Share This Article
Memasuki tahun kedua, pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Pada pasien yang terinfeksi, gejalanya bukan lagi soal masalah pernapasan.
Penelitian baru-baru ini mengungkap fakta bahwa sepertiga pasien COVID-19 mengalami gangguan mental.
Lantas, bagaimana COVID-19 bisa memengaruhi dan berdampak buruk pada kesehatan mental? Apakah bisa dicegah? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Sekilas tentang penelitian terkait
Sebuah studi yang diterbitkan pada awal April di The Lancet Psychiatry menyebutkan, 34 persen atau satu dari tiga penyintas COVID-19 didiagnosis dengan kondisi neurologis atau masalah kejiwaan dalam waktu enam bulan setelah terinfeksi.
Penelitian itu melibatkan 236.379 pasien COVID-19 yang sebagian besar berasal dari Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut, dapat disimpulkan bahwa sepertiga dari pasien yang diteliti mengalami gangguan pada kesehatan mental sesudah terinfeksi virus corona.
Apa kata penelitian itu?
Dari berbagai jenis masalah kesehatan mental, kecemasan (17 persen) dan gangguan suasana hati atau mood (14 persen) menunjukkan persentase tertinggi. Diagnosis itu diklaim lebih umum terjadi pada pasien COVID-19 ketimbang pengidap flu atau saluran pernapasan dalam periode yang sama.
Menurut penjelasan Dr. Max Taquet, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi tersebut, gangguan kesehatan mental kemungkinan sangat rentan terjadi pada pasien yang memiliki dampak cukup parah dari infeksi SARS-CoV-2.
Meski masih membutuhkan penelitian lanjutan, studi tersebut diharapkan dapat menjadi pandangan masa depan tentang dampak COVID-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda akhir.
Baca juga: 5 Gejala COVID-19 yang Masih Bisa Bertahan Meski Sudah Sembuh
Bagaimana COVID-19 memengaruhi kesehatan mental?
Kondisi gangguan mental merupakan dampak buruk yang secara tidak langsung bisa muncul karena infeksi virus corona. Menurut American Psychological Association, gangguan mental dapat terjadi ketika COVID-19 sudah memengaruhi sistem neurologis dan fungsi kognitif.
Para ilmuwan masih terus meneliti untuk memahami bagaimana virus corona berinteraksi dengan sistem saraf pusat. Hipotesis yang paling kuat adalah virus tersebut mampu mengacaukan suplai darah di otak dan menyebabkan pembengkakan jaringan di sekitarnya.
Brittany LeMonda, PhD, ahli saraf senior di Amerika Serikat, menjelaskan, jika virus telah memengaruhi sistem saraf pusat, tentu kondisi psikiatris bisa ikut terdampak. Selain itu, ada korelasi yang kuat antara fungsi imunologis dengan kesehatan mental.
Namun, menurut Jessica Stern, PhD, asisten profesor klinis di NYU Langone Health, pemberian diagnosis COVID-19 saja sudah bisa membuat seseorang merasa stres dan cemas.
Ini karena COVID-19 merupakan salah satu penyakit mematikan yang penularannya masih sangat tinggi.
Fase perawatan dan pemulihan juga dapat menjadi beban pikiran pasien, terutama yang bergejala berat. Apalagi, diagnosis dan penanganan COVID-19 selama ini cenderung traumatis ketimbang pengobatan penyakit lainnya.
Gangguan mental pada orang yang tidak terinfeksi
Penelitian lain yang terbit di The International Journal of Health Planning and Management memaparkan, pandemi bukan hanya tentang fenomena medis. Namun, juga memengaruhi kondisi mental.
Manusia adalah makhluk sosial. Adanya pembatasan sosial, isolasi, serta penutupan berbagai tempat kerja, tempat hiburan, dan lembaga pendidikan, nyatanya menjadi salah satu penyebab utama munculnya gangguan mental pada banyak orang di saat pandemi.
Tinggal di rumah tanpa ada interaksi sosial dapat berdampak buruk pada kondisi psikologis. Bahkan, seseorang mungkin jatuh sakit bukan karena infeksi COVID-19, melainkan faktor stres dan depresi akibat pembatasan-pembatasan tersebut.
Meski bisa menyerang semua kalangan, stres dan depresi serta kondisi gangguan mental lainnya akibat pandemi sangat rentan terjadi pada anak-anak, remaja, orang lanjut usia (lansia), dan pengidap disabilitas.
Waspadai gejala awal gangguan mental di saat pandemi
Seperti yang telah disebutkan, gangguan kesehatan mental di saat pandemi tidak hanya bisa menyerang pengidap COVID-19, tapi juga orang yang masih sehat. Berikut tanda dari gangguan kesehatan mental akibat pandemi yang sering tidak disadari:
- Perasaan takut, marah, sedih, khawatir, atau frustasi
- Perubahan minat dan nafsu makan
- Sulit berkonsentrasi, terutama dalam membuat keputusan
- Sulit tidur dan sering mimpi buruk
- Sering sakit kepala dan nyeri badan tanpa sebab
Baca juga: Yuk, Kenali Ciri-ciri Depresi Akibat Corona dan Cara Mengatasinya Berikut Ini
Menjaga kesehatan mental di tengah pandemi
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan, sangat wajar bagi seseorang untuk mengalami stres saat pandemi. Namun, jangan biarkan kondisi itu sampai berlarut-larut. Cobalah untuk meredakan stres dengan beberapa cara berikut:
- Batasi aktivitas menonton, membaca, atau mendengarkan berita tentang COVID-19
- Konsumsi makanan dengan gizi seimbang
- Berolahraga secara teratur
- Jaga kualitas tidur
- Hindari penggunaan alkohol dan produk tembakau
- Lakukan teknik pernapasan dan meditasi
- Lakukan vaksinasi jika telah tersedia
- Luangkan waktu untuk melepas lelah dengan melakukan aktivitas yang disukai
- Tetap terhubung dengan orang lain
Nah, itulah ulasan tentang dampak COVID-19 pada kesehatan mental yang perlu kamu tahu. Yuk, tetap jaga pikiran dan kelola stres dengan baik agar tak mengalami gangguan kesehatan mental di saat pandemi!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!