Share This Article
Sejak akhir Mei 2021, kasus harian COVID-19 melonjak tajam di banyak daerah. Rumah sakit yang penuh dan bed occupancy rate (BOR) yang tinggi membuat pasien bergejala ringan dan tanpa gejala disarankan isolasi mandiri di rumah.
Namun, gejala seperti sesak napas bisa saja menyerang secara tiba-tiba. Tak perlu khawatir, kamu bisa mengatasinya dengan prone positioning. Bagaimana cara melakukannya? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Apa itu prone positioning?
Prone positioning adalah teknik memposisikan diri menghadap ke bawah atau tengkurap dengan punggung berada di atas. Tujuannya, mendukung fungsi paru-paru dalam meningkatkan aktivitas oksigenisasi.
Teknik ini sebenarnya sudah digunakan sejak lama untuk pasien yang mengalami gangguan pernapasan akut yang parah. Dalam kasus COVID-19, prone positioning dipercaya dapat membantu pasien yang mengalami gejala sesak napas.
Ada sejumlah mekanisme yang terjadi pada paru-paru ketika seseorang melakukan teknik tersebut. Singkatnya, prone positioning dapat mengoptimalkan fungsi alveolus dalam bekerja. Alveolus sendiri merupakan kantong udara tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Tak hanya itu, prone positioning juga dipercaya dapat meminimalkan risiko cedera paru-paru sebagai komplikasi dari kondisi sebelumnya.
Ini yang terjadi saat melakukan prone position
Seperti yang telah disebutkan, saat dalam posisi tengkurap (prone), ada sejumlah mekanisme yang bekerja di organ paru-paru dan sekitarnya, yaitu:
- Penurunan tekanan terhadap paru-paru dari jantung dan mediastinum (rongga yang berada di antara dada dan tulang belakang dekat paru-paru) akibat gaya gravitasi
- Penurunan efek kompresi lambung pada paru-paru
- Pembatasan gerakan dinding dada anterior
Ini tentu berbeda jika kamu memposisikan diri tidur telentang. Posisi telentang bisa menyebabkan paru-paru mendapat tekanan dari jantung dan mediastinum akibat gaya gravitasi. Begitu pula dengan tekanan yang diberikan oleh lambung.
Tekanan dari berbagai arah tersebut dapat menghambat fungsi paru-paru, termasuk kinerja alveolus yang ada di dalamnya.
Baca juga: Lengkap! Ini Panduan Isolasi Mandiri untuk Pasien COVID-19 Tanpa Gejala
Bukan untuk semua orang
Sebelum COVID-19 merebak, prone positioning digunakan untuk pasien acute respiratory distress syndrome (ARDS) yang disebabkan oleh penumpukan cairan di alveolus. Namun, saat pandemi berlangsung, teknik ini diklaim bisa membantu proses oksigenisasi pasien positif corona.
Meski begitu, prone positioning tidak bisa dilakukan pada semua orang. Pasien yang telah diintubasi misalnya, sangat berbahaya jika mendapat tindakan ini. Intubasi sendiri merupakan prosedur medis memasukkan tabung ke dalam tubuh pasien gangguan napas berat.
Prone positioning sebaiknya tidak dilakukan untuk orang-orang yang mengalami hipoksia (kadar oksigen rendah dalam darah), trauma wajah, serta baru saja operasi perut, toraks, dan tulang belakang.
Penelitian terkait
Menurut sebuah studi baru-baru ini oleh sejumlah peneliti asal Inggris, sebagian besar pasien COVID-19 yang dirawat intensif di rumah sakit tidak cocok dengan tindakan prone positioning.
Teknik tersebut efektif untuk pengidap COVID-19 yang menjalani isolasi di rumah atau baru saja masuk ke rumah sakit. Satu sesi prone positioning beberapa menit disebutkan dapat meningkatkan oksigenisasi pada pasien COVID-19 secara signifikan.
Dari 77 pasien yang dirawat di rumah sakit, 50 orang (65 persen) tidak dilibatkan dalam penelitian karena sudah menjalani intubasi. Tujuh lainnya menjalani prone positioning sebelum masuk rumah sakit dan 20 pasien tersisa mendapat prone positioning saat baru masuk rumah sakit.
Hasilnya, dua kelompok terakhir mengalami peningkatan kadar oksigen serta gejala sesak napas yang membaik.
Cara melakukannya
Bukan sekadar tengkurap, prone positioning harus dilakukan dengan tepat benar agar efeknya maksimal. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Tengkurap sempurna dengan kedua tangan diletakkan menekuk di samping kepala
- Jika memungkinkan, beri bantal di bawah leher dan telapak kaki
- Bertahanlah dalam posisi tersebut selama minimal 30 menit
- Setelah itu, ambil posisi miring beberapa menit, telentang (dengan bersandar ke beberapa tumpukan bantal) beberapa menit, dan ulangi tengkurap
Lakukan semua langkah-langkah tersebut dengan kesadaran penuh. Jika perlu, cek juga saturasi oksigen secara berkala. Sesak napas biasanya terjadi ketika kadar oksigen kurang dari 90 persen (normal: 95-100 persen).
Nah, itulah ulasan tentang prone positioning yang diklaim bisa membantu meringankan gejala sesak napas pada pasien COVID-19. Jangan lupa untuk selalu laporkan ke dokter tentang keluhan yang kamu alami selama menjalani isolasi mandiri, ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!