Share This Article
Imunisasi termasuk salah satu cara terbaik orang tua dalam melindungi anak, terutama di saat pandemi seperti sekarang. Imunisasi menjadi upaya pencegahan primer dengan meningkatkan sistem kekebalan anak. Namun, perlukah imunisasi dasar tetap dilakukan pada anak yang positif COVID-19?
Nah, untuk mengetahui lebih lanjut apakah anak yang positif COVID-19 tetap harus imunisasi dasar atau tidak, yuk simak penjelasannya berikut.
Baca juga: Serba-serbi Herd Immunity dan Kaitannya dengan Vaksinasi
Imunisasi dasar pada anak selama pandemi COVID-19
Dilansir Web MD, imunisasi tidak hanya melindungi anak namun juga semua orang yang berhubungan dengannya. Karena itu, meski pandemi COVID-19 sedang berlangsung, imunisasi anak tetap harus dijalankan.
Dokter spesialis anak RS Pondok Indah, dr Ellen Wijaya, SpA, menekankan pentingnya melakukan imunisasi dasar secara lengkap pada anak. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan herd immunity atau kekebalan komunitas.
Imunisasi dasar yang diberikan akan berbeda-beda sesuai dengan usia, di mana biasanya sudah bisa dimulai sejak anak lahir.
Perlukah anak yang positif COVID-19 tetap menerima imunisasi?
Meski imunisasi dasar sangat diperlukan, namun apabila anak terkonfirmasi positif COVID-19 maka ada baiknya untuk menunda terlebih dahulu. dr Ellen juga membenarkan bahwa anak yang positif COVID-19 tidak dianjurkan untuk menerima imunisasi.
Hal ini dikarenakan anak yang sedang menderita COVID-19 memiliki daya tahan tubuh kurang optimal. Karena itu, jika imunisasi tetap diberikan, maka tubuh kemungkinan tidak bisa memberikan respons secara maksimal.
Dokter spesialis anak RSUP Persahabatan, dr Jully Neily, SpA juga mengatakan bahwa tujuan imunisasi tidak akan tercapai jika anak sedang positif COVID-19. Sebagai tindak lanjut, anak yang menderita COVID-19 akan diobservasi terlebih dahulu sekitar 14 hari.
dr Jully menjelaskan, jika bayi menunjukkan kondisi stabil yakni tidak ada demam dan aktif menyusu langsung pada payudara ibu setelah observasi selama 14 hari, maka selanjutnya bisa melakukan imunisasi rutin.
Selain itu, dr Ellen pun menjelaskan bahwa anak bisa tetap diberikan imunisasi meski sudah terlewat dari jadwal tanpa harus mengulang dari awal.
Apabila imunisasi belum lengkap, maka akan diberikan secara simultan atau sekali datang ke dokter untuk menerima beberapa jenis vaksin.
Bagaimana jika bayi terkena COVID-19?
Bayi di bawah usia 1 tahun mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah dengan COVID-19. Hal ini mungkin disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang belum matang dan saluran nafas lebih kecil di mana membuat bayi mengalami masalah pernapasan akibat infeksi virus.
Perlu diketahui, bayi baru lahir dapat terinfeksi virus yang menyebabkan COVID-19 saat melahirkan atau terpapar dari pengasuh.
Karena itu, jika kamu memiliki gejala COVID-19 setelah melahirkan maka disarankan untuk memakai masker dan pastikan tangan bersih selama merawat bayi.
Biasanya, gejala pada anak-anak cenderung ringan, seperti pilek. Beberapa gejala COVID-19 pada anak lainnya berupa demam, hidung tersumbat, batuk, sakit tenggorokan, serta kelelahan.
Selain itu, sebagian anak juga akan mengalami gejala lain yakni mual atau muntah, diare, nafsu makan buruk, dan kesulitan bernapas. Apabila gejala COVID-19 pada anak ini muncul, maka ada baiknya untuk segera menghubungi dokter untuk perawatan lebih lanjut.
Dokter mungkin akan mempertimbangkan pengujian jika anak berisiko lebih tinggi terkena penyakit serius. Untuk tes COVID-19, petugas kesehatan menggunakan swab panjang guna mengambil sampel dari bagian belakang hidung yang kemudian dikirim ke laboratorium untuk diuji.
Baca juga: Kenali Reinfeksi COVID-19: Seberapa Mungkin Kondisi Ini Terjadi?
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!