Share This Article
Di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, warganet dibuat heboh oleh pernyataan seorang dokter bernama Lois Owien. Ini karena dr. Lois mengklaim bahwa kematian pasien COVID-19 bukanlah karena infeksi virus Corona, melainkan interaksi obat.
Lantas, apa sih sebenarnya interaksi obat itu? Apa dampaknya pada efektivitas dan kinerja obat itu sendiri? Yuk, cari tahu jawabannya dengan ulasan berikut ini!
Memahami interaksi obat
Interaksi obat adalah kondisi ketika suatu obat mendapatkan pengaruh atau efek dari obat atau senyawa lain. Ada dua hal yang mungkin bisa terjadi, yaitu efek peningkatan atau penurunan kinerja dari obat itu sendiri. Efek samping yang muncul pada tubuh juga bisa dipicu oleh hal ini.
Bisa dikatakan, interaksi akan terjadi jika kamu mengonsumsi lebih dari satu obat dalam waktu yang bersamaan. Bukan hanya obat medis, tapi juga suplemen, vitamin, dan produk herbal yang kerap dijadikan sebagai perawatan tradisional.
Dampak interaksi obat berdasarkan mekanismenya
Interaksi obat bukanlah sebuah aktivitas tunggal, melainkan melibatkan sejumlah mekanisme. Dikutip dari laman Pharmacology Education Project, interaksi obat dibagi menjadi empat jenis, di antaranya adalah:
- Interaksi distribusi, terjadi ketika suatu obat terikat dengan protein dari senyawa atau obat lain. Hal tersebut memengaruhi dosis atau efek dari salah satu atau seluruh obat yang dikonsumsi.
- Interaksi absorpsi, terjadi ketika suatu obat memengaruhi daya serap lambung terhadap obat lainnya. Obat tertentu dapat memperlambat atau mempercepat penyerapan obat lainnya. Ini akan berdampak pada kecepatan efek dari satu atau seluruh obat yang dikonsumsi.
- Interaksi ekskresi, terjadi ketika suatu obat memengaruhi kemampuan ginjal untuk menjalankan proses ekskresi. Jika sering terjadi, keadaan tersebut bisa berdampak buruk pada kesehatan ginjal.
- Interaksi metabolisme, terjadi ketika sebuah obat memengaruhi laju metabolisme obat lain. Hal ini dapat menghambat aktivitas enzim tertentu di suatu organ (terutama hati). Banyak obat bergantung pada enzim sitrokom P450 di hati agar bisa diubah menjadi metabolit aktif.
Berbahaya atau tidak?
Beberapa orang menganggap bahwa interaksi obat adalah sesuatu yang buruk. Faktanya, interaksi obat terkadang dibutuhkan untuk mendukung kinerja obat lainnya, lho. Dengan kata lain, interaksi obat tak selamanya berkonotasi negatif.
Menurut penjelasan Prof. Zulies Ikawati, ahli farmakologi Universitas Gadjah Mada, tidak semua interaksi obat akan membahayakan, tapi ada juga yang menguntungkan. Pada pasien COVID-19 yang punya penyakit bawaan seperti hipertensi misalnya, obat yang dibutuhkan cukup banyak.
Ibarat menangkap pencuri, lanjut Zulies, kombinasi beberapa obat bisa menghadangnya dari berbagai penjuru. Namun, semuanya tetap harus diperhatikan. Sebab, semakin banyak obat yang dikonsumsi, efek samping yang muncul juga bisa meningkat.
Jika ada orang yang mengatakan bahwa kematian pasien COVID-19 semata-mata disebabkan oleh interaksi obat, maka pendapat itu tidak berdasar dan tak dapat dipertanggungjawabkan.
Baca juga: Menebus Antibiotik Secara Berulang dengan Resep yang Sama, Boleh atau Tidak?
Faktor yang memengaruhi interaksi obat
Obat yang diresepkan dokter memiliki kemungkinan kecil untuk menimbulkan interaksi negatif. Namun, interaksi obat adalah hal yang bersifat kompleks, sering kali tidak dapat diprediksi. Ada banyak faktor yang bisa memengaruhi terjadinya interaksi obat.
Interaksi obat dapat disebabkan oleh durasi penggunaan obat, jeda waktu antar dosis, atau bahkan besaran dosis yang diminum itu sendiri. Tapi, masih ada beberapa faktor lain yang bisa menjadi penyebabnya, yaitu:
- Faktor genetik
- Usia
- Gaya hidup (pola diet dan olahraga)
- Tingkat hidrasi
- Penyakit yang diderita.
Mencegah interaksi negatif
Seperti yang telah disebutkan, interaksi obat bisa terjadi menguntungkan atau merugikan. Untuk meminimalkan risiko terjadinya interaksi obat yang merugikan, berikut hal-hal yang perlu dilakukan:
- Hanya mengonsumsi obat yang diresepkan dokter
- Menginformasikan ke tenaga medis atau dokter jika ingin menambahkan atau menurunkan dosis obat, dan menghentikan konsumsinya
- Beri tahu dokter obat apa saja yang kamu konsumsi, termasuk vitamin, suplemen, dan herbal
- Jangan ragu untuk bertanya tentang interaksi obat yang paling serius dari obat-obatan yang kamu konsumsi
- Minta saran dokter untuk menghentikan konsumsi obat yang tidak perlu.
Nah, itulah ulasan tentang interaksi obat yang disebut-sebut menjadi penyebab kematian pasien COVID-19. Untuk meminimalkan dampak buruknya, selalu bicarakan dengan dokter tentang obat apa saja yang dikonsumsi, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!