Share This Article
Umumnya hampir 60 persen orang yang terserang virus COVID-19 akan mengalami gejala seperti gangguan penciuman dan rasa. Namun, jika sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19, bagaimana cara mengembalikan indra penciuman yang tepat?
Memahami hilangnya indra penciuman saat menderita COVID-19
Melansir penjelasan dari laman Harvard Medical School, kehilangan penciuman sementara, atau anosmia adalah gejala neurologis utama dan salah satu indikator COVID-19 yang paling awal dan paling sering dilaporkan.Â
Studi menunjukkan itu lebih baik memprediksi penyakit daripada gejala terkenal lainnya seperti demam dan batuk, tetapi mekanisme yang mendasari hilangnya bau pada pasien dengan COVID-19 masih belum jelas.
Saat ini, tim peneliti internasional yang dipimpin oleh ahli saraf di Harvard Medical School telah mengidentifikasi jenis sel penciuman di rongga hidung bagian atas yang paling rentan terhadap infeksi oleh SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19.
Anehnya, neuron sensorik yang mendeteksi dan mengirimkan indra penciuman ke otak bukan termasuk jenis sel yang rentan.
Namun kemungkinan kondisi ini terjadi akibat dari peradangan di rongga hidung ketika virus COVID-19 terhirup masuk ke dalam tubuh melalui hidung.
Ketika melewati rongga hidung, virus COVID-19 dapat menyerang sistem saraf yang berfungsi sebagai indra penciuman di dalam hidung. Gangguan inilah yang diduga dapat menyebabkan gejala anosmia pada COVID-19.
Umumnya gangguan anosmia ini cenderung muncul di masa awal infeksi dan akan pulih dalam waktu 28 hari. Anosmia pada COVID-19 juga sering disertai juga dengan angguan indra pengecap, seperti mulut terasa asam, pahit, asin, atau terasa seperti logam.
Bagaimana cara mengembalikan indra penciuman setelah sembuh dari COVID-19?
Melansir penjelasan dari laman The Conversation demi mengatasi masalah hilangnya indra penciuam setelah sembuh dari COVID-19 adalah dengan melakukan pengobatan terbaik seperti pelatihan penciuman dan tetes vitamin A yang juga bisa sebagai alternatif lain.
Steroid mungkin tidak berperan dalam pengobatan tetapi dapat membantu mengobati masalah lain, seperti rinitis yang menghalangi hidung.
Banyak video telah muncul secara online tentang orang-orang yang mencoba memicu indera perasa mereka dengan makanan aromatik seperti jeruk hitam dan memakannya atau menggigit bawang.
Meskipun beberapa dari upaya ini mungkin tampak tidak masuk akal, namun sebenarnya dapat berhasil. Latihan unik ini mirip dengan latihan penciuman.
Pelatihan penciuman sebenarnya memanfaatkan neuroplastisitas tubuh, yang merupakan kemampuan tubuh untuk membentuk jalur saraf baru. Metode ini membantu tubuh menciptakan jalur saraf baru dan membantu memulihkan indra penciuman.
Jika menderita COVID atau baru saja pulih tetapi masih kehilangan bau dan rasa, sangat direkomendasikan untuk memulai latihan penciuman sejak dini.
Asam lipoat alfa, suplemen vitamin A, dan semprotan hidung steroid yang dijual bebas juga dapat membantu pemulihan indra penciuman yang hilang akibat virus.
Apa itu pelatihan penciuman?
Pelatihan penciuman adalah terapi yang telah digunakan oleh para ahli di bidang gangguan penciuman atau olfaktologis selama beberapa waktu.
Cara ini terbilang efektif karena tidak memiliki efek berbahaya pada mereka yang melakukannya. Pengobatan ini juga tidak membutuhkan resep dokter, serta mudah dilakukan di rumah.
Beberapa penelitian yang dilakukan selama dekade terakhir menunjukkan bahwa paparan jangka pendek yang berulang terhadap bau dapat membantu orang yang kehilangan indra penciumannya.
Bahan tradisional yang digunakan untuk pelatihan penciuman adalah dengan menggunakan empat aroma cengkeh, mawar, lemon, dan kayu putih. Kulit lemon dan jeruk, pala, cengkeh, mint, kayu putih, kopi bubuk, kelapa dan vanila adalah barang-barang umum yang dapat digunakan.
Baca juga: Kemampuan Indra Penciuman Berkurang Saat Menua, Wajar atau Tidak?
Manfaat pelatihan penciuman
Pelatihan penciuman merangsang pergantian sel saraf khusus, membantu mengembalikan fungsi penciuman. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan di area penciuman otak mungkin juga terjadi.
Studi yang lebih baru seperti dilansir dari laman The Conversation, menunjukkan bahwa empat bau yang digunakan untuk pelatihan harus diubah setiap 12 minggu. Hasil dari pendekatan baru ini menunjukkan bahwa pemulihan fungsi penciuman yang lebih besar dapat dicapai.Â
Kemudian penelitian lebih lanjut juga menunjukkan bahwa semakin lama pelatihan berlangsung, dalam hal jumlah minggu, semakin baik. Jadi, teruskan karena ini bukan hasil instan dan membutuhkan proses.
Pada akhirnya, siapa pun yang mengalami gejala yang berkepanjangan mungkin perlu mencari konsultasi dengan dokter atau mencari rujukan ke klinik spesialis, terutama jika mereka mengalami distorsi bau yang melumpuhkan atau lebih dikenal sebagai parosmia.
Meskipun demikian, pelatihan penciuman adalah titik awal pemulihan yang mudah dan sederhana untuk dilakukan.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!