Share This Article
Pemberian vaksin yang efektif merupakan langkah besar pertama untuk mengakhiri pandemi virus corona. Vaksin COVID-19 yang mulai banyak diterapkan, termasuk di Indonesia, tampak sangat baik dalam mencegah penyakit, namun tidak jelas seberapa baik dalam mengendalikan penyebaran virus.
Karena itu, tindakan pencegahan pandemi yang bisa masih perlu dilakukan setidaknya untuk sementara waktu. Lalu, adakah alasan lain mengapa pencegahan virus masih dilakukan meski sudah mendapat vaksin? Yuk simak penjelasannya berikut.
Baca juga: Mengapa Ibu Hamil Bukan Prioritas untuk Divaksin COVID-19? Begini Penjelasannya!
Alasan 5M perlu dilakukan setelah vaksinasi
Dilansir dari NPR.org, dalam jangka pendek biasanya vaksin membutuhkan beberapa waktu agar keefektifan dapat meningkat. Efektivitas vaksin didefinisikan ketika kamu tidak jatuh sakit karena infeksi COVID-19.
Jika 100 orang yang divaksinasi terkena virus dan 50 diantaranya kemudian mengalami gejala, maka vaksin tersebut efektif 50 persen.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine menemukan bahwa perlindungan tidak dimulai hingga 12 hari sejak suntikan pertama vaksin.
Keefektifan vaksin juga baru mencapai 52 persen beberapa minggu kemudian. Seminggu setelah vaksinasi kedua, tingkat keefektifan akan mencapai 95 persen.
Sementara produsen vaksin lainnya melaporkan tingkat perlindungan sebesar 51 persen dua minggu setelah imunisasi pertama dan 94 persen dua minggu setelah dosis kedua.
Seorang spesialis penyakit menular dan direktur Pusat Pendidikan Vaksin, Dr. Paul Offit mengatakan bahwa pemberian vaksin tidak 100 persen melindungi tubuh. Hal ini berarti satu dari setiap 20 orang yang mendapatkan vaksin masih bisa terkena infeksi sedang hingga parah.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa melakukan gerakan 5M setelah vaksin masih tetap diperlukan. Gerakan 5M sendiri, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Dapatkah penyebaran virus terjadi meski sudah divaksin penuh?
Vaksin COVID-19 disuntikkan jauh ke dalam otot dan merangsang sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi. Hal ini menjadi salah satu perlindungan yang cukup untuk menjaga orang yang divaksinasi agar tidak jatuh sakit.
Perlu diketahui, sebelum menyetujui vaksin, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat hanya bertanya pada produsen vaksin apakah produk dapat melindungi orang dari gejala COVID-19. Otoritas darurat oleh FDA hanya menyebutkan satu kemampuan, yakni mencegah sakit parah akibat COVID-19.
The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan bahwa para ahli perlu lebih memahami perlindungan yang diberikan vaksin sebelum mengubah rekomendasi langkah pencegahan penyebaran virus.
Ahli Imunologi di Universitas Stanford, Michal Tal mengatakan bahwa pemakaian masker sangat penting.
Apa yang perlu dilakukan setelah vaksinasi?
Penerapan 5M setelah vaksinasi sangat penting karena varian COVID-19 baru sudah teridentifikasi. Varian ini dianggap sangat menular karena dapat menyebar dengan mudah ke lebih banyak orang, termasuk jika orang yang divaksinasi tidak memakai masker.
Ada alasan lain yang menjelaskan bahwa penerapan 5M bahkan setelah vaksin sangat diperlukan. Michal Tal mengatakan bahwa masyarakat modern memiliki status kekebalan yang berbeda-beda. Karena itu, gerakan 5M masih perlu diterapkan meski sudah divaksinasi sepenuhnya.
Sesuai pedoman CDC, menjaga jarak sosial yakni sejauh enam kaki dari orang lain adalah cara paling cepat dalam menghentikan penyebaran virus.
CDC juga merekomendasikan untuk menghindari kerumunan dan ruang yang tidak berventilasi dengan baik serta sering mencuci tangan bahkan setelah mendapatkan vaksin.
Baca juga: Pusing Tiba-tiba Bisa Jadi Gejala Awal COVID-19? Ini Faktanya!
PaKonsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!