Share This Article
Wanita dengan sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) disebut-sebut lebih rentan terhadap penularan COVID-19.
Ya, dikutip dari Medscape, wanita dengan PCOS hampir 30 persen lebih berisiko terkena COVID-19 dibandingkan dengan wanita yang tidak menderita penyakit tersebut.
Mengapa wanita dengan PCOS lebih berisiko?
Menurut penelitian, faktor risiko COVID-19 dikaitkan dengan kondisi seperti hiperinflamasi, kecenderungan etnis, kadar vitamin D yang rendah dan hiperandrogenisme.
Kondisi-kondisi tersebut terkait langsung dengan PCOS. Selain itu, pasien PCOS memiliki prevalensi yang tinggi dengan kondisi kardiovaskular, diabetes tipe 2, obesitas dan hipertensi.
Secara signifikan kondisi tersebut juga dapat meningkatkan risiko yang buruk jika tertular COVID-19. Adanya keterkaitan seperti yang sudah dijelaskan di atas, dapat menjadi manifestasi kardiovaskular PCOS dan COVID-19 yang parah.
Karena itu, peneliti merasa diperlukan perhatian pada pasien PCOS, terutama pada mereka yang menjalani perawatan terfragmentasi. Maksudnya menerima perawatan dari beberapa dokter, misalnya dokter umum, ahli endokrin dan ginekolog.
Perhatian lebih untuk pasien PCOS
Kondisi PCOS seringkali tidak langsung terdeteksi. Ada beberapa kasus yang menunjukkan diagnosis diabetes tipe 2, namun kondisi itu menutupi PCOS yang juga diderita pasien.
Akibatnya, kondisi PCOS pun menjadi terabaikan. Karena itu, diharapkan pasien PCOS bisa terdeteksi dan menjadi catatan adanya risiko tinggi terhadap COVID-19.
Perhatian lebih pada penderita PCOS juga diharap bisa sejalan dengan memberikan perawatan dengan kualitas tinggi untuk pasien yang memiliki kondisi kompleks, termasuk PCOS.
Rekomendasi yang relevan untuk mengelola kesehatan akan sangat membantu untuk menghindari penularan.
Bagaimana jika pengidap PCOS menunjukkan gejala COVID-19?
Beberapa negara menggunakan metformin sebagai salah satu pengobatan PCOS. Karena dapat membantu mengontrol glukosa darah dan pengelolaan gejala lain pada PCOS.
Metformin adalah salah satu obat yang dipertimbangkan untuk pengobatan melawan COVID-19, dengan potensi efek antivirus. Obat ini dapat memblokir masuknya virus SARS-CoV-2 ke dalam sel inang.
Tetapi di sisi lain, obat ini dapat meningkatkan asidosis laktat. Asidosis laktat adalah tingginya kadar asam laktat dalam tubuh, dalam konteks bisa menimbulkan dehidrasi dan gangguan ginjal pada penderita COVID-19 dengan gejala berat.
Karena itu, jika penderita PCOS sedang menjalani pengobatan dengan metformin terkena COVID-19, disarankan untuk menghentikan pengobatan. Seperti juga yang dianjurkan pada penderita diabetes dengan pengobatan yang sama.
Mengenal PCOS secara umum
Setelah mengetahui jika wanita dengan PCOS memiliki risiko yang lebih tinggi, berikut rangkuman singkat tentang PCOS, penyakit yang diperkirakan memengaruhi hingga 16 persen wanita.
Apa itu PCOS?
PCOS adalah kondisi yang memengaruhi hormon pada wanita. Wanita dengan PCOS menghasilkan jumlah hormon pria yang lebih tinggi.
Ketidakseimbangan hormon itu membuat wanita mengalami siklus menstruasi yang tidak normal dan membuat wanita sulit untuk hamil.
Apa penyebab PCOS?
Belum diketahui pasti apa penyebabnya, namun ada beberapa faktor yang dikaitkan dengan kondisi ini, yaitu:
- Genetik. Penelitian menunjukkan bahwa PCOS bisa diwariskan dari keluarga.
- Resistensi insulin. Tubuh pengidap PCOS tidak bisa menggunakan insulin dengan benar. Di mana seharusnya insulin berfungsi untuk mengubah gula menjadi energi dan menyebarkan ke seluruh tubuh.
- Peradangan. Wanita dengan PCOS seringkali mengalami peradangan di dalam tubuh. Salah satu penyebab peradangan adalah kelebihan berat badan dan tingkat androgen yang tinggi.
Gejala PCOS
Secara umum, gejala PCOS adalah:
- Menstruasi tidak teratur
- Menstruasi bisa lebih hebat daripada wanita pada umumnya
- Tumbuh rambut di wajah dan bagian tubuh seperti punggung, perut dan dada
- Jerawat yang tumbuh di wajah, dada dan punggung
- Kelebihan berat badan atau obesitas
- Kebotakan atau rambut yang menipis dan rontok
- Kulit yang gelap di lipatan tubuh seperti leher, selangkangan dan di bawah payudara
- Sakit kepala, di mana kondisi ini muncul dipicu oleh perubahan hormon
Jika kamu merasa memiliki gejala tersebut, konsultasikan kondisimu dengan dokter untuk mendapat perawatan. Dengan mengetahui ada atau tidaknya PCOS, juga akan membantumu lebih hati-hati lagi dengan penularan COVID-19.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!