Share This Article
Pandemi ini membuat kita menjadi lebih khawatir atau bahkan ketakutan. Bahkan, sebagian orang kerap kali mengalami mimpi buruk. Ini dikenal sebagai pandemic dream atau nightmare.
Pandemic nightmare terjadi bukan tanpa alasan. Sebab, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkanmu mengalami pandemic nightmare, apa saja? Yuk, simak ulasannya di bawah ini.
Baca juga: Studi: COVID-19 Bisa Menyebabkan Disfungsi Ereksi, Ini Alasannya!
Mimpi buruk dan pandemi
Perlu diketahui mimpi adalah halusinasi yang terjadi selama tahap tidur tertentu. Biasanya, ini terjadi selama fase tidur rapid eye movement (REM). Perubahan pola tidur yang dipicu oleh pandemi serta stres bisa menyebabkanmu mengalami mimpi buruk.
Menurut asisten profesor kedokteran klinis di University of Southern California, Dr. Raj Dasgupta, ini adalah sesuatu yang sering kali terlihat dalam peristiwa traumatis lainnya dan bukanlah merupakan sesuatu yang mengejutkan.
Fenomena ini dimulai sekitar setahun lalu, tak lama setelah lockdown dimulai di seluruh dunia. Pekerja garis depan menjadi kelompok yang paling terpengaruh.
Bahkan, sebuah studi pada tahun 2020 terhadap 100 perawat di Tiongkok menemukan bahwa sekitar 45 persennya mengalami mimpi buruk, bersamaan dengan tingkat kecemasan serta depresi.
Namun, mimpi terus berlanjut ketika karantina dan lockdown kembali diberlakukan. Salah satu alasannya adalah pola tidur larut malam, yang mana ini dapat berujung pada terjadinya mimpi yang menakutkan.
Memahami fase tidur REM
Mimpi tidak terlepas dari fase tidur REM. Perlu kamu ketahui bahwa tidur lelap memungkinkan kita untuk memasuki fase tidur REM, yakni ketika tubuh menyimpan ingatan dan memulihkan tubuh.
Rentang panjang REM terjadi di bagian akhir dari malam, lebih tepatnya sebelum kamu bangun tidur. Kekhawatiran, kecemasan, dan stres akibat pandemi merupakan beberapa faktor pemicu mimpi buruk.
Nah, ketika kamu lebih banyak mengalami fase REM ketika kamu sedang stres, ini dapat menyebabkanmu mendapatkan mimpi buruk, jelas psikolog klinis, Michael Breus seperti dikutip dari laman CNN Health.
Baca juga: Cara Penanganan Pasien COVID-19 Sesuai Derajat Keparahannya
Mimpi buruk akibat trauma
Di sisi lain, mimpi buruk selama pandemi juga bergantung pada tingkat trauma. Dilansir laman CNN Indonesia, psikolog Deirdre Barrett telah mengumpulkan informasi aneka mimpi, termasuk mimpi buruk sejak pandemi.
Sebagian orang bermimpi mengenai serangga yang dijadikan sebagai metafora dari virus corona. Sementara itu, berbagai mimpi berfokus pada ‘ketakutan terkena virus’. Pada saat karantina terus berlanjut diberlakukan, mimpi berfokus pada situasi ‘terjebak’.
Dokter dan perawat di intensive care units (ICU) juga melaporkan trauma mimpi buruk, yang mana juga dapat terjadi pada fase lain tidur selain REM.
“Saya akan mengatakan orang-orang yang memiliki pengalaman paling langsung dengan kematian dan sekarat, adalah mereka yang secara fisiologis rentan terhadap kecemasan, stres dan trauma, dan mereka yang memiliki trauma sebelumnya yang cenderung memiliki perjuangan terpanjang dengan mimpi buruk,” ungkap Barett.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bermimpi hanyalah berpikir dalam keadaan otak yang sangat berbeda. Pada dasarnya, ada banyak penelitian mengenai hipotesis konsistensi mimpi.
Namun yang pasti, semakin seseorang memikirkan topik tertentu di siang hari, maka semakin banyak pula hal tersebut akan muncul dalam mimpi mereka di malam hari.
Selain pekerja garis depan, banyak orang yang dirawat di rumah sakit dan yang telah pulih dari COVID-19 juga mengalami mimpi buruk.
Cara agar tidak mengalmi mimpi buruk
Mimpi buruk memang terkadang dapat mengganggu. Akan tetapi, terdapat beberapa cara yang bisa kamu lakukan agar tidak mengalami mimpi buruk, di antaranya adalah:
1. Siapkan jadwal tidur teratur
Selama pandemi, beberapa orang, terutama remaja tidur larut malam. Padahal, ini tidak boleh dilakukan.
Sebab, ritme sirkadian atau jam biologis tubuh mengontrol semua hormon tubuh, suhu, pencernaan, hingga siklus tidur-bangun. Tidur larut malam atau waktu tidur yang tidak teratur dapat menggangu ritme sirkadian.
Di samping itu, waktu tidur yang terganggu juga dapat meningkatkan risiko kondisi medis tertentu. Maka dari itu, penting bagi kamu untuk membangun rutinitas tidur yang baik.
2. Perhatikan obat yang kamu konsumsi
Beberapa obat-obatan tertentu dapat menyebabkan halusinasi dan mimpi buruk. Misalnya saja beta-blocker yang dapat memengaruhi cara otak menangani norepinefrin, yakni neurotransmitter yang bertanggung jawab atas respons fight-or -light terhadap stres.
Beberapa antihistamin atau bahkan antidepresan juga dapat menyebabkan mimpi yang mengganggu.
3. Relaksasi
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa mimpi buruk juga dapat disebabkan oleh stres. Sebab, mimpi buruk dapat mengaktifkan sistem saraf simpatik atau sistem saraf otonom yang bekerja di luar kesadaran tubuh.
Tubuh memiliki sistem relaksasi bawaan, yakni sistem saraf parasimpatis. Relaksasi otot ataupun aktivitas relaksasi lainnya dapat membantu mengaktifkan sistem tersebut.
Itulah beberapa informasi mengenai alasan mimpi buruk selama pandemi. Untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, jangan lupa selalu terapkan protokol kesehatan, ya.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!