Share This Article
Anak-anak dari segala usia dapat terkena penyakit COVID-19. Apabila selama ini mereka dianggap tidak akan menjadi menunjukkan gejala seperti orang dewasa. Studi terbaru justru menunjukkan hal yang berbeda.
Ya, penelitian yang dilakukan tim RSCM Jakarta, mengungkapkan pasien anak-anak yang terinfeksi corona lebih berisiko mengalami kematian dibanding pasien dengan penyakit penyerta (komorbid).
Mari ketahui fakta-fakta penting seputar studi tersebut melalui ulasan di bawah ini.
Baca juga: 3 Alasan Lansia Tidak Diprioritaskan Mendapat Vaksin COVID-19
Kasus infeksi COVID-19 pada anak-anak
Penelitian tentang efek virus COVID-19 terhadap anak-anak memang masih sangat terbatas.
Sejauh ini, dilansir dari Mayo Clinic, beberapa studi awal baru menunjukkan bahwa anak-anak di bawah usia 10 hingga 14 tahun, lebih kecil kemungkinannya terinfeksi virus ini dibandingkan dengan orang berusia 20 tahun ke atas.
Namun meski begitu, beberapa anak diketahui ada juga yang menjadi sakit parah akibat COVID-19. Mereka mungkin perlu dirawat di rumah sakit, di unit perawatan intensif, atau dibantu ventilator untuk membantu sistem pernapasannya tetap berfungsi dengan baik.
Studi tentang tingkat kematian pasien anak penderita COVID-19 di Indonesia
Tak bisa dipungkiri, jumlah kejadian penyakit COVID-19 di Indonesia masih meningkat pesat. Sayangnya pengetahuan tentang kaitan hal ini terhadap kondisi anak-anak masih sangat terbatas.
Sebuah tim peneliti dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), kemudian berupaya meneliti tentang hal ini. Tujuan dari studi tersebut adalah untuk mendeskripsikan karakteristik anak penderita COVID-19 dengan outcome fatal di rumah sakit rujukan tersier di Indonesia.
Studi ini dilakukan dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari rekam medis pasien COVID-19 yang dirawat di RSCM, Jakarta dari Maret hingga Oktober 2020.
Hasil penelitian
Selama masa penelitian, diketahui 490 pasien dirawat dan didiagnosis dengan dugaan dan kemungkinan COVID-19. Dari pasien ini, sebanyak 50 (10,2 persen) dikonfirmasi memiliki COVID-19, dan 20 (40 persen) memiliki hasil yang fatal.
Tingkat kematian lebih tinggi pada pasien berusia 10 tahun, dikategorikan sebagai pasien dengan penyakit parah saat masuk ke rumah sakit. Sindrom gangguan pernapasan akut dan syok septik (peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi) adalah dua penyebab kematian yang paling umum.
Peningkatan kadar prokalsitonin, D-dimer, laktat dehidrogenase dan presepsin juga ditemukan pada semua kasus yang fatal. Satu pasien bahkan memenuhi kriteria sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak.
Ini adalah kondisi di mana bagian tubuh yang berbeda dapat meradang, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan.
Anak-anak dengan MIS-C mungkin mengalami demam dan berbagai gejala, termasuk sakit perut (usus), muntah, diare, sakit leher, ruam, mata merah, atau merasa sangat lelah.
Kesimpulan studi
Peneliti Utama studi tersebut, Rismala Dewi mengatakan sebagian besar pasien anak-anak yang meninggal umumnya memiliki lebih dari satu komorbid.
“Kebanyakan adalah pasien dengan gagal ginjal dan pasien dengan keganasan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, seperti dilansir Antara, Minggu (6/6). Hal ini sesuai dengan ulasan yang diterbitkan pada Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Di situ disebutkan bahwa tanpa memandang usia, anak-anak dengan kondisi medis berikut berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah dibandingkan dengan anak-anak lain yang terinfeksi COVID-19:
- Asma atau penyakit paru-paru kronis
- Diabetes
- Kondisi genetik, neurologis, atau metabolik
- Penyakit sel sabit
- Penyakit jantung sejak lahir
- Imunosupresi (sistem kekebalan melemah karena kondisi medis tertentu atau sedang menjalani pengobatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh)
- Kompleksitas medis (anak-anak dengan beberapa kondisi kronis yang memengaruhi banyak bagian tubuh, atau bergantung pada teknologi dan dukungan signifikan lainnya untuk kehidupan sehari-hari)
- Kegemukan.
Bagaimana menjaga si Kecil agar terhindar dari COVID-19?
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Cissy Kartasasmita, menyatakan bahwa orang dewasa berperan penting dalam penularan virus kepada anak-anak.
Sementara anak-anak menularkan ke sesamanya dalam level yang moderat. Kecenderungan level penularan yang tinggi juga tergantung dari usia mereka.
Oleh karena itu penting bagi orang tua memastikan anak-anak menerapkan protokol kesehatan dengan baik, serta mempertahankan daya tahan tubuh anak-anak dengan optimal.
Caranya adalah dengan mencukupi kebutuhan makanan bergizi seimbang, minum air putih yang cukup, istirahat yang cukup, olahraga secara teratur dan cek serta lengkapi imunisasinya.
Baca juga: Fakta di Balik Hoax Vaksin Sinovac Bisa Memperbesar Alat Kelamin
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!