Share This Article
Pada permulaan pandemi COVID-19, gejala yang muncul adalah diare dan hilangnya bau atau rasa. Namun, sekarang dokter menemukan efek samping baru bagi penyintas COVID-19, terutama pria.
Perlu diketahui, terdapat hubungan mengejutkan antara COVID-19 dan disfungsi ereksi atau DE.
Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan disfungsi ereksi dan infeksi COVID-19, yuk simak penjelasannya berikut!
Baca juga: Alergi Terhadap Obat dan Makanan, Apakah Boleh Divaksin COVID-19?
Benarkah penyintas COVID-19 berisiko alami disfungsi ereksi?
Dilansir Cleveland Clinic, seseorang yang dapat bertahan hidup dari COVID-19 atau penyintas mungkin mengalami masalah terkait dengan disfungsi ereksi.
Disfungsi ereksi sendiri merupakan ketidakmampuan pria untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi saat berhubungan seks.
Sebuah tinjauan penelitian yang diterbitkan tahun 2020 mencatat adanya korelasi antara penyintas COVID-19 dan disfungsi ereksi. Ditambah lagi, terdapat bukti masalah seksual dan reproduksi lainnya pada pria yang pulih baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Direktur medis untuk WorkCare, Anthony Harris, M.D., M.B.A., M.P.H., CIO mengatakan bahwa virus dapat menyebabkan tubuh memiliki respons yang sangat kuat. Respons berupa kekebalan ini dapat memengaruhi sistem kardiovaskular, sirkulasi, dan jantung.
Pengaruh pada sirkulasi darah inilah yang dapat mengganggu fungsi hormon normal di mana pada gilirannya dapat benar-benar melenyapkan libido.
Karena COVID-19 menginfiltrasi begitu banyak bagian tubuh berbeda dari kulit hingga otak, sehingga tidak mengherankan jika DE bisa terjadi.
Penjelasan medis terkait COVID-19 dan disfungsi ereksi
Dikutip dari Medscape.com, COVID-19 meningkatkan risiko pengembangan disfungsi ereksi hampir enam kali lipat pada pria muda di kehidupan nyata. Data awal juga menunjukkan bahwa DE merupakan penanda peningkatan kerentanan terhadap infeksi SARS-CoV-2.
Perlu diketahui, masalah vaskular yang disebabkan oleh COVID-19 dapat memicu masalah disfungsi ereksi pada pria. Infeksi COVID-19 yang memengaruhi pembuluh darah, jantung, dan paru-paru dapat pula berdampak pada masalah ereksi.
Salah satu faktornya bisa jadi akibat efek inflamasi atau peradangan. Pada banyak orang, kerusakan tubuh yang terjadi akibat COVID-19 bukan dari virus itu sendiri, namun dari respons tubuh terhadap virus yang memicu keadaan hiperinflamasi.
Hiperinflamasi bisa mengakibatkan pembentukan gumpalan darah kecil serta pembengkakan endotel, yakni lapisan pembuluh darah.
Disfungsi endotel ini ditambah dengan adanya gumpalan darah pada akhirnya akan mengganggu aliran darah terutama yang berperan dalam mendapatkan ereksi.
COVID-19 juta dapat memperburuk kondisi jantung, seperti radang jantung atau detak jantung tidak teratur. Obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi masalah jantung, seperti beta blocker bisa juga menyebabkan disfungsi ereksi sebagai efek sampingnya.
Fakta lain tentang efek COVID-19 pada penis dan testis
Terdapat lebih banyak cara COVID-19 untuk memengaruhi organ kelamin para pria. Profesor klinis urologi, Jesse N. Mills, mengatakan bahwa disfungsi ereksi adalah gangguan fisiologi dan psikologis yang kompleks.
Sementara itu, diketahui jika COVID-19 bisa mengakibatkan stres fisiologis dan psikologis yang parah. Efeknya mengarah pada penurunan kadar testosteron dan peningkatan pelepasan hormon stres.
Dr. Mills menunjukkan hipotesis lain, yakni adanya komplikasi jangka panjang COVID-19 yang menyebabkan fibrosis pada jaringan ereksi. Jika kondisi pada jaringan penis sudah terjadi, sulit untuk diobati sepenuhnya.
Ada pula bukti yang menunjukkan bahwa infeksi virus corona dapat berdampak pada testis. SARS-CoV-2 akan memasuki sel dengan bantuan protein yang disebut ACE2, umumnya tersebar luas di testis.
Karena sebagian besar testosteron dibuat di testis, COVID-19 akan mengakibatkan penurunan jumlahnya. Dari sinilah diketahui bahwa rendahnya testosteron dapat berkontribusi pada disfungsi ereksi.
Dampak COVID pada kesehatan mental bisa jadi faktor penyebab
Di luar efek fisik, jumlah mental yang pulih dari virus mungkin berperan dalam menekan libido. Ada hubungan yang sangat kuat antara disfungsi ereksi dan efek psikologis dari infeksi virus corona.
Bagi beberapa orang tertentu, pemulihan tidak sesederhana yang terlihat. Hal ini berarti, orang yang secara teknis telah pulih dari COVID-19 masih bisa mengalami gejala atau efek samping jangka panjang.
Kondisi tersebut bisa sangat berisiko mengakibatkan disfungsi ereksi akibat adanya tekanan psikologis. Depresi, kecemasan, dan kelelahan dapat menghancurkan dorongan seks yang menyebabkan masalah reproduksi.
Baca juga: Mengenal Varian Baru Mutasi Virus Corona N439K, Ini Fakta Lengkapnya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!