Share This Article
Wabah COVID-19 telah berdampak pada banyak pihak tak terkecuali anak muda. Tak hanya membuat kondisi kesehatan terganggu, pandemi ternyata juga membuat mereka menjadi generasi yang terluka.
Hal ini dituangkan dalam riset yang dilakukan oleh World Economic Forum (WEF) bersama Marsh McLennan, SK Group, dan Zurich Insurance Group. Ketahui lebih lengkap mengenai hasil studi tersebut lewat ulasan di bawah ini.
Baca juga: Good Doctor Berbagi Trik Jitu Atasi Dampak Fisik dan Mental Akibat “Long COVID-19”
Munculnya generasi muda yang hilang dan terluka
Pada Mei 2020, the World Economic Forum’s COVID-19 Risks Outlook telah memperingatkan adanya ancaman generasi yang hilang akibat wabah COVID-19.
Hal ini senada dengan hasil riset the Global Risks Perception Survey (GRPS), yang menyebutkan bahwa dalam dua tahun mendatang pandemi akan memunculkan ancaman serius dari ‘generasi muda yang terluka’.
Istilah tersebut menurut laporan The Global Risks Report 2021, ditujukan pada anak muda berusia 15 sampai 24 tahun, yang menanggung bekas luka dari berbagai jenis krisis selama pandemi. Mulai dari krisis keuangan, pendidikan, lingkungan, sampai kesehatan mental.
Kondisi ini adalah salah satu risiko yang bisa muncul apabila pandemi terus berlangsung dalam jangka waktu panjang. Penyebabnya antara lain adalah karena pandemi menghapus berbagai momen penting bagi anak muda untuk bisa berkembang secara optimal.
Bagaimana pandemi melukai generasi muda masa kini?
Berikut adalah beberapa faktor yang membuat pandemi menjadikan kaum muda sebagai ‘generasi yang terluka’:
1. Kesenjangan yang semakin lebar
Pandemi membuat ketimpangan yang sudah ada di banyak negara menjadi semakin lebar. Ini terjadi di berbagai sektor, seperti akses ke pendidikan, sistem kesehatan, sampai jaminan dan perlindungan sosial.
Hal ini turut memengaruhi kondisi kaum muda yang ada di berbagai negara. Beberapa tahun terakhir, jurang tersebut juga membuat tren kesehatan kaum muda secara global mengalami penurunan.
2. Terbatasnya akses pendidikan dan pekerjaan
Ada banyak negara yang harus menghemat anggaran pendidikan agar bisa melalui pandemi ini dengan baik. Hal ini membuat kaum muda kehilangan akses terhadap berbagai fasilitas pendidikan yang ada. Akibatnya mereka jadi tidak memiliki bekal pendidikan yang baik.
Dari sisi lapangan pekerjaan, generasi muda di masa pandemi juga hanya memiliki pilihan yang sangat terbatas. Salah satunya adalah sektor jasa yang sangat mudah goyah ketika terkena guncangan besar.
Ini sangat rentan meningkatkan jumlah pengangguran berusia muda di beberapa tahun mendatang.
3. Riwayat kekerasan pada anak muda
Kekerasan turut menjadi faktor yang berperan dalam menciptakan ‘generasi muda yang terluka’ oleh pandemi COVID-19.
Adanya riwayat konflik di berbagai negara selama satu dekade terakhir, menghambat para pemuda di Asia Tengah, Amerika Latin, Timur Tengah dan Afrika Tengah mencapai potensi terbaiknya untuk berkembang.
Ditambah dengan adanya pandemi, kaum pemuda di negara-negara tersebut seolah semakin terkepung oleh ancaman kekerasan senjata, terorisme domestik, dan konflik sosial yang mendalam.
Risiko global yang dihadapi
Berikut adalah tiga rentang waktu beserta risiko krisis yang bisa terjadi, jika wabah terus berlangsung dalam waktu yang lama:
- Jika wabah masih berlanjut dalam 0 sampai 2 tahun ke depan, risiko krisis yang terjadi adalah kemerosotan kesehatan mental, krisis mata pencaharian, dan infeksi penyakit menular.
- Seandainya wabah masih berlanjut dalam 3 sampai 5 tahun ke depan, risiko krisis yang terjadi adalah gangguan infrastruktur teknologi informasi, geopolitisasi sumber daya, dan ketidakstabilan harga.
- Jika wabah masih berlanjut dalam 5 sampai 10 tahun ke depan, risiko krisis yang terjadi adalah kemunculan senjata masal, runtuhnya kerja sama antara beberapa negara, dan kehancuran negara.
Tips agar generasi muda tetap bertahan di saat pandemi
Dilansir dari UNICEF, berikut beberapa tips yang bisa dilakukan agar generasi muda kuat mental selama harus menjalani masa pandemi.
1. Jadikan rasa cemas sebagai alat untuk berkembang
Rasa cemas adalah fungsi normal yang mengingatkan kita akan ancaman. Ketimbang terlalu larut, jadikan ini alat bantu untuk mengambil tindakan agar bisa tetap berkembang di situasi pandemi yang serba sulit.
2. Temukan cara baru untuk berinteraksi dengan teman
Sedikitnya akses untuk bersosialisasi selama pandemi, membuat anak muda kehilangan kesempatan untuk membangun relasi yang bernilai positif. Kamu bisa menyiasati hal ini salah satunya dengan berinteraksi melalui media sosial.
3. Mencoba hal yang baru
Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mencoba hal baru. Fokuslah pada diri sendiri dan temukan cara yang produktif untuk tetap bertahan di masa pandemi seperti sekarang.
Baca juga: Dari soal Judi sampai Menabung, Ini 6 Pelajaran Hidup dari Serial Squid Game
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!