Share This Article
Brbagai penelitian tentang efek COVID-19 terhadap kesehatan tubuh telah banyak dimulai. Namun hanya sedikit yang menganalisis implikasi pandemi ini terhadap tingkat kecemasan di masyarakat.
Padahal pandemi telah banyak membuat orang-orang mengaitkan gejala sakit seperti batuk, pilek atau demam dengan COVID-19 secara berlebihan.
Kondisi ini disebut dengan istilah ‘Coronaphobia‘ yang secara khusus terkait dengan pemicu kegelisahan akibat virus corona.
Baca juga: Varian Baru Virus Corona Ditemukan di Jepang, Bagaimana Faktanya?
Apa itu coronaphobia?
Dilansir NCBI, coronaphobia diartikan sebagai respons berlebihan yang dipicu karena takut tertular virus COVID-19. Kondisi ini disertai gejala fisiologis, stres yang signifikan, dan perilaku pencarian keselamatan.
Seseorang yang menderita coronaphobia akan menghindari berbagai hal yang dianggap bisa memicu ia tertular virus.
Misalnya bertemu orang, meninggalkan rumah, bepergian, membaca update atau berita, jatuh sakit, atau pergi bekerja ke kantor.
Tanda dan gejala coronaphobia
Seseorang yang terkena gangguan mental ini biasanya akan mengalami perubahan dalam kehidupan sehari-harinya. Gejala khasnya antara lain:
Fisiologis
Coronaphobia dapat memicu kekhawatiran terus menerus yang menyebabkan gejala jantung berdebar, tremor, kesulitan bernapas, pusing, perubahan nafsu makan, dan sulit tidur.
Kognitif
Ketakutan terhadap virus corona akan membuat seseorang terlalu banyak memikirkan hal-hal yang dianggap bisa mengancam hidupnya di masa pandemi ini.
Misalnya, ‘Saya akan meninggal jika saya tertular virus’, ‘Saya tidak akan bisa pergi ke kantor dan akan menganggur’, atau ‘Keluarga saya dalam bahaya dan mereka mungkin meninggal’.
Kondisi ini pada tahap selanjutnya dapat memicu respons emosional negatif, seperti kesedihan, rasa bersalah, dan kemarahan.
Perilaku
Dalam rangka menghindari risiko tertular virus corona, penderita coronaphobia akan banyak melakukan perilaku penghindaran. Ada ketakutan yang mencolok untuk:
- Menggunakan transportasi umum
- Menyentuh permukaan benda
- Berada di tempat terbuka (pasar, pantai, stadion) dan di tempat-tempat tertutup (hotel, pusat perbelanjaan, bioskop, stadion dalam ruangan)
- Menghadiri pertemuan publik
- Berdiri dalam antrean
Penerapan protokol kesehatan yang berlebihan juga akan terlihat. Misalnya terus-menerus memeriksa tanda vital tubuh, memastikan tidak adanya penyakit, mengobati diri sendiri, atau memeriksa ulang sanitasi.
Meskipun terasa realistis, namun sesungguhnya hal ini justru malah dapat mengganggu kualitas kehidupan individu sehari-hari.
Baca juga: Zinc dan Vitamin C Mengurangi Gejala COVID-19, Ini Fakta Medisnya!
Siapa yang lebih rentan terkena coronaphobia?
Dilansir Health, studi terbaru yang dilakukan Dr. Lily Brown PhD, dari Penn Center for the Treatment and Study of Anxiety, menunjukkan bahwa rata-rata wanita melaporkan lebih banyak kecemasan daripada pria selama pandemi.
Ini terjadi karena berbagai alasan, termasuk fakta bahwa wanita memiliki kecemasan lebih besar tentang anggota keluarga yang sakit, atau bahwa mereka sendiri secara tidak sengaja menyebarkan virus.
Brown juga mengatakan bahwa orang yang lebih muda rentan mengalami peningkatan kecemasan. Bukan hanya karena virus itu sendiri, tetapi juga karena efek pandemi yang tidak pasti terhadap masa depan mereka.
Cara tepat mengatasi coronaphobia
Banyak penelitian menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif (CBT) dapat secara efektif mengobati kecemasan. Brown pun menyarankan hal yang sama untuk membantu menangani coronaphobia.
Meski saat ini mungkin sulit untuk bertemu dokter secara langsung, kamu bisa memanfaatkan layanan kesehatan online dan melakukan konsultasi secara daring.
CDC juga menawarkan cara lain untuk mengatasi stres selama pandemi, termasuk menjaga kesehatan fisik, menyisihkan waktu untuk bersantai, dan berhubungan dengan orang lain dalam kegiatan yang positif.
Cara lain yang juga dirasa ampuh untuk mengatasinya adalah dengan melakukan pengendalian diri dan menjaga rasa tenang. Dimulainya program vaksinasi corona, juga dapat mengurangi tingkat kecemasan akan pandemi ini di tengah masyarakat secara umum.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!