Share This Article
Istilah D-dimer mulai mendapat perhatian setelah mantan menteri BUMN Dahlan Iskan membuat tulisan di blog pribadinya. Dalam tulisan tersebut, Dahlan menyebut D-dimer sebagai satu unsur yang diperiksa saat dirinya terjangkit COVID-19.
Dahlan bersyukur dokter yang menanganinya memasukan D-dimer sebagai salah satu komponen yang harus dicek saat dirinya masih dirawat. Kala itu kadar D-dimer di dalam darah Dahlan mencapai 2.600, padahal normalnya 500.
D-dimer juga disebut Dahlan sebagai hal yang memengaruhi kematian rekannya yang sempat dinyatakan sembuh dari COVID-19. Senyawa ini, kata dia, membuat jantung rekannya tersumbat.
Apa itu D-dimer?
D-dimer sendiri merupakan salah satu pecahan protein yang diproduksi ketika gumpalan darah beku larut di dalam tubuh. Pada dasarnya senyawa ini tidak terdeteksi atau bisa terdeteksi tapi dalam jumlah yang sangat sedikit.
Jumlah D-dimer akan meningkat ketika tubuh sedang membentuk dan memecahkan darah beku. Untuk memeriksa kadar D-dimer, kamu membutuhkan tes darah.
Dalam laman Kompas.com, dr Andi Khomeini Takdir Haruni, Sp.PD-KPsi menyebut kadar D-dimer yang normal dalam tubuh adalah 0,5 milligram per liter. Semakin tinggi D-dimer, maka kamu akan rentan mengalami penggumpalan darah.
“D-dimer adalah penanda potensial terjadi pengentalan darah,” ucap dia.
Cara D-dimer terbentuk
Saat timbul luka, tubuh akan mengambil berbagai langkah untuk membuat darah menggumpal. Ini merupakan proses yang normal dalam penyembuhan. Tanpa proses ini, kamu akan terus mengalami perdarahan dan bisa jadi satu kondisi yang serius.
Saat perdarahan berhenti, maka kamu tidak membutuhkan gumpalan darah lagi. Sehingga tubuh akan mengambil langkah lain untuk memecahkan gumpalan darah ini.
Proses pemecahan gumpalan darah ini akan menghasilkan substansi yang mengapung di peredaran darah. Salah satu substansi ini adalah D-dimer.
Dalam kondisi normal, D-dimer akan hilang dengan sendirinya. Tapi kamu bisa memiliki kandungan D-dimer yang tinggi kalau ternyata ada banyak gumpalan darah di tubuh.
Hubungan D-dimer dan COVID-19
Naiknya jumlah D-dimer di dalam darah pasien COVID-19 merupakan kondisi yang banyak ditemui. Hal ini tertulis dalam sebuah laporan yang diterbitkan Journal of Intensive Care.
Laporan tersebut menyimpulkan kalau level D-dimer berkorelasi dengan tingkat keparahan dari penyakit COVID-19 yang diderita seseorang. Substansi ini pun dikatakan bisa jadi satu penanda prognosis yang tepercaya bagi risiko kematian pasien COVID-19.
Kesimpulan senada pun disebutkan dalam kajian yang diterbitkan jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology. Para peneliti dalam kajian tersebut berpendapat D-dimer banyak dikaitkan dengan insiden penyakit kritis penderita COVID-19.
Peneliti menyebut kondisi D-dimer yang tidak normal banyak ditemukan pada penderita COVID dengan berbagai penyakit berbahaya ini. Dalam penelitian ini juga disebut masalah trombosit, cedera ginjal akut hingga kematian.
COVID-19 dan pembekuan darah
Selama ini, masalah di saluran pernapasan merupakan satu gejala yang paling umum ditemui dari COVID-19. Namun, penelitian menyebut kalau hiperkoagulabilitas atau peningkatan kecenderungan pembekuan darah pun dikaitkan dengan penyakit ini.
Hal itu disebutkan oleh sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Eclinical Medicine. Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti UC San Diego ini bahkan menyebut kalau penggumpalan darah meningkatkan risiko kematian COVID-19 hingga 74 persen.
Para peneliti menemukan kasus thromboembolism atau gumpalan darah yang pecah dan terbawa ke aliran darah di pembuluh vena dan arteri dapat menyebabkan penyumbatan di pembuluh lain. Kondisi ini, merupakan perwujudan yang tidak biasa.
Seberapa bahayanya pembekuan darah karena COVID-19?
Mahmoud Malas, MD, selaku peneliti kepala dari kajian tersebut menyebut pembentukan gumpalan darah di arteri karena flu merupakan fenomena yang jarang terjadi. Teruntuk COVID-19, kasus pembekuan darah ini lebih tinggi daripada kasus pandemi lainnya.
Dalam laman resmi UC San Diego, Mahmoud menyebut kalau pembekuan darah ini sangat berbahaya, karena bisa mencapai paru-paru dan menyebabkan pulmonary embolism yang membuat risiko kematian menjadi lebih tinggi.
Selain itu, gumpalan-gumpalan darah ini pun bisa menyebabkan amputasi tangan atau kaki jika tidak diatasi dengan operasi.
Demikianlah berbagai penjelasan tentang D-dimer dan bagaimana korelasinya dengan pembekuan pasien COVID-19. Selalu jaga kondisi kesehatan kamu, ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk download aplikasi Good Doctor dengan klik di sini.