Share This Article
Orang yang telah pulih dari COVID-19 cenderung mendapat skor yang jauh lebih rendah pada tes kecerdasan dibandingkan dengan mereka yang tidak tertular virus tersebut. Itulah kesimpulan penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Medrxiv.org. Temuan ini juga menunjukkan bahwa COVID-19 menyebabkan penurunan fungsi otak kemampuan kognitif yang signifikan, terutama pada mereka yang menderita penyakit parah selama terinfeksi.
Ketahui fakta penting mengenai hal tersebut lewat ulasan di bawah ini.
Baca juga: Studi Terbaru: Kurang Tidur di Usia 50 tahun Meningkatkan Risiko Demensia
Dampak COVID-19 terhadap penurunan fungsi otak
Studi kasus mengungkapkan adanya masalah neurologis pada pasien COVID-19 yang terkena dampak parah selama terpapar. Fakta ini diperoleh lewat analisis data tes kognitif 84.285 peserta di Inggris.
Di antara semua peserta, 60 memakai ventilator, 147 dirawat di rumah sakit tanpa ventilator, 176 membutuhkan bantuan medis di rumah untuk kesulitan pernapasan, 3466 mengalami kesulitan pernapasan dan tidak menerima bantuan medis, lalu 9201 dilaporkan sakit tanpa gejala pernapasan.
Saat mengerjakan tes, peserta yang telah pulih termasuk yang tidak melaporkan gejala, menunjukkan penurunan kemampuan berpikir ketika diminta mengingat dan mengisi beberapa informasi seperti:
- Usia
- Jenis kelamin
- Tingkat pendidikan
- Pendapatan
- Kelompok ras-etnis dan
- Gangguan medis yang sudah ada sebelumnya.
Komplikasi neurologis yang terjadi
Mereka yang kesulitan mengisi data-data di atas, diketahui datang dari kelompok pasien yang telah dirawat di rumah sakit. Tetapi beberapa ada juga yang berasal dari pasien bergejala ringan yang tidak melaporkan kesulitan bernapas.
Studi juga menemukan berbagai komplikasi pada otak yang timbul akibat COVID-19, di antaranya adalah stroke, ensefalopati (kelainan struktur atau fungsi otak), sindrom inflamasi, perdarahan mikro, dan respons autoimun.
Ada beberapa risiko konsekuensi neurologis lainnya yang dikhawatirkan muncul akibat sepsis atau peradangan. Misalnya hipoksia, hiperstimulasi imun, sampai gangguan psikologis dan psikiatris pada titik tertentu.
Namun, belum dapat dipastikan apakah infeksi COVID-19 ini terkait dengan penurunan kemampuan berpikir pada tingkat populasi. Jika ya, para ahli perlu mencari tahu perbedaannya dengan tingkat keparahan gejala pernapasan dan status rawat inap.
Seberapa banyak penurunan fungsi otak atau IQ yang terjadi akibat COVID-19?
Berdasarkan analisis yang dilakukan, terbukti bahwa infeksi COVID-19 kemungkinan berpengaruh besar pada fungsi kognitif. Skala penurunan yang teramati bukanlah tidak berarti, besarnya adalah sebanyak 0,57 SD untuk sub-kelompok yang dirawat di rumah sakit dengan ventilator.
Ini setara dengan penurunan rata-rata 10 tahun di antara usia 20 hingga 70 dalam set data ini. Itu juga lebih besar dari penurunan rata-rata 512 orang yang terindikasi pernah menderita stroke (-0,40SD) dan 1.016 yang melaporkan ketidakmampuan belajar (-0,49SD).
Pada tingkat yang lebih lanjut, virus COVID-19 juga diketahui berpengaruh pada kemampuan memecahkan masalah semantik atau bahasa, pemrosesan emosional, dan rentang kerja memori.
Tips menjaga kinerja otak setelah pulih dari COVID-19
Dilansir dari Web MD, berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu coba untuk menjaga agar kinerja otak tetap optimal meski pernah terinfenksi COVID-19.
1. Jaga kesehatan jantung
Kamu harus membuat darah tetap mengalir dengan mudah melalui jantung dan pembuluh darah.
Tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, merokok, dan diabetes semuanya meningkatkan risiko mengembangkan penyakit neurodegeneratif dengan menghambat aliran darah ke otak.
2. Tidur berkualitas
Cara utama untuk menjaga otak tetap bekerja adalah dengan mematikannya selama 7-9 jam setiap malam.
Tidur adalah hal termudah yang dapat kamu lakukan untuk mengatur ulang otak, memungkinkannya untuk sembuh, sekaligus untuk memulihkan kesehatan mental.
3. Gerakkan tubuhmu
Berjalan kaki selama 30 menit sehari, atau berenang membantu kamu meningkatkan kesehatan kinerja otak. Olahraga meningkatkan aliran darah ke otak dan itu dapat meningkatkan ukuran hippocampus, bagian otak yang bertanggung jawab untuk memori.
4. Makan dengan baik
Diet kaya asam lemak omega-3, rendah lemak jenuh, penuh nutrisi yang ditemukan dalam sayuran berdaun hijau, bersama dengan biji-bijian dapat membantu menjaga otak tetap sehat sepanjang hidup.
5. Bersosialisasi
Alih-alih menonton Netflix atau menggulir Facebook, habiskan waktu sebanyak mungkin dengan teman. Mengapa? Saat kamu bersosialisasi, darah bersirkulasi ke beberapa bagian otak yang berbeda dan ini membuat fungsi otak tetap aktif.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!