Share This Article
D614G adalah mutasi dari virus SARS-CoV-2 penyebab pandemi COVID-19. D614G diketahui telah banyak tersebar ke berbagai negara dalam waktu singkat.
Lantas, apakah mutasi ini lebih berbahaya dan bagaimana pengaruhnya pada pemberian vaksin? Yuk simak penjelasannya berikut ini.
Apa itu virus D614G?
D614G adalah mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Menurut World Health Organization (WHO), keberadaan varian ini sudah terdeteksi sejak awal februari 2020 lalu di Eropa.
Saat ini, keberadaan varian ini disebut sudah mendominasi di berbagai negara. Keberadaannya sudah diketahui sejak 2020 lalu. Bahkan pada April 2020 sebuah penelitian sempat menuliskan peringatan tentang kemungkinan penyebarannya yang lebih cepat.
Kenyataannya, varian D614G ini memang lebih menular namun tidak memperparah kondisi penyakit yang ditimbulkan. Pernyataan ini dikatakan oleh salah satu ahli dari lembaga penelitian di Australia, CSIRO.
“Jika varian tertentu mungkin lebih menular, itu tidak berarti varian dapat menyebabkan kondisi yang lebih parah,” ungkap Profesor Seshadri Vasan, sebagaimana dikutip dari CSIRO.
Meski begitu, karena sifatnya yang lebih mudah ditularkan, varian ini terlihat mendominasi, termasuk ditemukan di 97 persen sampel COVID-19 seluruh dunia.
Mengapa varian ini lebih cepat menular?
Varian ini mengalami perubahan pada bagana spike atau bagian seperti paku di bagian permukaan virus. Perubahan ini membuat virus lebih mudah menempel dan menginfeksi manusia.
Perubahan tersebut juga menyebabkan virus lebih mudah untuk menyerang organ utama yang menjadi tujuannya, yakni paru-paru.
Karena perubahan itu, sebuah penelitian menyebutkan varian ini 10 kali lipat lebih mudah menular dibandingkan dengan virus asli penyebab COVID-19.
“Virus D614G lebih unggul sekitar 10 kali lipat daripada pendahulunya dan bereplikasi dengan sangat cepat di dalam sel epitel hidung. Di mana itu adalah tempat penting dalam penularan COVID-19 dari orang ke orang,” kata profesor epidemiologi, Ralph Baric, dikutip dari Sciencedaily.
Apakah mutasi dan adanya varian D614G adalah hal yang wajar?
Dilansir dari Times of India, varian atau mutasi virus adalah hal yang wajar terjadi. Kabar buruknya, virus akan tetap bermutasi dan kemungkinan akan membentuk varian baru.
Sementara itu, penularan COVID-19 lebih mungkin terjadi pada virus yang telah bermutasi dibandingkan yang tidak memiliki variasi. Itu sebabnya, virus yang telah bermutasi ini dengan mudah menyebar ke berbagai negara.
Kabar buruknya lagi, setelah D416G teridentifikasi, kembali muncul varian-varian baru penyebab COVID-19. Seperti varian yang ditemukan di Inggris dan dikenal dengan sebutan N501Y. Varian ini pertama kali muncul di Inggris pada September 2020.
Kemudian diikuti varian lain seperti B.1.1.7 yang diidentifikasi pada Januari 2021 lalu. Di mana varian terbaru ini disebut lebih mematikan dibanding varian lain. Meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikannya.
Apakah varian virus penyebab COVID-19 memengaruhi efektivitas vaksin?
“Saat ini sebagian besar peneliti percaya jika vaksin saat ini seharusnya bisa memberikan perlindungan melawan varian atau varian lainnya,” kata Soumya Swaminathan, WHO’s Chief Scientist, dilansir dari video yang ditayangkan situs WHO.
Karena menurutnya, vaksin yang telah dibuat dapat membentuk imunitas tubuh dalam cakupan yang luas. Sehingga, adanya varian atau mutasi virus ini tidak akan membuat efektivitas vaksin terganggu.
Meski demikian, saat ini tetap terus dilakukan penelitian untuk memastikan bahwa mutasi atau varian virus penyebab COVID-19 bisa dicegah dengan pemberian vaksin yang telah tersedia.
Bagaimana jika mutasi virus menyebabkan vaksin COVID-19 melemah?
Kalaupun ada kemungkinan yang menyebabkan berkurangnya efektivitas vaksin, sangat memungkinkan untuk mengubah komposisi vaksin tersebut. Perubahan komposisi vaksin perlu diubah sejalan dengan perkembangan virus.
Demikian informasi tentang virus D614G, varian dari virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19. Hingga saat ini, di Indonesia sendiri memang telah ditemukan pasien yang terinfeksi varian D614G, namun menurut Covid19.go.id, hingga kini belum ditemukan mutasi B.1.1.7 di Indonesia.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!