Share This Article
Penambahan kasus COVID-19 sampai hari ini masih terus terjadi. Salah satu hal yang menjadi fokus utama selama pandemi adalah pengobatan pasien COVID-19.
Pengobatan pasien COVID-19 tentu saja tidak boleh dilakukan sembarangan. Sebab, ada beberapa obat-obatan untuk menangani pasien COVID-19, apa saja?
Baca juga: Wajib Tahu! Ini Ragam Gangguan Pencernaan yang Dapat Terjadi Usai Pulih dari COVID-19
Pengobatan COVID-19
Penting untuk diketahui bahwa masing-masing obat memiliki kegunaannya sendiri dalam hal menangani gejala COVID-19. Agar kamu lebih memahami mengenai pengobatan COVID-19, berikut ini adalah penjelasan selengkapnya.
1. Paracetamol
Paracetamol adalah obat yang digunakan untuk meredakan nyeri serta demam. Paracetamol sendiri juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai kondisi, seperti sakit kepala, nyeri otot, radang sendi, sakit gigi, sakit punggung, pilek, hingga demam.
Dikutip dari laman Netdoctor, paracetamol dapat meredakan rasa nyeri dengan cara mengurangi produksi prostaglandin di otak dan sumsum tulang belakang. Prostagladin sendiri diproduksi oleh tubuh sebagai respons terhadap cedera atau kondisi medis tertentu.
Sementara itu dalam menangani demam, paracetamol dapat meredakan demam dengan cara memengaruhi area otak yang mengatur suhu tubuh kita. Paracetamol dapat digunakan oleh ibu hamil ataupun menyusui. Dengan catatan, ibu harus berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter.
Paracetamol sendiri juga memiliki beberapa efek samping yang penting untuk diperhatikan, di antaranya adalah disorientasi, pusing, serta ruam pada kulit.
Jika digunakan dalam dosis tinggi, paracetamol juga berisiko menimbulkan gangguan pada hati.
2. Azithromycin
Azithromycin masuk ke dalam golongan antibiotik. Obat ini diindikasikan untuk menangani COVID-19 dengan derajat ringan, pneumonia, faringitis (peradangan pada tenggorokan atau faring), serta tonsillitis.
Azithromycin hanya dapat digunakan untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Obat ini tidak boleh digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus.
Azithromycin bekerja dengan cara menghentikan bakteri berkembang biak. Tindakan ini dapat menghentikan pertumbuhan bakteri sekaligus menangani infeksi yang dialami.
Sama halnya seperti paracetamol, azithromycin juga dapat digunakan oleh ibu hamil. Sementara itu pada ibu menyusui, obat dapat dieskresikan melalui air susu ibu (ASI), baiknya untuk berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter sebelum mengonsumsi obat ini.
Di sisi lain, obat ini juga memiliki efek samping yang perlu diperhatikan, ini termasuk diare, mual dan nyeri perut jika digunakan dalam dosis tinggi.
Baca juga: Tes COVID-19 Saat Flu Hasilnya Pasti Positif? Ini Faktanya!
3. Oseltamivir
Oseltamivir diindikasikan untuk menangani COVID-19 dengan derajat ringan dan influenza. Oseltamivir adalah obat yang harus melalui proses metabolisme untuk menjadi bentuk aktif di dalam tubuh manusia.
Oseltamivir fosfat merupakan pro-drug dari oseltamivir karbiksilat yang merupakan menghambat selektif dan poten dari enzim neuraminidase pada virus influenza. Enzim neuraminidase sendiri berperan dalam pelepasan partikel virus yang baru terbentuk dari sel yang terinfeksi.
Akan tetapi, virus penyebab COVID-19, yakni SARS-CoV-2 tidak memiliki enzim neuraminidase, maka dari itu penggunaan obat ini hanya digunakan pada awal munculnya gejala COVID-19 yang mirip dengan gejala influenza.
Bagi ibu hamil dan menyusui, diharuskan untuk selalu berkonsultasi terlebih dahulu sebelum menggunakan obat ini. Sementara itu, efek samping yang dapat ditimbulkan dari oseltamivir yakni nyeri perut, konjungtivis, gangguan telinga, perdarahan hidung, mual hingga muntah.
4. Favipiravir (avigan)
Belum lama ini BPOM mengeluarkan izin penggunaan favipiravir sebagai obat COVID-19 dalam kondisi darurat. Salah satu merek obat dengan kandungan bahan aktif favipiravir adalah avigan. Favipiravir (avigan) dindikasikan untuk COVID-19 derajat ringan hingga sedang.
Pada dasarnya favipiravir bekerja dengan cara menghambat secara selektif RNA-dependent RNA polymerase (RdRp) dari sel virus, sehingga replikasi virus menjadi terganggu. Penggunaan obat ini masih dikatakan terbatas. Sebab, tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui.
Jika dosis favipiravir tidak tepat, ini dapat menimbulkan beberapa efek samping, seperti nyeri dada, diare, penurunan nafsu makan, gangguan hati, mual, muntah, hingga penurunan neutrofil darah.
Peringatan penggunaan Ivermectin
BPOM mengimbau masyarakat untuk tidak membeli ivermectin secara bebas. Sebab, ivermectin termasuk ke dalam golongan obat keras dan penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter.
Ivermectin sendiri diketahui diizinkan penggunaannya untuk pengobatan infeksi parasit. Namun, dalam pengobatan ataupun pencegahan COVID-19, hingga saat ini masih belum disetujui.
Jika ivermectin digunakan tanpa resep dokter dalam jangka waktu panjang, ini bisa menimbulkan efek samping di antaranya adalah nyeri otot atau sendi, ruam kulit, demam, pusing, sembelit, atau bahkan diare.
Nah, itulah beberapa informasi mengenai pengobatan COVID-19. Untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, ya.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!