Share This Article
Penggumpalan darah atau trombosis menjadi salah satu komplikasi yang berkembang pada pasien dengan COVID-19. Jika trombosis sudah terjadi, maka kemungkinan besar pasien akan mengalami serangan jantung.
Perlu diketahui, kaitan trombosis dan serangan jantung pada pasien COVID-19 masih membutuhkan lebih banyak penelitian. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penelitian trombosis pada pasien COVID-19, yuk simak penjelasannya berikut.
Baca juga: Disebut ‘Obat Dewa’ untuk Kesembuhan Pasien COVID-19, Ini 5 Fakta Dexamethasone
Penelitian tentang trombosis pada pasien COVID-19
Dilansir JAMA Network, pasien dengan penyakit COVID-19 memiliki peningkatan risiko trombosis. Penelitian telah dilakukan pada seorang pria berusia 49 tahun tanpa faktor risiko kardiovaskular.
Pasien tersebut datang ke unit gawat darurat dengan infark miokard akut ST-elevasi atau STEMI. Pasien juga mengalami demam dan batuk kering dalam 10 hari terakhir.
Dalam pengamatan, angiografi koroner darurat menunjukkan stenosis trombotik kritis pada arteri koroner kanan proksimal.
Trombektomi aspirasi dilakukan dan menghilangkan trombus proksimal, di mana arteri tampak normal secara angiografi sehingga angioplasti tidak dilakukan.
Selama 10 hari pertama, enoxaparin sodium diberikan dengan kecepatan 1 mg/kg berat badan di samping terapi antiplatelet ganda. Namun, tingkat protein C-reaktif, kadar D-dimer darah, dan kadar fibrinogen tetap meningkat selama beberapa minggu.
Akhirnya, diagnosis STEMI karena trombosis in situ dari arteri koroner kanan tanpa adanya ateroma diasumsikan dan pasien diobati dengan terapi antitrombotik ganda.
Antikoagulan oral langsung dipilih untuk menghindari kontrol koagulasi berkala. Selain itu, clopidogrel juga dipilih karena dikaitkan dengan risiko perdarahan mayor yang lebih rendah dibandingkan prasugrel atau ticagrelor dalam kombinasi dengan antikoagulan oral.
Terapi antitrombotik ganda ini dipertahankan selama 30 hari sampai keadaan protrombotik sekunder dari infeksi SARS-CoV-2 menghilang.
Dari penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa ini merupakan kasus luar biasa karena resistensi khusus arteri koroner terhadap pembentukan trombosis spontan.
Kasus ini kemudian juga memperkuat teori mengenai peningkatan risiko kejadian trombotik pada pasien COVID-19 dan memberikan peran yang relevan terhadap pengobatan antikoagulan untuk pasien tersebut.
Benarkah trombosis bisa picu serangan jantung?
Pada dasarnya, jantung dikelilingi oleh tiga arteri koroner utama yang menyuplainya dengan darah dan oksigen. Jika gumpalan darah berkembang di salah satu arteri ini, suplai darah ke area otot jantung akan berhenti.
Kondisi ini dikenal juga sebagai serangan jantung, yang dalam istilah medis disebut trombosis koroner atau infark miokard. Serangan jantung biasanya menyebabkan nyeri dada yang parah, khususnya di belakang tulang dada, serta sering kali menjalar ke lengan kiri.
Apabila sumbatan atau trombosis tidak segera dilarutkan dengan obat atau diobati dengan prosedur kateter darurat, maka area otot jantung yang tidak dapat cukup oksigen akan berhenti bekerja.
Bagaimana penanganan terhadap trombosis?
Nyeri dada yang parah bisa menjadi pertanda arteri koroner yang tersumbat. Untuk itu, apabila kondisi semakin memburuk, maka segera panggil petugas medis darurat. Jika kamu belum minum aspirin, maka satu tablet 300 mg akan diberikan saat tiba di rumah sakit.
Hal ini bertujuan untuk mencegah trombosit atau sel darah kecil saling menempel di sekitar gumpalan yang menghalangi arteri. Selain itu, perawatan pilihan lainnya adalah operasi darurat di mana arteri koroner yang tersumbat akan dilebarkan dengan kateter balon.
Prosedur ini dikenal sebagai angioplasti koroner, biasanya disebut intervensi koroner perkutan atau PCI. PCI sendiri harus dilakukan sesegera mungkin setelah gejala dimulai. Semakin dini dilakukan, maka semakin baik hasilnya.
Baca juga: Jangan Berlebihan! Ini Kebutuhan Vitamin C yang Tepat Saat Pandemi
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!