Share This Article
Vaksin AstraZeneca kini tengah menjadi perhatian. Pasalnya, terdapat laporan mengenai pembekuan dari sebagai efek samping dari vaksin ini.
Mengenai hal tersebut, Perhimpunan Dokter Dpesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) memberikan rekomendasi terkait dengan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Baca juga: Jangan Panik, Begini Cara Mengatasi Kram Otot setelah Divaksin COVID-19!
Sekilas mengenai vaksin AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca adalah vaksin yang berasal dari Inggris. Vaksin AstraZeneca dibuat menggunakan teknologi vektor adenovirus, yakni versi modifikasi yang tidak berbahaya dari virus flu biasa yang biasanya menginfeksi virus simpanse.
Kemudian dimodifikasi secara genetik untuk menghindari konsekuensi penyakit yang memengaruhi manusia. Virus yang dimodifikasi ini membawa gen dari spike protein virus corona, atau lebih tepatnya bagian dari virus yang memicu respons kekebalan.
Hal tersebut memungkinkan sistem kekebalan untuk memproduksi antibodi yang bekerja melawan COVID-19, mengajari tubuh cara merespons jika terinfeksi. Setelah vaksin memasuki sel manusia, vaksin dapat memicu respons kekebalan terhadap spike protein.
Tak hanya itu, vaksin juga akan memproduksi antibodi dan sel memori yang mampu mengenali virus penyebab COVID-19.
Laporan mengenai pembekuan darah
Pada beberapa waktu lalu, vaksin AstraZeneca dilaporkan memiliki efek samping pembekuan darah. Hal ini membuat para peneliti di seluruh dunia berusaha memahami mengapa pembekuan darah dapat terjadi.
Dikutip dair laman The Guardian, sebagian besar kasus pembekuan darah ini terjadi di pembuluh darah yang terletak pada otak, namun beberapa kasus terjadi di pembuluh darah pada bagian tubuh lain, seperti di perut.
Terkait dengan laporan tersebut, European Medicines Agency (EMA) memberikan imbauan ke para profesional kesehatan dan orang-orang yang mendapatkan vaksin untuk tetap waspada terhadap kasus pembekuan darah yang sangat jarang disertai dengan tingkat trombosit rendah.
Sejauh ini, sebagian besar kasus yang dilaporkan terjadi pada wanita yang berusia di bawah 60 tahun dalam kurun waktu 2 minggu setelah mendapatkan vaksin.
Akibat efek samping pembekuan darah yang telah dilaporkan, sejumlah negara pun telah menangguhkan penggunaan vaksin buatan perusahaan farmasi dari Inggris tersebut pada warga yang berusia 18-59 tahun.
Meskipun demikian dikatakan bahwa pembekuan darah yang juga dapat disertai dengan tingkat trombosit rendah dilaporkan jarang terjadi. EMA pun menjelaskan bahwa manfaat keseluruhan dari vaksin lebih besar dibandingkan dengan risiko efek samping yang terjadi.
Baca juga: Ada Kelonggaran Prokes bagi Mereka yang Sudah Divaksin COVID-19? Ini Faktanya
Rekomendasi PAPDI terhadap penggunaan vaksin AstraZeneca
Sehubungan dengan kejadian ikutan pascavaksinasi terkait dengan laporan pembekuan darah dari vaksin AstraZeneca, PAPDI membuat rekomendasi dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti:
- Cakupan vaksinasi yang luas untuk mencapai herd imunity untuk memutus penyebaran COVID-19
- Kesepakatan yang melibatkan para ahli mengenai keamanan serta manfaat dari vaksinasi COVID-19
- Kajian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait dengan vaksin AstraZeneca
- Mempertimbangkan pernyataan dari beberapa organisasi internasional terkait dengan kasus dan penggunaan vaksin AstraZeneca
Poin-poin rekomendasi dari PAPDI
Dilansir dari laman resmi PAPDI, berikut ini adalah poin-poin penting dari rekomendasi PAPDI terkait dengan penggunaan vaksin AstraZeneca.
- Vaksin AstraZeneca adalah salah satu jenis vaksin yang telah mendapatkan persetujuan untuk digunakan dalam upaya mencegah COVID-19. Tak hanya itu, vaksin AstraZeneca juga dianggap aman dan efektif.
- Berdasarkan rekomendasi dari International Society on Thrombosis and Haemostasis (ISTH), manfaat dari vaksin AstraZeneca lebih besar jika dibandingkan dengan risiko efek samping yang terjadi. Ini juga berlaku pada kelompok pasien yang memiliki riwayat trombosis ataupun bagi mereka yang mendapatkan terapi antikoagulan atau antiplatelet secara rutin.
- Berdasarkan pernyataan dari EMA, manfaat pemberian vaksin AstraZeneca melampaui risiko efek samping yang mungkin dapat ditimbulkan.
- Mengacu pada pemberitahuan dari AstraZeneca kepada EMA, kejadian efek samping sangat jarang terjadi. Sesuai dengan saran yang diberikan oleh EMA, pihak AstraZeneca telah mencantumkan peringatan mengenai efek samping tersebut pada produk vaksin.
- Sama halnya seperti dengan organisasi lainnya, berdasarkan pernyataan World Health Organization Global Advisory Committee on Vaccine Safety (WHO GACVS), manfaat pemberian vaksin melampai risiko efek sampingnya. Namun, pengguna vaksin AstraZeneca harus melaporkan efek samping yang dialami. Ini dilakukan untuk menjamin keamanan vaksin.
- Sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh United Kingdom Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (UK MHRA), siapapun yang mengalami gejala kondisi tertentu, seperti sesak napas, pembengkakan pada tungkai bagian bawah, sakit kepala, gangguan pada penglihatan, atau lebam pada kulit setelah mendapatkan vaksin AstraZeneca diharuskan untuk berkonsultasi pada fasilitas kesehatan (faskes) terdekat. Gejala tersebut harus mendapatkan pemantauan yang ketat, terutama pada hari ke-4 hingga ke-20 pascavaksinasi.
- Pada calon penerima vaksin AstraZeneca, yang memiliki special caution seperti riwayat trombosis, stroke, atau riwayat keguguran berulang terkait dengan antiphospholipid syndrome (APS), jika ragu untuk menggunakan vaksin AstraZeneca, harus berkonsultasi pada dokter spesialis penyakit dalam atau konsultan onkologi medik.
Tak hanya itu, pada calon penerima vaksin yang memiliki kecenderungan trombosis, hendaknya diberikan surat keterangan mengenai layak atau tidaknya untuk divaksinasi AstraZeneca.
Itulah beberapa informasi mengenai rekomendasi PAPDI terkait penggunaan vaksin AstraZeneca. Guna memutus mata rantai penyebaran COVID-19, selalu terapkanlah protokol kesehatan, ya.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!