekebalan alami. Kekuatannya sangat bervariasi, tergantung pada banyak faktor. Mulai dari genetik, riwayat kesehatan, tingkat stres, hingga lingkungan.
Beberapa bukti awal menunjukkan, bahwa kekebalan alami yang terjadi setelah sembuh dari COVID-19, mungkin tidak bisa bertahan lama. Dilansir dari Huffpost, antibodi tersebut hanya dapat bertahan paling tidak selama beberapa bulan.
Hal ini membuat peluang terjadinya kasus infeksi ulang penyakit COVID-19 menjadi sangat mungkin terjadi. Biasanya ini baru muncul tiga sampai empat bulan setelah kejadian penyakit pertama.
Oleh karena itu, para peneliti saat ini menduga bahwa kekebalan yang diberikan oleh vaksin akan lebih kuat daripada yang diperoleh dari infeksi virus COVID-19 secara alami.
Pasien yang telah sembuh dari COVID-19 tetap perlu divaksin
Ketika seseorang mengalami gejala COVID-19, sistem kekebalan tubuhnya akan belajar mengenali virus dan mulai memproduksi antibodi untuk melawannya.
Sehingga setelah sembuh, ia akan memiliki kekebalan dalam rentang waktu tertentu terhadap infeksi ulang virus tersebut. Sayangnya sampai dengan saat ini, sampai kapan jangka waktu tersebut belum diketahui secara pasti.
Ini membuat para ahli merekomendasikan untuk tetap memberikan vaksin, bahkan pada penderita COVID-19 yang telah sembuh. Hal ini diamini oleh kandidat PhD dari Griffth University, Australia, Dicky Budiman.
Sebagaimana diberitakan Kontan, ia mengatakan bahwa orang yang pernah terinfeksi COVID-19 dan telah sembuh, masih membutuhkan suntikan vaksin, karena masih ada potensi reinfeksi virus corona.
Bagaimana dengan pasien yang hanya pernah mengalami gejala ringan?
Bagi pasien yang memiliki gejala ringan atau tidak bergejala (OTG), maka kekebalan tubuh yang dimiliki juga sifatnya lemah. Jadi mereka tetap memerlukan vaksinasi, karena sistem kekebalan yang didapatkan tidak akan berlangsung lama.
“Pasien yang terinfeksi itu pun membuktikan bahwa daya tahan ini yang timbul akibat reinfeksi tidak akan lama, sekitar 3 bulanan. Karena atas dasar itulah otomatis orang tersebut masih membutuhkan vaksin,”
Dicky Budiman, kandidat PhD dari Griffth University, Australia.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa vaksin harus ditawarkan kepada semua orang tanpa memandang riwayat infeksi gejala atau asimtomatik sebelumnya.
Baca juga: Benarkah Taffix Semprotan Hidung Bisa Melindungi dari Penularan COVID-19?
Vaksinasi diharapkan dapat mencegah infeksi ulang
Vaksinasi diharapkan dapat membantu memperkuat kekebalan tubuh seseorang terhadap virus COVID-19. Dalam uji klinis yang sedang berlangsung, Pfizer dan BioNTech telah mempelajari vaksinasi pada orang dengan dan tanpa riwayat terpapar virus, dilansir dari Healthline,
Hasilnya diketahui bahwa vaksin tersebut 95 persen efektif mencegah COVID-19. Temuan ini menunjukkan bahwa vaksin dapat membantu mencegah infeksi ulang pada orang yang telah terpapar virus, serta menurunkan risiko infeksi pada orang yang tidak memiliki riwayat terpapar.
“Data dari uji coba fase 2/3 untuk vaksin Pfizer-BioNTech menunjukkan bahwa vaksin tersebut aman dan kemungkinan efektif pada orang dengan bukti infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya,”
Dr. Miriam Smith, kepala Departemen Penyakit Menular di Long Island Jewish Forest Hills, Queens, New York.
Kapan pasien COVID-19 yang telah sembuh sebaiknya divaksin?
Dilansir dari Healthline, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) saat ini menyarankan pasien sembuh dari COVID-19 bisa menunggu hingga hampir 90 hari untuk divaksin.
Hal ini disarankan mengingat bukti ilmiah yang tersedia hingga sekarang menunjukkan bahwa infeksi ulang dengan virus ini jarang terjadi dalam waktu 90 hari sejak infeksi awal.
Apabila kamu saat ini memiliki gejala aktif COVID-19, CDC merekomendasikan untuk menunggu sampai kamu benar-benar pulih dan memenuhi kriteria untuk mengakhiri masa isolasi.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!