Share This Article
Setelah lebih dari 1 tahun pandemi virus corona melanda, beberapa negara berhasil memproduksi vaksin yang saat ini sudah mendapatkan izin resmi Badan Kesehatan Dunia WHO.
Untuk Indonesia sendiri secara resmi menggunakan 3 jenis vaksin yakni Sinovac, AstraZeneca, dan juga Sinopharm. Setiap jenis vaksin punya cara kerja dan penggunaan yang berbeda.
Lalu di antaran vaksin Sinovac, AstraZeneca, dan juga Sinopharm, kira-kira mana ya yang paling ampuh melawan infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19?
Mengenal istilah efikasi
Sebelum kita membandingkan ketiga vaksin COVID-19 di atas, ada baiknya kita mempelajari terlebih dulu apa itu efikasi. Efikasi adalah besarnya kemampuan vaksin mencegah dan menekan penularan pada individu di kondisi ideal dan terkontrol.
Hasil kemampuan vaksin itu dilihat dari hasil uji klinis di laboratorium yang dilakukan kepada jumlah orang yang terbatas. Efikasi ini berbeda dengan efektivitas ya.
Efektivitas merujuk pada kemampuan vaksin mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu dalam lingkup yang lebih besar.
Jadi efikasi adalah hasil pengujian vaksin dalam kondisi yang terkontrol. Tapi efektivitas adalah hasil dari vaksin dalam dunia nyata, di mana ada kondisi-kondisi yang tidak semuanya bisa dikontrol.
Simak ulasan lengkap perbedaan efikasi dan efektivitas pada artikel di bawah ini ya!
Baca Juga : Efikasi dan Efektivitas Vaksin, Apa Sih Perbedaannya?
Perbandingan vaksin Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm
Perlu dicatat, bahwa ketiga vaksin ini sudah mendapatkan izin emergency use listing (EUL) dari WHO ya. Jadi bisa dipastikan penggunaannya aman.
Vaksin Sinovac
Sinovac adalah vaksin yang diproduksi oleh perusahaan Sinovac Biotech asal China. Di Indonesia, uji coba lokal menunjukkan tingkat efikasi sebesar 65 persen, tetapi uji coba hanya melibatkan 1.620 peserta.
Cara kerja vaksin Sinovac adalah menggunakan partikel virus SARS-CoV-2 yang tidak aktif untuk menciptakan kekebalan. Virus yang tidak aktif artinya bagian dari virus yang menyebabkan penyakit dihancurkan, tetapi informasi genetik dasarnya tetap ada.
Ketika disuntikkan sebagai vaksin, virus yang tidak aktif akan melatih sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit yang disebabkannya, tetapi tidak akan membuat kamu sakit.
Efek samping vaksin Sinovac:
Berdasarkan data uji coba tahap 1 dan 2 untuk vaksin Sinovac, diketahui bahwa tidak ada laporan kejadian buruk yang serius dari pemberian vaksin ini.
Berikut beberapa efek samping vaksin Sinovac yang umum terjadi:
- Nyeri di tempat suntikan
- Demam
- Kelelahan
Vaksin AstraZeneca
AstraZeneca atau yang punya nama resmi Vaxzevria adalah vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh University of Oxford dan AstraZeneca asal Inggris.
Analisis dari uji coba di Inggris dan Brasil dan menunjukkan vaksin AstraZeneca memiliki efikasi hingga 90 persen. Berbeda dengan Sinovac yang menggunakan virus COVID-19 yang tidak aktif, AstraZeneca menggunakan jenis adenovirus.
Vaksin AstraZeneca bekerja dengan cara mempersiapkan tubuh untuk mempertahankan diri dari COVID-19. Vaksin terdiri dari virus lain (adenovirus) yang telah dimodifikasi untuk mengandung gen untuk membuat protein lonjakan menyerupai SARS-CoV-2.
Efek samping vaksin AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca telah dikaitkan dengan efek samping berupa pembekuan darah. Akibatnya, lebih dari selusin negara Eropa menghentikan distribusi vaksin tersebut.
Sampai saat ini, ada sekitar 222 dugaan kasus pembekuan darah di Eropa dengan lebih dari 30 kematian terkait dengan vaksin AstraZeneca, dari 34 juta vaksinasi. Dalam kasus ini, gumpalan darah terjadi pada emboli paru, trombosis vena dalam (DVT) atau trombositopenia.
Namun, kejadian tersebut masih langka terjadi di Indonesia. Berikut beberapa efek samping vaksin AstraZeneca yang umum terjadi:
- Nyeri, sakit, bengkak, kemerahan, memar, atau rasa hangat di tempat suntikan
- Kelelahan atau kurang enak badan
- Sakit kepala
- Nyeri otot atau nyeri sendi
- Demam dan menggigil
Baca Juga : PAPDI Rekomendasikan Penggunaan Vaksin AstraZeneca, Ini yang Perlu Diperhatikan
Vaksin Sinopharm
Sinopharm adalah vaksin yang dikembangkan oleh Beijing Bio-Institute of Biological Products (BBIBP) asal China. Ini adalah vaksin COVID-19 China pertama yang telah disahkan oleh WHO untuk penggunaan darurat.
Melansir WHO, uji coba pada fase 3 multi-negara yang besar telah menunjukkan bahwa 2 dosis vaksin Sinopharm, yang diberikan dengan interval 21 hari, memiliki tingkat efikasi 79 persen terhadap infeksi SARS-CoV-2.
Vaksin Sinopharm mengandung virus SARS-CoV-2 yang telah menjalani perawatan dengan bahan kimia yang disebut beta-propiolactone. Bahan kimia ini mengikat materi genetik virus dan menghentikannya bereplikasi dan menyebabkan COVID-19.
Efek samping virus Sinopharm
Sampai saat ini, data mengenai efek samping vaksin Sinopharm masih sedikit. Pada sebuah uji coba kecil terhadap 600 sukarelawan menemukan bahwa vaksin tersebut aman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh peserta uji coba.
Efek samping vaksin Sinopharm yang paling sering dilaporkan dalam percobaan ini adalah demam dan nyeri di tempat suntikan. WHO meninjau data keamanan dari tiga uji klinis, yang mencakup data untuk 16.671 peserta yang menerima vaksin Sinopharm.
Sebagian besar data ini berhubungan dengan pria berusia 18-59 tahun. Berdasarkan data ini, efek samping yang paling umum adalah:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Reaksi tempat suntikan
Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm, mana yang paling manjur lawan COVID-19?
Vaksin COVID-19 tidak dapat secara langsung dibandingkan karena perbedaan pendekatan yang diambil dalam merancang studi masing-masing.
Tetapi secara keseluruhan, semua vaksin yang telah mencapai Daftar Penggunaan Darurat atau Emergency Use Listing dari WHO sangat efektif dalam mencegah penyakit parah dan rawat inap akibat COVID-19.
Jadi vaksin apapun yang kamu gunakan, semuanya bukanlah produk yang dibuat asal-asalan. Yang terpenting, selalu laporkan gejala apapun ke dokter setelah melakukan vaksinasi ya.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!