Share This Article
Tanggal 12 Agustus menjadi peringatan Hari Remaja Internasional atau International Youth Day. Ini merupakan sebuah wujud peran pemuda dalam kehidupan bermasyarakat. Kaum muda ini menjadi mitra penting mewujudkan upaya global dalam berbagai permasalahan. Namun sejak adanya pandemi COVID-19, tentu kondisi ini sangat berpengaruh pada kehidupan banyak orang. Tak hanya pada kesehatan fisik, melainkan juga kesehatan mental khususnya remaja.
Lalu apa dampak pandemi terhadap kesehatan mental remaja?
Baca Juga: Pandemi Memaksa Pernikahan Tak Sesuai Impian, Ini 7 Tips Mengobati Rasa Kecewa
Dampak pandemi terhadap kesehatan mental remaja
Melansir NYU Langone Health, diketahui bahwa pandemi COVID-19 ini telah memengaruhi kehidupan remaja.
Banyak remaja yang merasa kehilangan momen-momen penting dalam kehidupan mereka seperti, peran selama melakukan aktivitas sekolah, atau suasana semester terakhir. Dengan demikian, banyak remaja yang tampak sedih, kecewa, atau murung.
Kemudian menurut penjelasan dr. Aleta G. Angelosante, PhD, asisten profesor Departemen Psikiatri Anak dan Remaja di NYU Langone Health, kesehatan mental remaja di masa pandemi COVID-19 ini tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Memang sudah hal yang normal bahwa rasa sedih dan kecewa ini akan dialami oleh para remaja selama masa pandemi.
Interaksi yang dilakukan melalui media sosial tentu sangat berbeda jika para remaja mengobrol di kelas secara langsung, menertawakan sesuatu yang lucu saat pelajaran, hingga mendengar semua percakapan yang terjadi di sekitar mereka.
Dampak kesehatan mental remaja pada keluarga kurang mampu
Selain itu, dampak pandemi terhadap kesehatan mental remaja yang termasuk kategori keluarga kurang mampu dan berada dalam etnis minoritas ternyata juga cukup besar.
Mereka mungkin kekurangan sumber daya untuk melanjutkan sekolah dari rumah, seperti melakukan pembelajaran via online melalui akses internet.
Data tentang dampak kesehatan mental remaja selama pandemi COVID-19
Melansir laman UNICEF, dari 8.444 remaja dan anak muda antara usia 13 dan 29 di sembilan negara didapatkan gambaran mengenai perasaan para remaja dibulan pertama terjadinya pandemi.
Di antara peserta, sebanyak 27 persen melaporkan merasa cemas dan 15 persen depresi dalam tujuh hari terakhir. Untuk 30 persen lainnya, alasan utama yang memengaruhi emosi mereka saat pandemi ini adalah situasi ekonomi.
Situasi umum di beberapa negara peserta, memengaruhi kehidupan sehari-hari kaum muda karena 46 persen melaporkan memiliki motivasi yang kurang untuk melakukan kegiatan yang biasanya mereka sukai.
Hingga 36 persen peserta juga merasa kurang termotivasi untuk melakukan pekerjaan rutin yang biasa dilakukan.
Persepsi mereka tentang masa depan pun juga telah terpengaruh secara negatif, terutama dalam kasus perempuan muda yang memiliki dan menghadapi kesulitan tertentu.
Hingga 43 persen perempuan merasa pesimis tentang masa depan dibandingkan dengan 31 persen peserta laki-laki.
Tips menjaga dan mengatasi kesehatan mental remaja selama pandemi COVID-19
Menurut anjuran dari UNICEF, berikut ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga dan mengatasi kesehatan mental remaja dalam menghadapi pandemi COVID-19:
1. Kecemasan yang kamu alami adalah hal yang wajar
Apabila adanya aturan penutupan sekolah hingga melihat judul-judul berita di media mulai membuatmu merasa cemas, tak perlu khawatir karena hal tersebut sebenarnya wajar dirasakan oleh setiap manusia.
Malah memang sebenarnya, rasa khawatir tersebut adalah hal yang sudah seharusnya kamu rasakan dalam situasi pandemi seperti ini.
Daripada khawatir berlebihan, jika kamu mulai mengalami gejala-gejala yang berhubungan dengan COVID-19, segera bicara dengan orang tuamu atau periksa ke dokter agar tidak menjadi beban pikiran dan memengaruhi kesehatan mentalmu.
2. Carilah pengalihan pikiran
Ketika berada dalam kondisi yang sangat sulit, akan sangat membantu untuk mengenali masalah menjadi dua kategori: Hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
Satu hal yang bisa membantu kita untuk menghadapi situasi seperti ini adalah dengan mencari pengalihan untuk diri sendiri. Kamu bisa melakukan beberapa hal pengalihan seperti mengerjakan PR, menonton film kesukaan, atau membaca novel sebelum tidur.
Cara tersebut dianjurkan karena memiliki tujuan untuk mencari pelampiasan dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mulailah terbiasa berkomunikasi dengan cara baru selama pandemi
Di masa pandemi seperti ini memang sangat disarankan melakukan social distancing atau bahkan mengurangi pertemuan dengan banyak orang. Oleh sebab itu, media sosial menjadi satu-satunya cara agar kamu tetap berkomunikasi dengan teman-teman selama pandemi.
Cara berkomunikasi melalui media sosial dianggap efektif karena mengurangi risiko penularan virus.
Baca Juga: Habbatussauda yang Dianggap Berpotensi Mengobati COVID-19? Simak Hasil Studinya
4. Fokus pada dirimu
Fokus pada diri sendiri dan mencari cara untuk memanfaatkan waktu tambahan selama pandemi adalah kegiatan yang produktif untuk menjaga kesehatan mentalmu.
5. Selami perasaanmu
Kehilangan momen untuk mengikuti acara dengan teman, menyalurkan hobi, atau sekadar silaturahmi dengan keluarga tentu menjadi hal yang sangat mengecewakan.
Cara terbaik untuk mengatasi kekecewaan ini dengan membiarkan dirimu merasakan hal tersebut, karena setiap orang punya cara berbeda untuk mengolah perasaan yang sedang dialami. Setelah itu kembalilah dengan semangat yang positif.
6. Berbaik hatilah pada diri sendiri dan orang lain
Beberapa remaja mengalami bullying dan pelecehan di sekolah karena COVID-19. Apabila kamu menyaksikan temanmu diperlakukan tidak layak atau di bullying, dekati mereka dan tawarkan dukungan.
Tidak melakukan apapun bisa membuat temanmu merasa bahwa tidak ada yang peduli padanya. Ingatlah bahwa sedikit atau banyak kata-kata darimu bisa membuat perubahan pada korban bullying.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!