Share This Article
Sampai pertengahan Januari 2021, angka kesembuhan COVID-19 di tingkat global mencapai 68 juta jiwa. Meski lebih tinggi dari kasus aktif (25 juta), banyak kalangan mengkhawatirkan risiko infeksi kedua dan penularan yang lebih tinggi dari para penyintas.
Lantas, benarkah orang yang telah sembuh dari COVID-19 tetap bisa terinfeksi kembali dan menularkan virus corona? Yuk, cari tahu faktanya dengan ulasan berikut ini!
Sekilas tentang COVID-19
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2, salah satu jenisdari virus Corona. COVID-19 yang merupakan kependekan dari Coronavirus Disease 2019 merupakan penyakit yang menyerang dan memengaruhi saluran pernapasan, terutama paru-paru.
Penyakit ini sangat menular, karena virus pemicunya bisa menyebar ke udara. Transmisi dari orang ke orang membuat kasus COVID-19 terus meningkat. Pada kasus yang parah, seseorang bisa mengalami berbagai komplikasi serius yang dapat membahayakan nyawa.
World Health Organization atau WHO menjelaskan, corona merupakan virus yang bersifat zoonosis. Artinya, virus tersebut pertama kali berkembang pada hewan sebelum ditularkan ke manusia.
Begitu virus berada di dalam tubuh manusia, SARS-CoV-2 bisa menyebar ke orang lain melalui percikan air liur (droplet) ketika bersin, berbicara, atau batuk.
Baca juga: Waspada! Usia di Bawah 20 Tahun Disebut Lebih Berisiko Terinfeksi Varian Baru Virus Corona
Proses penyembuhan COVID-19
Untuk saat ini, sembuh atau tidaknya infeksi COVID-19 hanya bisa ditetapkan oleh dokter.
Menurut Kementerian Kesehatan, pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, sedang, dan berat dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi kriteria selesai isolasi dan mendapat surat selesai pemantauan.
Untuk memastikan konsentrasi atau ada tidaknya SARS-CoV-2 di dalam tubuh, dokter akan melakukan serangkaian tes, terutama polymerase chain reaction (PCR).
Pada pasien dengan gejala berat atau kritis, tes mungkin dilakukan beberapa kali dan memantau gejalanya hingga benar-benar hilang.
Apakah bisa terinfeksi kembali?
Setelah dinyatakan sembuh, penyintas COVID-19 tetap perlu menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Sebab, masih ada potensi penularan virus yang sama. Hal tersebut telah dibuktikan lewat beberapa studi ilmiah, salah satunya adalah riset yang dilakukan oleh Public Health England.
Orang yang telah sembuh dari COVID-19 mungkin telah memiliki antibodi untuk mengenali strain SARS-CoV-2. Namun, hal itu tidak bisa menjamin memutus tingkat penularan. Virus masih bisa ‘transit’ ke tubuh, lalu menyebar ke orang lain.
Meski infeksi kedua dari COVID-19 adalah hal yang sangat jarang, namun kondisi tersebut bukan sesuatu yang mustahil terjadi. Tetap ada peluang infeksi kedua walau persentasenya kecil.
Penularan virus dari penyintas COVID-19
Dikutip dari Public Health England, orang yang telah sembuh dari COVID-19 memiliki kekebalan yang bisa melindunginya dari infeksi berulang. Namun, antibodi tersebut diyakini hanya bisa bekerja secara optimal dalam beberapa bulan.
Penularan SARS-CoV-2 dari penyintas COVID-19 masih sangat dimungkinkan, karena virus tetap bisa masuk ke hidung dan tenggorokan. Pernyataan itu berdasarkan penelitian yang melibatkan ribuan petugas kesehatan di seluruh Inggris sejak Juni 2020.
Dari penelitian itu, diperoleh kesimpulan bahwa kekebalan yang didapat setelah terinfeksi COVID-19 adalah sekitar 83 persen. Orang yang telah terinfeksi COVID-19 pada gelombang pertama lalu dinyatakan sembuh bisa saja mengalami kondisi serupa di gelombang kedua.
Risiko penularan lebih tinggi setelah sembuh, benarkah demikian?
Banyak orang percaya bahwa COVID-19 tidak akan menginfeksi satu orang yang sama lebih dari sekali. Anggapan itu tak sepenuhnya benar.
Bahkan, penyintas COVID-19 yang terinfeksi lagi dikhawatirkan membawa virus dengan konsentrasi lebih tinggi. Tentu, ini bisa berdampak pada penularan ke orang lain.
Berdasarkan penjelasan Prof Susan Hopkins, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi, antibodi yang dibentuk tubuh setelah terinfeksi COVID-19 tidak memberikan perlindungan total. Artinya, para penyintas masih memiliki risiko untuk tertular dan menularkan virus.
Dari penelitian yang dilakukan, 44 dari 6.614 penyintas COVID-19 ditemukan memiliki potensi infeksi ulang.
Apa yang harus dilakukan setelah dinyatakan sembuh?
Setelah dinyatakan sembuh, kamu tetap harus menjalankan protokol kesehatan seperti sebelum terinfeksi. Sebab, selain berisiko terinfeksi kembali, potensi konsentrasi virus pada penyintas dikhawatirkan lebih tinggi ketimbang yang belum pernah terjangkit COVID-19.
Berikut beberapa hal yang tetap harus dilakukan selama pandemi COVID-19, menurut anjuran World Health Organization (WHO):
- Selalu bersihkan tangan dengan sabun dan air sesering mungkin. Jika bepergian, bawalah hand sanitizer yang mengandung alkohol
- Jaga jarak aman minimal satu meter dari siapa pun
- Jika tidak ada urusan mendesak, tetaplah diam di rumah
- Jika terpaksa beraktivitas di luar, selalu kenakan masker kain
- Jangan menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan. Bisa jadi, ada virus yang menempel pada tanganmu
- Tutup hidung dan mulut dengan siku tertekuk atau tisu jika kamu batuk atau bersin
- Jika merasa sakit, tetaplah diam di rumah dan batasi bertemu dengan orang
- Jika demam tinggi disertai batuk dan kesulitan bernapas, segera cari bantuan medis dari fasilitas kesehatan terdekat. Pertimbangkan untuk menggunakan telepon lebih dulu untuk menghubungi rumah sakit dan ikuti petunjuk yang diberikan
Nah, itulah ulasan tentang potensi penularan SARS-CoV-2 dari penyintas COVID-19. Untuk meminimalkan risiko penularan, tetap terapkan protokol kesehatan dan langkah pencegahan seperti yang telah disebutkan, ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!