Share This Article
Setelah hampir berjalan selama dua tahun, situasi menunjukkan bahwa kondisi pandemi akibat COVID-19 terus mengalami perbaikan hingga menuju endemi. Dampaknya, berbagai kebijakan semasa PPKM pun mengalami pelonggaran.
Apalagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sudah menyatakan bahwa pandemi berpeluang untuk segera beralih menjadi endemi. Apa kamu sudah tahu apa yang harus disiapkan menjelang tibanya momen tersebut?
Baca juga: 3 Alasan Lansia Tidak Diprioritaskan Mendapat Vaksin COVID-19
Mengenal endemi dan perbedaannya dengan pandemi
Dilansir dari Columbia.edu wabah penyakit bersifat endemi jika terjadi secara konsisten tetapi terbatas pada wilayah tertentu. Hal ini membuat penyebaran penyakit jadi lebih mudah untuk diprediksi.
Di Indonesia, beberapa penyakit yang sudah masuk ke dalam kategori endemi adalah demam berdarah dengue, dan malaria.
Adapun perbedaan antara pandemi dan endemi dilihat dari penyebaran penyakit itu sendiri. Jika persebarannya sangat luas sampai mencakup seluruh dunia, maka itu dinamakan pandemi.
Sedangkan jika penyakit terus muncul dan menjadi karakteristik di sebuah wilayah. Namun dengan frekuensi dan jumlah kasus yang rendah maka ini masuk dalam kategori endemi.
Seperti apa bentuk endemi COVID-19?
Dr. Karen Edwards, profesor epidemiologi dan biostatistik di Program Kesehatan Masyarakat UCI, kepada Healthline mengatakan, tingkat vaksinasi adalah salah satu faktor yang menentukan kapan penyakit menular beralih dari pandemi menjadi endemi.
Karena secara teori, tingkat penularan akan mengalami penurunan ketika cukup banyak orang memiliki kekebalan, misalnya melalui vaksinasi. Hal ini yang kemudian bisa membuat sebuah negara mencapai endemi lebih dulu daripada negara lain.
Edwards juga mengingatkan bahwa endemi bukan berarti virus COVID-19 telah hilang. Sebaliknya, virus tersebut tetap ada dan bahkan mungkin meningkat selama waktu-waktu tertentu dalam setahun.
Akan tetapi hal ini dapat dikelola secara lebih konstan dengan pola yang sebagian besar dapat diprediksi dari waktu ke waktu. Adapun untuk lonjakan kasus, terutama pada orang yang belum divaksinasi tetap mungkin terjadi.
“Tetapi seiring waktu, ini akan berkurang karena jumlah individu yang rentan dalam suatu populasi juga mengalami penurunan” lanjut Edwards.
Kapan Indonesia akan memasuki masa endemi?
Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban, dilansir dari CNN Indonesia mengatakan bahwa Indonesia mungkin akan memasuki masa endemi dalam rentang waktu 1 sampai 3 bulan ke depan.
Penting untuk diingat bahwa endemi pada dasarnya adalah tindakan pengendalian berkelanjutan. Ini artinya masyarakat tetap diimbau menerapkan protokol kesehatan, meskipun Indonesia dalam masa transisi memasuki masa endemi.
Persiapan menjelang endemi
Di awal pandemi, para ahli yakin bahwa herd immunity akan terwujud saat sebagian besar populasi telah terlindungi baik secara alami maupun lewat vaksinasi.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, mereka sadar bahwa virus COVID-19 tidak akan hilang dalam waktu dekat dan malah akan beralih menjadi endemi.
Artinya kamu perlu belajar untuk hidup berdampingan bersama virus tersebut. Dengan harapan jumlah penularan menjadi lebih rendah dan gejala yang muncul ringan.
Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk ‘menyambut’ endemi, antara lain:
1. Usahakan mendapat booster
Seiring dengan keberadaan virus yang terus bermutasi dan berkembang, maka para ahli memperkirakan bahwa kamu akan membutuhkan suntikan booster secara rutin di masa endemi nanti.
Beberapa studi juga mengatakan bahwa efektivitas vaksin awal akan menurun setelah lima sampai enam bulan. Jadi tanpa booster tahunan, kasus COVID-19 kurang dapat dikelola karena lonjakan kasus yang parah membebani sumber daya rumah sakit.
2. Melakukan pertemuan disarankan di ruang terbuka
Memasuki masa endemi, kamu diimbau untuk tetap menghindari kerumunan. Jika ada hal mendesak yang mengharuskan bertemu dengan banyak orang, maka lakukanlah di ruangan terbuka yang memiliki sirkulasi udara baik.
3. Rutin mencuci tangan
Lanjutkan protokol kesehatan yang satu ini, karena upaya ini terbukti efektif melindungi diri dari serangan virus COVID-19.
4. Lakukan etika batuk dan bersin yang baik
Persebaran virus Corona dapat dicegah salah satunya dengan menutup mulut serta hidung ketika batuk maupun bersin. Gunakan sapu tangan atau tisu, dan hindari menutupnya dengan jari-jari tangan karena bisa menjadi sarana penularan kepada orang lain.
5. Memelihara kebersihan lingkungan
Ini penting karena lingkungan yang bersih adalah tempat yang memiliki risiko rendah terkena berbagai virus maupun bakteri.
6. Memakai masker di luar rumah
Masker adalah tameng perlindungan yang sangat penting dalam memutus persebaran virus COVID-19. Fungsinya adalah membantu mengatasi penyebaran virus dalam droplet orang yang terinfeksi saat batuk maupun bersin.
7. Sediakan perlengkapan kesehatan yang lengkap
Oksimeter, termometer, dan tensimeter adalah senjata utama yang bisa diandalkan untuk memantau kondisi kesehatan pasien saat melakukan isolasi mandiri.
8. Kurangi bepergian
Kamu disarankan mengurangi bepergian ke luar rumah jika memang tidak benar-benar mendesak guna menekan laju penyebaran virus COVID-19.
Baca juga: Fakta di Balik Hoax Vaksin Sinovac Bisa Memperbesar Alat Kelamin
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.