Share This Article
Salah satu merek vaksin yang digunakan untuk memutus persebaran virus COVID-19 adalah buatan Pfizer-BioNTech.
Meski vaksin ini terkadang tidak menimbulkan efek samping atau hanya menyebabkan efek samping ringan hingga sedang. Namun tetap penting bagi kamu untuk mengetahui informasi mengenai hal ini lewat artikel berikut.
Baca juga: 3 Alasan Lansia Tidak Diprioritaskan Mendapat Vaksin COVID-19
Apa itu vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech?
Dilansir dari Pfizer, vaksin Pfizer BioNTech COVID-19 adalah vaksin messenger RNA (mRNA) yang memiliki komponen sintetis, atau diproduksi secara kimiawi.
Singkatnya, vaksin ini tidak mengandung virus hidup dan bahan aktifnya terdiri dari berbagai zat alami seperti protein, termasuk kalium klorida, kalium monobasik, fosfat, serta sejumlah kecil bahan lainnya.
Pada Desember 2020, Badan Administrasi Makanan dan Obat (FDA) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengizinkan penggunaan vaksin ini secara darurat pada individu berusia 16 tahun ke atas.
Efek samping vaksin Pfizer
Dilansir dari Medical News Today, efek samping yang umum terjadi dari vaksin Pfizer-BioNTech meliputi:
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Demam
- Panas dingin
- Nyeri otot atau sendi
- Mual
- Diare
- Kelenjar getah bening bengkak
Beberapa individu juga melaporkan efek samping di tempat suntikan, termasuk nyeri lengan, kemerahan, dan bengkak. Efek samping ini seringkali merupakan tanda bahwa vaksin bekerja, memicu respons perlindungan dari sistem kekebalan.
Banyak orang yang menerima kedua dosis vaksin melaporkan bahwa gejalanya lebih menonjol setelah dosis kedua. Namun, dalam banyak kasus, gejala ini ringan hingga sedang dan berlangsung tidak lebih dari beberapa hari.
1. Reaksi alergi dan anafilaksis
Meskipun jarang, beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi ringan hingga parah terhadap bahan-bahan yang ada di dalam vaksin Pfizer. Gejala reaksi parah, atau anafilaksis, yang telah diketahui di antaranya adalah:
- Sulit bernafas
- Pembengkakan wajah dan tenggorokan
- Detak jantung cepat
- Ruam
- Pusing
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan bahwa anafilaksis sangat jarang terjadi. Sebagai catatan, sekitar 0,001 persen orang yang telah divaksinasi di Amerika Serikat diketahui mengalami gejala alergi parah tersebut.
2. Faktor penyebab terjadinya reaksi alergi parah
Bahan kimia dalam vaksin mRNA yang menjadi perhatian khusus terkait reaksi alergi adalah polietilen glikol (PEG). Ini umumnya ditemukan dalam obat pencahar yang digunakan untuk mengobati sembelit.
Dalam vaksin, PEG berfungsi untuk melapisi molekul mRNA dan mendukung jalan masuknya vaksin ke dalam sel. PEG jarang menjadi komponen vaksin sebelumnya, jadi informasi tentang efek alerginya masih terbatas.
Apabila kamu memiliki riwayat alergi parah atau langsung terhadap PEG atau bahan lain dalam vaksin mRNA, maka kamu disarankan untuk tidak menerima vaksin COVID-19 jenis ini.
3. Masalah kehamilan dan kesuburan
Kekhawatiran mengenai efek vaksin ini terhadap kesuburan muncul dari berita yang menyatakan antibodi yang dihasilkan vaksin, juga menargetkan syncytin-1 (protein pada plasenta hewan mamalia) dan menyebabkan kemandulan.
Pertama, ahli imunologi tidak menunjukkan kesamaan yang signifikan antara informasi genetik dari kedua protein ini, sedangkan plasma darah dari pasien COVID-19 tidak bereaksi dengan syncytin-1.
Kedua, jika klaim ini benar, itu berarti bahwa infeksi SARS-CoV-2 alami kemungkinan akan menyebabkan tingkat keguguran yang lebih tinggi. Ini belum terlihat dalam penelitian yang meneliti efek COVID-19 terhadap risiko keguguran dini yang lebih tinggi.
Meskipun belum ada bukti jangka panjang mengenai klaim ini, penelitian pada hewan juga tidak menunjukkan bukti hilangnya kesuburan karena vaksin.
Mengelola efek samping vaksin
Dilansir dari Healthline, jika timbul rasa sakit di sekitar tempat suntikan, ini mungkin dapat diobati dengan obat pereda nyeri yang dijual bebas. Obat-obatan tersebut juga dapat membantu meredakan demam, sakit kepala, nyeri otot, atau nyeri sendi.
Apabila kamu mengembangkan efek samping yang tidak kunjung sembuh, hubungi penyedia layanan kesehatan atau pergi ke ruang gawat darurat.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!