Share This Article
Belum lama ini, peneliti dari pemerintah Inggris merilis sebuah pernyataan terkait naiknya risiko kematian pasien yang mengalami flu dan COVID-19 secara bersamaan.
Negara di belahan bumi utara tersebut tengah menghadapi “twindemic” dari flu musiman dan COVID-19. Flu musiman sendiri tergolong mematikan.
Centers for Disease Control and Prevention mencatat flu musiman menewaskan rata-rata 37.000 orang setiap tahun selama dekade terakhir di Amerika Serikat (AS).
Lalu bagaimana bisa flu musiman dan COVID-19 ini saling berkaitan satu sama lain? Apakah ada cara mencegahnya? Yuk, simak penjelasan berikut.
Penelitian soal kasus flu dan COVID-19 secara bersamaan
Melansir Metro.uk, Public Health England (PHE) merilis penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi kedua virus itu 2,27 kali lebih mungkin meninggal daripada mereka yang hanya mengidap virus corona.
Dan 5,92 kali lebih mungkin meninggal daripada mereka yang tidak terinfeksi keduanya. Paper ini didasarkan pada studi kecil terhadap 58 pasien rumah sakit di Inggris dengan koinfeksi selama fase awal pandemi, antara Januari dan April tahun ini.
Profesor Yvonne Doyle, direktur medis PHE, mengatakan “Jika kamu mendapatkan keduanya, kamu berada dalam masalah serius, dan orang-orang yang paling mungkin terkena kedua infeksi ini mungkin adalah orang-orang yang rendah sistem kekebalan tubuhnya”.
Virus flu dan COVID-19 yang saling bersaing
Menderita flu dan COVID-19 pada waktu bersamaan secara signifikan meningkatkan risiko kematian pasien.
Ada beberapa bukti bahwa flu dan virus lainnya bersaing satu sama lain. Dalam penelitian koinfeksi, mereka yang terkena flu lebih kecil kemungkinannya untuk tertular virus corona.
Flu dan virus pernapasan lainnya akan beredar musim dingin ini, kata Prof Yvonne Doyle. Kasus flu sendiri telah membunuh antara 4.000 hingga 22.000 orang setiap tahun di Inggris. Bahkan tahun lalu jumlah kematian mencapai 8.000 orang.
Baca Juga : Flu Spanyol, Pandemi pada 1918 dengan Angka Kematian Lebih dari 50 Juta Orang
Apa yang terjadi saat flu dan COVID-19 menyerang tubuh secara bersamaan?
Apa yang terjadi pada tubuh saat kedua virus ini menyerang? Melansir National Geographic, Lisa Maragakis , direktur senior pencegahan infeksi di Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins memberikan sedikit gambaran.
Saat virus flu dan juga COVID-19 menyerang sekaligus, lebih sulit bagi sistem kekebalan tubuh kamu untuk menangkalnya pada saat yang sama. Kamu berisiko mengalami kerusakan paru-paru, penyakit yang lebih lama, komplikasi yang lebih buruk, dan bahkan kematian.
Belum diketahui apakah terjangkit COVID-19 atau flu meningkatkan peluang terkena penyakit yang lain. Tetapi kamu pasti lebih rentan, karena infeksi virus merusak jaringan di saluran pernapasan, sehingga kamu akan lebih sulit menangkap jaringan berikutnya.
Memiliki paru-paru yang meradang (yang dapat disebabkan oleh salah satu penyakit) juga menawarkan kesempatan bagi bakteri untuk masuk ke sana.
Baca Juga : Sempat Geger di Indonesia, Kenali Gejala dan Penanganan Penyakit Flu Burung
Pemerintah Inggris siapkan vaksin massal
Melansir The Guardian, menyikapi temuan ini pemerintah Inggris telah membeli 30.000.000 dosis vaksin flu, lebih banyak dari sebelumnya. Vaksin ini akan diberikan kepada kelompok rentan terlebih dahulu.
Mulai dari lansia, anak-anak usia 2 sampai 3 tahun, semua anak sekolah dasar,mereka yang berusia tujuh tahun, dan anak-anak yang berada di tahun pertama sekolah menengah.
Prof Doyle mengatakan, “Kami mendorong siapa saja yang memenuhi syarat untuk menerima vaksinasi flu tahun ini, terutama dengan musim dingin yang akan kita hadapi”.
Apa itu flu musiman
Flu musiman menurut WHO adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus influenza yang beredar di seluruh belahan dunia.
Ada 4 jenis virus influenza musiman, yaitu tipe A, B, C dan D. Virus influenza A dan B bersirkulasi dan menyebabkan wabah penyakit musiman.
Tanda dan gejala awal flu musiman di antaranya:
- Demam mendadak
- Batuk (biasanya kering)
- Sakit kepala
- Nyeri otot dan sendi
- Rasa tidak enak badan
- Sakit tenggorokan
- Hidung meler
Batuknya bisa parah dan bisa bertahan 2 minggu atau lebih. Kebanyakan orang sembuh dari demam dan gejala lain dalam waktu seminggu tanpa memerlukan perhatian medis.
Tetapi influenza dapat menyebabkan penyakit parah atau kematian terutama pada orang-orang yang berisiko tinggi.
Di seluruh dunia, epidemi tahunan ini diperkirakan mengakibatkan sekitar 3 hingga 5 juta kasus penyakit parah, dan sekitar 290.000 hingga 650.000 kematian akibat pernafasan.
Kapan harus ke dokter?
Gejala COVID-19 dan flu sangat mirip sehingga salah satu tantangan tenaga kesehatan saat ini adalah mendiagnosis orang dengan benar dan cepat. Sekalipun kamu memiliki gejala ringan, jangan mencoba mengatasi virus sendirian.
Dan jangan berasumsi bahwa batuk adalah satu-satunya tanda kamu terkena COVID-19. Kamu harus menghubungi dokter jika mengalami nyeri tubuh, demam, sakit tenggorokan, atau gejala pernapasan sehingga kamu dapat menjalani tes COVID-19.
Daftar tanda peringatan gejala untuk virus corona terus berkembang hingga sekarang termasuk hilangnya indera perasa atau bau, mual, diare, atau bahkan jari kaki merah dan bengkak. Penting untuk mengetahui infeksi apa yang kamu alami
Jika flu musiman, dokter dapat meresepkan obat antivirus. Tetapi jika positif COVID-19, dokter akan memberikan perawatn khusus. Selain itu, kamu harus dikarantina untuk menghindari penyebarannya ke orang lain.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!