Share This Article
Sejak awal kemunculannya, COVID-19 telah membuat para tenaga kesehatan kewalahan. Pasalnya virus ini tergolong baru dan belum ada pengobatan yang secara pasti direkomendasikan untuk melawannya.
Namun baru-baru ini sejumlah peneliti menemukan potensi terapi konvalesen untuk menangani pasien COVID-19. Melalui terapi ini pasien yang sudah sembuh dari COVID-19 diketahui berpotensi untuk membantu mengobati mereka yang masih menderita infeksi COVID-19.
Lantas apa itu terapi konvalesen? Kenali lebih lanjut dengan menyimak ulasannya di bawah ini.
Apa itu terapi konvalesen plasma?
Terapi konvalesen atau convalescent plasma therapy memiliki sejarah panjang untuk mengobati penyakit-penyakit dari berbagai virus yang pernah mewabah sebelumnya. Termasuk seperti Ebola, sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dan sindrom pernapasan akut yang parah (SARS).
Terapi ini kemudian disahkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) untuk menangani pasien COVID-19 pada Agustus 2020. Menurut FDA penggunaannya selama pandemi diperbolehkan karena belum ada pengobatan yang disetujui untuk COVID-19.
Baca juga:6 Tips Mencegah COVID-19 di Rumah yang Perlu Dilakukan
Bagaimana terapi konvalesen plasma dilakukan?
Convalescent plasma therapy dilakukan dengan melakukan transfusi plasma darah dari pasien yang telah pulih dari COVID-19 untuk merawat orang yang saat ini mengidap COVID-19.
Plasma konvalesen ini mengandung antibodi, yang merupakan protein khusus yang melawan infeksi dalam tubuh.
Untuk melakukan terapi, plasma darah diambil dari dalam tubuh, diuji keamanannya, dan dimurnikan untuk memisahkan antibodi. Setelah itu antibodi diinfuskan ke pasien yang sedang mengalami infeksi COVID-19.
Secara umum, menurut FDA, terapi ini membutuhkan setidaknya 200 ml plasma untuk setiap orang. Terapi ini juga berlangsung selama satu hingga dua jam. Namun, infus plasma tambahan mungkin dilakukan berdasarkan pertimbangan medis dari dokter serta respons dari pasien.
Baca juga: Benarkah Sepatu Bisa Jadi Sumber Penularan COVID-19?
Manfaat terapi konvalesen plasma
Berdasarkan riset, terapi konvalesen plasma diketahui memberikan peningkatan kondisi penderita COVID-19 secara keseluruhan. Mulai dari perbaikan fungsi paru, hasil x-ray yang membaik serta hasil PCR negatif setelah terapi.
Dalam riset tersebut juga disebutkan gejala seperti demam, dispnea (sesak napas), dan batuk menjadi lebih baik setelah menerima terapi. Bahkan 10 dari 13 pasien berhasil diekstubasi, alias tidak lagi menggunakan alat bantu napas atau ventilator.
Selain itu, terapi ini juga dianggap dapat membantu menetralkan virus. Dilansir Mayo Clinic, terapi konvalesen juga kemungkinan dapat mengurangi keparahan atau memperpendek lamanya infeksi virus COVID-19.
Kondisi ini tentu meningkatkan harapan akan penurunan angka kematian dan lamanya rawat inap di rumah sakit.
Risiko terapi konvalesen plasma jika dilakukan dengan tidak tepat
Risiko tertular COVID-19 dari terapi konvalesen plasma hingga saat ini belum diuji. Tetapi para peneliti percaya bahwa risikonya rendah karena donor telah pulih sepenuhnya dari infeksi. Darah juga telah lama digunakan untuk mengobati banyak kondisi lainnya.
Namun tetap ada beberapa risiko yang mungkin muncul dari terapi ini, seperti:
- Reaksi alergi
- Kerusakan paru-paru dan kesulitan bernapas
- Infeksi seperti HIV dan hepatitis B dan C
Beberapa orang mungkin mengalami komplikasi ringan atau tidak sama sekali. Namun risiko infeksi dianggap rendah karena setiap darah yang akan disumbangkan harus diuji keamanannya.
Keakuratan terapi konvalesen plasma masih menjadi kontroversi
Sampai saat ini para peneliti masih kesulitan untuk menilai seberapa efektif pengobatan atau terapi konvalesen ini.
National Institutes of Health (NIH) menganggap bukti yang ada belum cukup untuk menunjukkan terapi ini aman dan efektif. Dengan demikian, terapi ini belum bisa dianggap sebagai perawatan standar untuk penderita COVID-19.
Meski begitu, terapi konvalesen tetap diyakini memiliki potensi yang menjanjikan untuk menangani COVID-19. Para peneliti juga akan terus mencari tahu lebih lanjut tentang penggunaan plasma untuk pengobatan COVID-19 ini.
Penelitian juga harus dilakukan lebih dalam dan melibatkan berbagai perbedaan karakteristik atau kondisi medis pasien. Termasuk seperti jenis kelamin, usia, dan tingkat keparahan penyakit.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!