Share This Article
Dalam kasus COVID-19 saat ini, oksigen medis tentu menjadi hal yang penting bagi pasien positif khususnya dengan gejala berat seperti sesak napas. Tetapi tahukah kamu bahwa ada perbedaan antara oksigen alami dan oksigen medis?
Perbedaan oksigen alami dan oksigen medis
Beberapa penyakit seperti COVID-19, bisa menyebabkan kadar oksigen dalam tubuh menjadi rendah. Jadi, untuk menjaga kadar oksigen tetap pada rentang normal, harus diberikan oksigen medis. Lalu apa perbedaan antara keduanya?
Kadar
Perbedaan paling utama dari oksigen alami dan oksigen medis adalah kadarnya.
Melansir penjelasan dari laman WHO, menurut Dr Janet Diaz selaku Kepala Layanan Klinis di program darurat milik Badan Kesehatan Dunia bahwa oksigen yang terdapat di udara dan kita hirup sehari-hari memiliki jumlah kadar sebanyak 21 persen.
Berbeda dengan oksigen medis, menurut penjelasan dari laman Al Jazeera bahwa udara yang kamu hirup memiliki komponen sekitar 78 persen nitrogen, 21 persen oksigen dan 1 persen gas lainnya, termasuk karbondioksida.
Lalu, oksigen medis sendiri setidaknya mengandung sebanyak 82 persen oksigen murni dan diproduksi di fasilitas industri sebelum dikirim ke rumah sakit dalam bentuk tabung gas bertekanan atau bentuk cair dalam tangki besar.
Cara tubuh memperoleh oksigen
Dijelaskan melalui American Lung Association bahwa agar paru-paru bisa berfungsi dengan baik oksigen yang dihirup dari udara bebas akan dipindahkan ke aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh.
Kemudian pada setiap sel di tubuh, oksigen yang dihirup tadi akan ditukar dengan gas buangan atau karbon dioksida. Aliran darah membawa gas limbah kembali ke paru-paru, lalu dihembuskan.
Cara penggunaan
Tak hanya kadar hingga cara memperolehnya, penggunaan oksigen alami dan medis pun berbeda. Jika oksigen alami dihirup melalui udara bebas, oksigen medis digunakan atau diberikan pada pasien dengan berbagai cara.
Kekurangan oksigen rendah hingga sedang, pasien bisa dipasangkan oksigen melalui kanula hidung (tabung medis yang melewati kedua lubang hidung) atau masker wajah sederhana (reservoir).
Berapa kadar oksigen normal saat pandemi COVID-19?
Tingkat oksigen normal biasanya 95 persen atau lebih tinggi. Beberapa orang dengan penyakit paru-paru kronis atau sleep apnea dapat memiliki kadar normal sekitar 90 persen. Pembacaan “SpO2” pada pulse oximeter menunjukkan persentase oksigen dalam darah seseorang.
Jika pembacaan SpO2 yang kamu lakukan di rumah lebih rendah dari 95 persen, sangat disarankan untuk segera menghubungi penyedia layanan kesehatan terdekat.
Hubungi dokter atau penyedia layanan kesehatan lain segera jika kamu merasa mengalami gejala-gejala kekurangan oksigen.
Baca juga: Cata t, Ini Perbedaan Sesak Napas Akibat Asma dan COVID-19
Apa saja tanda-tanda seseorang kekurangan oksigen?
Suatu keadaan di mana terjadi penurunan oksigenasi pada jaringan tubuh disebut hipoksia. Ini dapat digeneralisasi, memengaruhi seluruh tubuh, dan mempengaruhi bagian tubuh tertentu. Hipoksia dapat menyebabkan kerusakan pada banyak organ dan menyebabkan komplikasi yang fatal.
Berikut ini tanda-tanda seseorang mengalami hipoksia seperti dilansir dari laman Medicinenet:
- Merasa gelisah
- Sesak napas
- Perubahan warna kebiruan pada kulit, bibir, dan rongga mulut
- Tingkat kesadaran menurun
- Batuk
- Detak jantung cepat
- Sulit bernapas
- Detak jantung lambat
- Palpitasi
- Berkeringat.
Hipoksia menyebabkan penurunan oksigenasi di beberapa organ seperti otak, hati, dan ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan organ, dan akhirnya menyebabkan kegagalan organ. Hal tersebut berpotensi menyebabkan kematian.
Hipoksia selama kehamilan juga dapat menyebabkan kematian janin. Namun jika hipoksia diidentifikasi dan diobati lebih awal, pasien diharapkan dapat pulih tanpa komplikasi.
Pastikan kamu segera menghubungi dokter jika mengalami beberapa gejala di atas, agar segera mendapatkan perawatan yang tepat.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!