Share This Article
Dalam kasus pada anak-anak, COVID-19 dikhawatirkan memicu gejala dan komplikasi yang dapat bertahan lebih lama. Itu berdasarkan temuan sebuah penelitian baru-baru ini di sebuah rumah sakit di Inggris.
Lantas, bagaimana faktanya? Apa saja gejala dan komplikasi yang mungkin terjadi? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Baca juga: 5 Gejala COVID-19 yang Masih Bisa Bertahan Meski Sudah Sembuh
Tentang penelitian terkait
Penelitian dilakukan pada April 2020 setelah ditemukan banyaknya kasus sindrom inflamasi multisistem (MIS-C) pada anak yang telah mengidap COVID-19. Studi itu terbit di The Lancet Child and Adolescent Health, 24 Mei 2021.
Dilakukan oleh sejumlah peneliti, studi kohort retrospektif tersebut melibatkan 46 anak berusia di bawah 18 tahun yang dirawat di rumah sakit Great Ormond Street, London, antara 4 April hingga 1 September 2020.
Dari puluhan anak yang diteliti, 30 di antaranya merupakan laki-laki. Anak-anak itu dikelompokkan berdasarkan beberapa kriteria, salah satunya adalah apakah ada penyakit penyerta yang diderita sebelum terinfeksi COVID-19.
Hasil penelitian
Setelah beberapa pekan diteliti, ditemukan fakta bahwa semua pasien mengalami peningkatan aktivitas peradangan sistemik, meski tidak ada yang berakhir dengan kematian. Setelah enam bulan dianalisis, ditemukan beberapa anak masih mengidap peradangan sistemik tersebut.
Komplikasi akibat MIS-C itu ditandai dengan banyak gejala, terutama yang terjadi di saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Sebagian lainnya menunjukkan komplikasi berupa gejala gastrointestinal seperti diare.
Bukan cuma itu, komplikasi serius seperti gangguan neurologis akibat aktivitas inflamasi juga masih ditemukan bertahan setelah enam bulan kemudian.
Masih dari penelitian yang sama, kemampuan berjalan anak-anak tersebut ikut terganggu. Namun, para peneliti belum bisa memastikan apakah kondisi itu terkait dengan MIS-C atau tidak.
Setelah lebih dari enam bulan, para peneliti percaya bahwa anak-anak penyintas COVID-19 masih membutuhkan penanganan medis. Itu berlaku untuk anak-anak yang mengalami komplikasi serius, termasuk yang terganggu kesehatan mentalnya karena trauma.
Apa itu sindrom peradangan multisistem?
Sindrom peradangan multisistem sendiri adalah kondisi di mana beberapa bagian tubuh mengalami peradangan. Mengutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), hal ini bisa terjadi di jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan.
Secara umum, sindrom tersebut lebih rentan menyerang anak-anak ketimbang orang dewasa. COVID-19 adalah salah satu faktor risiko terbesarnya. Dalam beberapa bulan terakhir, anak yang mengalami sindrom tersebut biasanya sudah terinfeksi COVID-19.
Gejala yang dapat terjadi meliputi sakit perut, muntah, diare, sakit di leher, muncul ruam di kulit, mata merah, hingga kelelahan akut.
Belum diketahui secara pasti apa penyebab dari sindrom tersebut. Namun, virus yang dapat memicu aktivitas peradangan seperti Corona dipercaya sebagai pemicunya.
Dampak buruk yang bisa terjadi
Banyak kalangan menganggap bahwa sindrom peradangan multisistem sebagai komplikasi COVID-19. Sebab, sindrom itu memang baru bisa diketahui setelah mendapat hasil tes positif infeksi virus Corona.
Sindrom peradangan multisistem tidak boleh diabaikan, karena bisa menimbulkan komplikasi yang sangat buruk, di antaranya adalah kerusakan organ penting seperti jantung, paru-paru, atau ginjal. Jika organ-organ tersebut dibiarkan rusak, risiko kematian bisa meningkat.
Baca juga: Pemberian Vaksin COVID-19 saat Flu, Boleh atau Tidak?
Apakah bisa dicegah?
Pencegahan perlu dilakukan untuk meminimalkan risiko terjadinya sindrom peradangan multisistem sebagai komplikasi COVID-19. Hal yang perlu dilakukan adalah dengan mengurangi potensi terinfeksi virus Corona.
Di Amerika Serikat, vaksin seperti Pfizer sudah tersedia untuk anak berusia 12 tahun. Ini dapat mencegah anak tertular virus SARS-CoV-2 hingga mengidap komplikasi sindrom peradangan multisistem.
Selain itu, sebagai orang tua, penting untuk selalu mengenali gejala darurat dari sindrom tersebut. Meski belum diketahui apakah anak telah terinfeksi COVID-19, Moms perlu membawanya ke rumah sakit jika telah menunjukkan tanda-tanda seperti:
- Kesulitan bernapas
- Nyeri atau terasa ada tekanan di dada dalam rentang waktu yang cukup lama
- Kebingungan
- Tidak mampu untuk tetap terjaga
- Perubahan warna kulit menjadi biru atau abu-abu, termasuk di bagian bibir dan kuku
- Sakit perut yang parah.
Nah, itulah ulasan tentang komplikasi COVID-19 pada anak yang bisa bertahan hingga enam bulan. Pastikan untuk selalu memerhatikan kondisi kesehatan anak dan kenali setiap keluhan yang dirasakannya, ya!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!