Share This Article
Setelah menerima suntik vaksin COVID-19, ada kemungkinan terjadinya kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Jika gejala KIPI muncul setelah divaksin bolehkah minum obat?
Gejala KIPI sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- Reaksi lokal yang berupa nyeri, kemerahan bengkak di tempat suntikan, atau reaksi selulitis.
- Reaksi sistemik yang berupa demam nyeri di seluruh tubuh (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), lemah dan sakit kepala.
- Serta reaksi lain yang dapat berupa alergi seperti biduran, edema atau pembengkakan. Dalam reaksi yang cukup berat bisa berupa syncope (pingsan) atau anafilaksis (alergi parah).
Setelah vaksin bolehkah minum obat untuk mengatasi KIPI?
Menurut Dr. David J. Cennimo, seorang dokter penyakit menular, dikutip dari Healthline, KIPI sebenarnya adalah hal yang sangat wajar. Karena adanya KIPI justru menandakan tubuh sedang bereaksi membangun kekebalan tubuh.
“Itu adalah tanda-tanda yang tepat dan reaksi kekebalan tubuh terhadap vaksin,” kata dokter Cennimo yang juga seorang asisten profesor di Sekolah Kedokteran Rutgers New Jersey.
KIPI juga menandakan bahwa vaksin sedang mengajarkan sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan menangkal virus SARS-CoV-2. Walaupun KIPI seringkali menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi ini bagian dari perlindungan yang diberikan oleh vaksin.
Biasanya juga, KIPI hanya berlangsung satu atau dua hari dan berbentuk reaksi ringan. Walau beberapa orang ada yang mengalami KIPI lumayan berat hingga mengganggu kegiatan sehari-hari.
Namun, menurut dokter Cennimo, sebaiknya tidak minum obat. Alasannya, kebanyakan KIPI adalah reaksi ringan yang biasa diatasi dengan obat bebas seperti ibuprofen atau acetaminophen. Nah, obat-obatan ini bisa mengganggu proses pengenalan vaksin.
Obat pereda nyeri dan efeknya terhadap vaksin
Sebelumnya disebutkan bahwa obat ibuprofen dan acetaminophen kemungkinan bisa mengganggu kerja vaksin di dalam tubuh. Itu karena kedua jenis obat yang termasuk kategori anti-inflammatory drugs (NSAIDs).
Obat jenis NSAIDs dapat mengurangi produksi antibodi pelindung tubuh terhadap virus. Pengaruh NSAIDs ini sudah diketahui sejak lama, jauh sebelum pandemi COVID-19 terjadi.
“Ada data dalam literatur vaksin, lama sebelum COVID-19 dan hampir semua dilakukan pada anak-anak, bahwa premedikasi dengan obat penurun demam seperti asetaminofen atau ibuprofen menurunkan respons antibodi terhadap dosis pertama vaksin,” ungkap Cennimo.
Karena itu ada kemungkinan pereda nyeri yang masuk kategori NSAIDs ini juga berpengaruh pada pemberian vaksin COVID-19. Sementara pemberian vaksin diharapkan dapat memproduksi dan mengajari antibodi untuk melawan virus penyebab COVID-19.
Sumber lain juga menuturkan hal yang sama mengenai pengaruh NSAIDs. Disebutkan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Virology, bahwa NSAIDs ibuprofen bisa memengaruhi pemberian vaksin.
“Jika kamu memiliki gejala ringan setelah menerima vaksin, cobalah untuk bertahan,” kata Craig B. Wilen, MD, PhD, seorang ahli imunologi di Departemen Kedokteran Laboratorium di Fakultas Kedokteran Universitas Yale sekaligus kepala penelitian tersebut.
Namun, karena penelitian dilakukan di awal-awal masa pandemi, peneliti mengatakan bahwa tidak ada rekomendasi yang pasti mengenai pengaruh NSAIDs terhadap pemberian vaksin COVID-19.
Jika belum ada bukti pasti, setelah vaksin apakah boleh minum obat pereda nyeri?
Sudah dijelaskan sebelumnya, jika belum ada penelitian pasti, sehingga masih menunggu lebih banyak yang menunjukkan kaitan antara vaksin COVID-19 dengan obat pereda nyeri.
Sejauh ini, walau beberapa ahli mengatakan sebaiknya tidak minum pereda nyeri, tidak ada larangan pasti dari pihak terkait. Protokol uji klinis tahap akhir beberapa jenis vaksin COVID-19 tidak melarang orang untuk minum obat pereda nyeri jika merasa membutuhkannya.
Setidaknya ini bisa menjawab pertanyaan, setelah vaksin bolehkah minum obat. Dokter Cennimo menambahkan, jika memang merasa butuh obat pereda nyeri, minumlah sesuai aturan, tidak melebihi jumlah yang disarankan.
Bagaimana dengan minum obat pereda nyeri sebelum suntik vaksin COVID-19?
Menurut dokter Cennimo, dalam uji coba vaksin COVID-19, orang tidak diberi NSAIDs. “Jadi kami tidak tahu apa yang terjadi kalaupun ada efeknya,” ujarnya.
Karena itu, tidak disarankan untuk minum obat pereda nyeri sebelum menerima vaksin COVID-19. Hal tersebut juga senada dengan yang disampaikan oleh Dr. Sherrill Brown, direktur medis pencegahan infeksi di AltaMed Health Services.
“Saya akan merekomendasikan minum obat menunggu adanya efek samping demam atau nyeri,” ungkapnya. Namun, dokter Brown juga menambahkan jika sebaiknya orang yang ingin minum pereda nyeri untuk mengurangi KIPI berkonsultasi dulu dengan dokter.
Karena beberapa kondisi mungkin tidak bisa diatasi dengan obat pereda nyeri, termasuk beberapa masalah kesehatan lain yang dialami seseorang.
Jika bukan dengan obat, bagaimana cara meredakan efek KIPI berupa nyeri atau demam?
Untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan di tempat suntikan, gunakan waslap basah yang dingin untuk mengurangi pembengkakan. Melatih lengan dengan lembut juga meningkatkan aliran darah ke area tersebut yang dapat memberikan kenyamanan.
Untuk mengatasi demam, minum banyak air, kenakan piyama atau pakaian tipis, basuh tubuh Anda dengan air hangat dan tentu saja istirahat.
Jika demam berlangsung lebih dari 3 hari, atau mencapai 39 derajat Celcius atau lebih tinggi, dapatkan perawatan medis. Cari pengobatan segera jika mengalami ruam, kesulitan bernapas, nyeri dada atau perut.
Punya pertanyaan lain seputar vaksin COVID-19? Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!