Share This Article
Pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Namun, sejumlah varian baru dari virus pemicunya justru bermunculan di beberapa negara. Setelah Mu dan Delta Plus, kini masyarakat dunia harus bersiap menghadapi varian Omicron.
Omicron muncul menjelang penghujung 2021. Banyak pakar beranggapan, varian ini memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi. Apa benar? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut!
Awal kemunculan varian Omicron
Dikutip dari laman World Health Organization (WHO), Omicron adalah varian terbaru dari virus Corona dengan nama ilmiah B.1.1.529. Varian ini pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada 24 November lalu.
Tak butuh waktu lama, dua hari setelahnya, WHO segera menetapkannya sebagai kelompok variant of concern (VOC). Untuk mencegah terulangnya outbreak varian Delta, WHO menyarankan semua negara untuk meningkatkan kewaspadaan.
Terbukti, beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia, telah menutup pintu kedatangan orang asing yang berasal dari sebagian wilayah Afrika, tempat Omicron pertama kali berkembang. Bahkan, belakangan diketahui bahwa Omicron sudah meluas ke Australia, hingga Kanada.
Baca juga: Waspada, Ini Virus COVID-19 Baru Varian Mu yang Wajib Diketahui
Karakteristik varian Omicron
Para peneliti masih melakukan kajian mendalam terhadap Omicron. Untuk sementara, diketahui bahwa varian tersebut memiliki beberapa mutasi yang berdampak pada perilaku virus. Ini dapat memengaruhi risiko penyebaran dan tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkan.
Menurut penjelasan Prof Tulio de Oliveira, direktur Center for Epidemic Response and Innovation di Afrika Selatan, Omicron memiliki mutasi yang “tidak biasa” dan “sangat berbeda” dari varian SARS-CoV-2 yang pernah ada.
Omicron mempunyai 50 mutasi secara keseluruhan dan lebih dari 30 mutasi pada spike protein. Banyaknya mutasi ditengarai berasal dari satu pasien yang sistem kekebalannya tidak mampu mengalahkan virus.
Puluhan mutasi pada virus dikhawatirkan bisa meningkatkan potensi penularan. Dr Ulrich Elling, ahli biologi molekuler di Institute of Molecular Biotechnology, Wina, mengatakan, Omicron mungkin lima kali lebih menular dari varian Delta.
Bagaimana gejalanya?
Hingga saat ini, menurut WHO, belum ada informasi bahwa gejala yang disebabkan Omicron berbeda dengan varian lainnya. Hanya saja, gejala akibat Omicron diyakini bisa lebih ringan dari biasanya.
Dr Angelique Coetzee, kepala Asosiasi Medis Afrika Selatan, menjelaskan bahwa gejala varian Omicron sejauh ini ringan dan dapat dirawat secara mandiri di rumah. Perlu diketahui, Dr Angelique juga merupakan orang pertama yang mencurigai kemunculan varian tersebut.
Pada 18 November lalu, tujuh pasien COVID-19 di kliniknya memiliki gejala yang “sangat ringan”, berbeda dari varian Delta yang dominan. Sampel virus diambil dan diperiksa di laboratorium, hasil menunjukkan bahwa itu adalah Omicron.
Gejala “sangat ringan” yang dimaksud adalah kelelahan, nyeri tubuh, dan sakit kepala selama dua hari. Pasien tersebut tidak kehilangan penciuman atau rasa dan penurunan kadar oksigen, seperti yang umum disebabkan oleh varian Delta.
Namun, data itu hanya diperoleh dari pasien yang berusia 40 tahun atau lebih muda. Belum ada laporan menyeluruh tentang gejala yang dialami oleh pasien lanjut usia (lansia).
Baca juga: Cenderung Tak Menimbulkan Keluhan, Apa Saja Gejala COVID-19 Varian Delta Plus AY.4.2?
Cara penanganan
Sama dengan Varian sebelumnya, menjalankan protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi masih efektif untuk mengurangi risiko tertular, mencegah keparahan dan kematian akibat terinfeksi Omicron..
Belum ada pengobatan khusus untuk menangani pasien COVID-19 varian Omicron. Artinya, penanganan masih sama seperti pasien infeksi virus Corona pada umumnya. Antivirus, kortikosteroid dan peningkat imun masih efektif meredakan gejala parah dari COVID-19.
Nah, itulah ulasan tentang COVID-19 varian Omicron yang kini sedang menjadi perhatian serius banyak negara. Untuk meminimalkan risiko penularan, selalu terapkan protokol kesehatan di mana pun kamu berada, ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.