Share This Article
Bagi beberapa penderita COVID-19 mungkin ada yang mengalami komplikasi badai sitokin. Kondisi ini perlu kamu waspadai karena bisa berakibat fatal yaitu kegagalan fungsi organ hingga kematian. Simak yuk penjelasan badai sitokin pada COVID-19.
Apa itu badai sitokin pada COVID-19?
Melansir penjelasan dari laman Very Well Health, badai sitokin adalah rangkaian respons imun berlebihan yang dapat menyebabkan masalah serius.
Sistem kekebalan mengandung banyak komponen berbeda yang membantu tubuh melawan infeksi. Ini mencakup berbagai jenis sel yang berkomunikasi satu sama lain melalui molekul pensinyalan, yang dikenal sebagai sitokin.
Pada kasus COVID-19, sindrom badai sitokin mengacu pada sekelompok kondisi medis dimana sistem kekebalan menghasilkan terlalu banyak sinyal peradangan, terkadang menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
Ini tidak dianggap sebagai penyakit itu sendiri, melainkan masalah medis serius yang dapat terjadi karena beberapa masalah mendasar yang berbeda. Kadang-kadang juga disebut sindrom pelepasan sitokin, CRS, atau hanya badai sitokin.
Badai sitokin menjadi penyebab beberapa orang mengembangkan gejala yang mengancam jiwa penderita COVID-19, kondisi medis yang disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2.
Gejala badai sitokin pada penderita COVID-19
Penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin umumnya mengalami gejala seperti demam dan sesak napas. Akibat dari kondisi tersebut penderita COVID-19 pasti akan membutuhkan alat bantu napas atau ventilator dan terjadi sekitar 6-7 hari setelah gejala COVID-19 timbul.
Perlu kamu ketahui tak hanya sekadar demam dan sesak napas, gejala lain yang mungkin dialami seperti:
- Demam dan menggigil.
- Kelelahan.
- Pembengkakan pada ekstremitas.
- Mual dan muntah.
- Nyeri otot dan persendian.
- Sakit kepala.
- Ruam.
- Batuk.
- Sesak napas.
- Nafas tak beraturan.
- Kejang.
- Gemetar.
- Kesulitan mengkoordinasikan gerakan.
- Kebingungan dan halusinasi.
- Merasa lesu dan daya tanggap yang buruk.
Tekanan darah yang sangat rendah dan peningkatan pembekuan darah juga bisa menjadi tanda dari sindrom badai sitokin yang parah. Jantung mungkin tidak memompa sebaik biasanya.
Akibatnya, badai sitokin dapat memengaruhi banyak sistem organ, berpotensi menyebabkan kegagalan organ dan kematian.
Pentingnya memprediksi badai sitokin pada penderita COVID-19
Kemampuan memprediksi sejak dini bagi pasien akan mengalami badai sitokin dapat membantu mencegah risiko yang fatal. Pengaturan waktu itu penting. Diagnosis dini dan pengobatan sindrom badai sitokin meningkatkan kelangsungan hidup.
Badai sitokin didiagnosis dalam konteks kondisi medis yang mendasarinya. Masalah mendasar ini mungkin sudah diketahui, atau mungkin memerlukan diagnosisnya sendiri.
Seseorang mungkin perlu didiagnosis dengan kelainan genetik, kondisi autoimun, atau penyakit menular, seperti COVID-19.
Bergantung pada situasinya, ini mungkin memerlukan berbagai jenis tes medis, seperti tes darah tertentu. Riwayat medis dan pemeriksaan fisik memberikan titik awal diagnostik.
Penting bagi dokter untuk mengetahui bahwa badai sitokin adalah suatu kemungkinan, karena ini adalah kondisi yang berbahaya.
Kelainan laboratorium, seperti yang terlihat pada tes darah dasar, dapat memberikan petunjuk. Orang yang mengalami badai sitokin mungkin memiliki kelainan seperti berikut:
- Penurunan jumlah sel imun.
- Peningkatan penanda kerusakan ginjal atau hati.
- Peningkatan penanda inflamasi seperti protein C-reaktif (CRP).
- Kelainan penanda pembekuan darah.
- Peningkatan ferritin (terlibat dalam respons infeksi).
- Pencitraan medis juga dapat memberikan petunjuk. Misalnya, rontgen dada mungkin menunjukkan keterlibatan paru-paru dari badai sitokin yang terkait dengan COVID-19.
Baca juga: 4 Tips Mengatur Sirkulasi Udara di Kantor agar Terhindar dari Risiko COVID-19
Pengobatan badai sitokin dari COVID-19
Bagi beberapa penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin, membutuhkan perawatan intensif di ICU. Dokter akan melakukan beberapa langkah seperti:
- Pemantauan tanda-tanda vital, meliputi tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh, secara intensif.
- Pemasangan ventilator.
- Pemberian cairan melalui infus.
- Terus memantau kadar elektrolit.
- Cuci darah (hemodialisis).
- Pemberian obat anakinra atau tocilizumab untuk menghambat aktivitas sitokin.
Seperti dilansir dari laman Very Well Health, para peneliti secara aktif mengeksplorasi banyak terapi berbeda untuk mengobati sindrom badai sitokin dari COVID-19.
Banyak yang mempelajari apakah menjalani terapi bisa memengaruhi sistem kekebalan untuk melihat apakah ada yang dapat membantu orang dengan badai sitokin dari COVID-19.
Misalnya, kineret (anakinra) adalah terapi biologis yang terkadang digunakan untuk mengobati penderita rheumatoid arthritis dan kondisi medis lain yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Terapi ini memblokir aktivitas sitokin tertentu yang dikenal sebagai interleukin 1 (IL-1). Kadang-kadang membantu orang dengan badai sitokin dari kondisi autoimun.
Para peneliti saat ini sedang mempelajari apakah terapi ini dapat membantu orang yang sakit kritis dengan sindrom badai sitokin dari COVID-19.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!