Share This Article
COVID-19 memang dapat menimbulkan beberapa gejala. Baru-baru ini terdapat kondisi yang diyakini berkaitan dengan COVID-19, kondisi tersebut yakni sindrom peradangan multisistem. Ini merupakan gejala COVID-19 yang berbahaya pada anak.
Dilansir dari The New England Journal of Medicine, definisi kasus untuk gejala baru yang muncul ini diterbitkan pada akhir April 2020, setelah dokter anak Inggris memberiahu Layanan Kesehatan Nasional mengenai penyakit yang tidak biasa.
Penyakit tersebut disebut dengan sindrom multisistem inflamasi pedriatik yang saat ini dikaitkan dengan sindrom pernapasan akut parah coronavirus 2 (SARS-Cov-2). Kemudian kasus serupa dilaporkan dengan cepat oleh banyak negara lain.
Baca Juga: Hati-hati! Komplikasi COVID-19 Dapat Sebabkan Myashtenia Gravis, Apa Itu?
Mengenal sindrom pernapasan multisistem
Sindrom multisistem inflamasi pedriatik sendiri didefinisikan berbeda oleh Centers for Disease Control and Prevention dan World Health Organization (WHO), mereka menamai kondisi tersebut dengan nama sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak.
Sindrom peradangan atau inflamasi multisistem pada anak-anak (MIS-C) adalah suatu kondisi di mana terjadi peradangan pada bagian tubuh yang berbeda. Termasuk jantung, paru-paru, otak, kulit, mata, atau bahkan organ pencernaan.
Tak hanya dapat terjadi pada anak, sindrom ini juga dapat terjadi pada remaja. Masih banyak yang harus dipelajari mengenai sindrom inflamasi baru ini. Untuk penyebab MIS-C sendiri masih belum diketahui.
Meskipun demikian, banyak anak yang mengalami MIS-C memiliki virus yang menyebabkan COVID-19, atau pernah berada di sekitar orang yang terkena COVID-19.
Apa gejala sindrom peradangan multisistem?
Sindrom peradangan multisistem memiliki beberapa tanda dan gejala yang sama dengan kondisi lain yang disebut sebagai penyakit Kawasaki. Penyakit Kawasaki sendiri lebih banyak menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Kondisi tersebut menyebabkan peradangan pada dinding pembuluh darah, terutama arteri koroner (pembuluh yang memasok darah ke otot jantung). Sampai saat ini, peneliti masih bekerja untuk mencari tahu apakah kedua kondisi tersebut berkaitan atau tidak.
Dilansir dari Mayo Clinic, berikut adalah tanda dan gejala sindrom peradangan multisistem pada anak.
- Demam yang berlangsung selama 24 jam atau lebih lama
- Muntah
- Diare
- Nyeri pada perut
- Ruam kulit
- Mata memerah
- Kemerahan atau pembengkakan pada bibir dan lidah
- Merasa lelah
- Kemerahan atau pembengkakan pada tangan atau kaki.
Gejala yang lebih parah dapat meliputi:
- Ketidakmampuan untuk bangun atau tetap terjaga
- Kesulitan bernapas
- Nyeri dada atau adanya tekanan yang tidak kunjung hilang
- Kebingungan
- Bibir atau wajah yang membiru
- Sakit perut yang parah.
Yang perlu diketahui adalah, tidak semua anak mengalami gejala yang sama. Sangat penting untuk melakukan pengobatan sejak dini agar gejala tidak semakin parah.
Mengapa anak dengan COVID-19 mengalami sindrom multisistem?
Dilansir dari Republika.co.id, menurut para peneliti, penyakit langka yang disebut sebagai sindrom peradangan multisistem pedriatik telah muncul pada sebagian kecil anak-anak selama pandemi COVID-19 berlangsung.
Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine, peneliti mencatat bahwa kondisi ini dapat menyebabkan peradangan parah terhadap pembuluh darah serta dapat menyebabkan kerusakan jantung.
Dalam penelitian ini, para peneliti menganalisis sampel darah dari 25 anak yang memiliki hasil tes positif virus Corona baru yang mana juga memiliki gejala sindrom peradangan multisistem dan gejala COVID-19.
Sampel kemudian diuji pada berbagai tahapan penyakit, dari fase akut hingga rawat jalan. Kemudian, para peneliti melakukan perbandingan hasil tersebut dengan tujuh anak yang sehat yang memiliki rentang usia yang sama.
Hasil temuan mengungkapkan bahwa pada tahap akut sindrom peradangan multisistem, anak-anak telah meningkatkan kadar molekul pensinyalan sel-sel tubuh atau yang biasa disebut dengan sitokin.
Pada saat yang bersamaan, tubuh mereka mengurangi kadar sel darah putih sistem kekebalan (limfosit).
Para peneliti percaya bahwa penelitian ini dapat memberikan bukti pertama mengenai sistem kekebalan pada penyakit tersebut. Mereka juga percaya bahwa bukti tersebut penting untuk penelitian di masa depan.
Bagaimana MIS-C diobati?
Sebagian besar anak dengan MIS-C perlu untuk dirawat di rumah sakit, beberapa anak memerlukan perawatan di unit perawatan intensif. Perawatan biasanya melibatkan berbagai jenis terapi yang menargetkan sistem kekebalan tubuh untuk mengurangi peradangan.
Bergantung pada gejala dan kondisi yang dialami oleh anak, mereka mungkin saja akan menerima obat antiinflamasi dan obat-obatan lain untuk mengurangi peradangan pada organ vital, seperti jantung, ginjal, serta melindunginya dari kerusakan permanen.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!