Share This Article
Bagi pengidap COVID-19 yang memiliki sakit parah, diketahui bahwa darah mereka dipenuhi dengan protein sistem kekebalan tubuh tingkat tinggi yang disebut sitokin. Beberapa di antaranya bahkan memiliki kadar sitokin yang berlebihan dan tidak terkendali. Hal itu membuat tubuh menyerang sel dan jaringannya sendiri, alih-alih melawan virus. Salah satu asupan yang disebut mampu mengelola badai sitokin saat terinfeksi COVID-19 yaitu suplemen omega-3.
Bahaya badai sitokin pada pasien COVID-19
Pada kasus badai sitokin, reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan justru akan membahayakan pasien COVID-19. Parahnya kondisi ini bisa menyebabkan kematian.
Jenis sitokin tertentu juga bisa memicu kematian sel. Ketika kamu memiliki banyak sel tersebut pada saat yang bersamaan, banyak jaringan yang bisa mati.
Saat kamu terinfeksi COVID-19, jaringan yang akan diserang sebagian besar berada di paru-paru. Saat jaringan rusak, dinding kantung udara kecil paru-paru menjadi bocor dan terisi cairan, sehingga menyebabkan pneumonia dan kekurangan oksigen dalam darah.
Ia menemukan bahwa badai sitokin bisa menyebabkan kematian sebagian besar sel pada tubuh. Saat paru-paru menjadi rusak, sindrom gangguan pernapasan akut atau acute respiratory distress syndrome (ARDS) dapat terjadi dan organ lain mulai gagal berfungsi. Inilah mengapa badai sitokin bisa menyebabkan kematian pada pengidap COVID-19 bila tidak segera diatasi.
Peranan suplementasi omega-3 dalam mengatasi badai sitokin
Seperti dijelaskan dalam jurnal IC Infection and Chemotherapy, lemak omega-3, seperti EPA (asam eicosapentaenoic) dan DHA (asam docosahexaenoic) bisa memengaruhi respons imun terhadap infeksi virus, sehingga bisa membantu mengelola badai sitokin pada pengidap COVID-19.
Omega-3 FA seperti DHA dan EPA menjalankan perannya dengan cara masuk ke dalam membran sel dan memengaruhi penggumpalan reseptor.
Komponen ini mencegah sinyal yang mengaktifkan NF- andB, serta membantu memperbaiki komplikasi COVID-19 dengan memproduksi lebih sedikit mediator pro-inflamasi.
DHA dan EPA adalah prekursor partikel yang disebut resolvin D dan E, yang mengurangi mediator proinflamasi sehingga mengurangi rekrutmen neutrofil paru, meningkatkan apoptosis oleh makrofag, dan selanjutnya menurunkan produksi IL-6 bronko-alveolar.
Omega-3 FA juga berperan dalam meningkatkan kapasitas fagositosis makrofag, akibat perubahan komposisi lapisan bilipid membran sel.
Peran lain omega-3 untuk perawatan pasien COVID-19
Omega-3 FA juga berperan dalam memediasi proses inflamasi dan imunomodulasi untuk sistem kekebalan bawaan dan didapat.
Penting untuk dipahami bahwa hubungan antara diet kaya omega-3 FA dan hasil klinis bisa jauh lebih kompleks daripada yang dipertimbangkan sebelumnya ketika merawat pasien COVID-19.
Beberapa uji klinis kini sedang dilakukan untuk menyelidiki pengobatan yang paling tepat untuk SARS-CoV-2.
Karena sifat anti-inflamasi, imunomodulator, dan berbagai manfaat lainnya, omega-3 FA diyakini bisa ambil peran sebagai pilihan suplemen selama situasi pandemi yang sedang berlangsung ini.
Baca juga: Bisa Berujung Kematian, Apa Itu Badai Sitokin Pada Penderita COVID-19?
Dosis asupan omega-3
Bagi orang dewasa disarankan untuk mencukupi kebutuhan omega-3 sebanyak 1,1–1,6 gram per harinya. Sementara itu, anak-anak membutuhkan asupan omega-3 sekitar 0,7–0,9 gram per hari.
Walaupun memang baik untuk kesehatan, sangat disarankan kamu tidak mengonsumsi omega-3 secara berlebihan karena bisa menimbulkan efek samping, seperti mual, muntah, diare, dan sakit kepala.
Jadi akan lebih baik jika kamu melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter ketika akan mengonsumsi suplemen saat terinfeksi COVID-19. Tujuannya agar tidak menyebabkan komplikasi pada kesehatan tubuh.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!