Share This Article
Pada Rabu (12/1), vaksin booster COVID-19 memang sudah mendapatkan izin dari Pemerintah untuk diberikan ke masyarakat umum. Dalam pelaksanaannya, akan ada lima jenis vaksin yang digunakan dan sudah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Selain itu, kamu juga perlu memerhatikan petunjuk pemilihan vaksin booster berikut ini.
Jenis vaksin yang akan digunakan untuk booster
Penny K. Lukito, Kepala Badan POM menjelaskan, lahirnya persetujuan untuk memberikan vaksin booster, setelah adanya data imunogenisitas dari hasil pengamatan uji klinik. Data menunjukan terjadinya penurunan kadar antibodi yang signifikan setelah 6 bulan pemberian vaksin primer.
Ada lima jenis vaksin booster COVID-19 yang akan digunakan yaitu CoronaVac atau Vaksin COVID-19 Bio Farma, Comirnaty oleh Pfizer, AstraZeneca (Vaxzevria dan Kconecavac), Moderna, dan Zifivax.
Kemudian akan dibagi menjadi dua kategori yaitu dosis lanjutan homolog (vaksin booster sama dengan vaksin primer) dan heterolog (vaksin booster berbeda dengan vaksin primer).
Lalu, apakah bisa melakukan kombinasi antara jenis vaksin primer dan booster? Sudah ada laporan secara resmi yang disampaikan Kepala Ilmuwan World Health Organization (WHO), Soumya Swaminathan bahwa mencampurkan jenis vaksin primer atau booster hanya boleh dilakukan oleh lembaga kesehatan saja.
Menyambung penjelasan di atas, saat ini sudah ada konfirmasi langsung dari BPOM dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) terkait dengan kombinasi vaksin booster hingga panduan pemilihan yang tepat.
Petunjuk lengkap pemilihan vaksin booster
1. Vaksin CoronaVac
Jenis vaksin ini merupakan yang pertama mendapatkan izin sebagai booster atau dosis lanjutan homolog. Dosis akan diberikan sebanyak 1 kali dan baru boleh minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap CoronaVac.
Vaksin booster CoronaVac ini akan diberikan pada usia 18 tahun ke atas dengan peningkatan titer antibodi netralisasi hingga 21-35 kali setelah 28 hari pemberian dosis lanjutan di subjek dewasa.
Melansir penjelasan News Medical Life Sciences, dalam penelitian terbaru yang dipublikasikan di server pracetak medRxiv, tim ilmuwan internasional menguji CoronaVac sebagai suntikan booster dan mengukur efeknya pada kekebalan ternyata menunjukkan peningkatan antibodi penetralisir dan respons sel T.
2. Vaksin Pfizer
Selanjutnya adalah vaksin Pfizer yang termasuk dalam dosis lanjutan homolog. Jenis vaksin ini dapat diberikan sebanyak 1 dosis, minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap Pfizer.
Dapat diberikan untuk usia 18 tahun ke atas, dengan peningkatan nilai titer antibodi netralisasi setelah 1 bulan pemberian booster jika dibandingkan 28 hari setelah vaksinasi primer sebesar 3,29 kali.
Pfizer Inc (PFE.N) menuliskan bahwa dosis vaksin booster menghasilkan respons keamanan dan kekebalan yang kuat pada orang berusia 65 tahun ke atas dalam studi tahap akhir.
3. Vaksin AstraZeneca (Vaxzevria dan Kconecavac)
Vaksin AstraZeneca ini termasuk dalam kategori booster homolog yang dapat diberikan sebanyak 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap. Sama dengan vaksin sebelumnya, booster AstraZeneca juga diberikan pada usia 18 tahun ke atas.
Dan juga harus menunjukkan peningkatan nilai rata-rata titer antibodi IgG setelah pemberian booster dari 1792 (sebelum pemberian booster) menjadi 3746.
4. Vaksin Moderna
Sedikit berbeda, vaksin Moderna merupakan booster yang terdapat pada kategori homolog dan juga heterolog (dengan vaksin primer AstraZeneca, Pfizer, atau Janssen). Diberikan dengan dosis setengah (half dose) pada usia 18 tahun keatas.
Penggunaan vaksin booster Moderna ini sendiri dilakukan minimal setelah 6 bulan mendapatkan dosis lengkap vaksinasi primer. Kenaikan respons imun antibodi netralisasi sebesar 12,99 kali setelah pemberian dosis booster homolog vaksin Moderna.
5. Vaksin Zifivax
Terakhir vaksin Zifivax yang merupakan booster heterolog dengan full dose untuk usia 18 tahun atau lebih. Kamu bisa mendapatkan dosis booster ini minimal setelah 6 bulan menerima dosis lengkap vaksinasi primer (Sinovac atau Sinopharm).
Terkait peningkatan titer antibodi netralisasi pastikan sudah lebih dari 30 kali pada subjek yang sudah mendapatkan dosis primer Sinovac atau Sinopharm.
Dari sisi keamanan pun lima jenis vaksin booster di atas juga telah menunjukkan bahwa frekuensi, jenis, dan keparahan dari Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) yang dilaporkan bersifat ringan dan sedang.
Baca juga: Catat Yuk… Ini Mekanisme Vaksin Booster Gratis Secara Lengkap
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!
Sudah punya asuransi kesehatan dari perusahaan tempatmu bekerja? Ayo, manfaatkan layanannya dengan menghubungkan benefit asuransi milikmu ke aplikasi Good Doctor! Klik link ini, ya.