Share This Article
Tak hanya orang dewasa, anak-anak dari segala usia termasuk bayi baru lahir pun dapat terinfeksi virus Corona. Beberapa tanda kondisi bahaya yang muncul pada bayi positif COVID-19 bisa terjadi dan harus segera ditangani oleh petugas medis.
Tanda bahaya bayi yang positif COVID-19
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebagian besar bayi baru lahir yang dites positif virus Corona memiliki gejala ringan atau tidak ada gejala sama sekali, dan bisa pulih.
Namun ada beberapa kasus yang juga berakibat fatal. Wanita hamil harus mengambil tindakan pencegahan ekstra untuk menghindari virus Corona agar tidak menularkan pada bayi saat lahir.
Penularan tersebut bisa terjadi karena bayi yang baru lahir masih sangat rentan terhadap berbagai macam infeksi virus.
Kemudian menurut penjelasan dari laman CNN Indonesia bahwa penularan utama COVID-19 pada bayi adalah melalui droplet orang yang terpapar virus tersebut. Sementara penularan dari ibu ke bayi dalam kandungan belum dapat dibuktikan.
Bayi yang terinfeksi COVID-19 juga bisa melakukan isolasi mandiri selama tidak bergejala atau memiliki gejala ringan. Pastikan juga bahwa orang yang merawat bayi, tidak terinfeksi COVID-19 dan mampu memantau kondisinya dengan baik.
Apabila kondisi bayi semakin memburuk selama isolasi mandiri, kamu wajib waspada terhadap beberapa tanda bahaya. Berikut ini beberapa tanda bahaya yang harus diperhatikan apabila kondisi bayi memburuk saat terinfeksi virus COVID-19:
- Demam tinggi
- Sesak napas
- Bayi tidak mau menyusui, baik dari dot atau ASI eksklusif
- Muntah
- Kejang
- Kuning.
Kapan bayi yang terinfeksi COVID-19 harus dibawa ke rumah sakit?
Orang tua atau wali harus segera mencari perawatan medis darurat jika mereka melihat tanda-tanda bahaya ini pada seorang bayi:
- Kesulitan bernapas atau sulit mengatur napasnya
- Ketidakmampuan untuk menelan cairan apa pun
- Ketidakmampuan untuk bangun
- Bibir mulai kebiruan.
Hal lain yang perlu kamu ketahui bahwa, sesak napas pada bayi bisa jadi tak terlihat atau terabaikan oleh pengasuh. Padahal sesak napas pada bayi merupakan salah satu tanda perburukan pada pasien COVID-19 yang harus segera ditangani.
Demi menghindari kondisi tersebut terjadi, sebaiknya pengasuh menghitung laju napas bayi secara berkala.
Normalnya anak usia kurang dari dua bulan bernapas 60 kali per menit, pada usia 2-11 bulan bayi bernapas 50 kali per menit. Jika lebih dari angka itu maka kemungkinan bayi sedang kesulitan bernapas.
Baca juga: Ibu Terinfeksi COVID-19, Boleh Menyusui Bayinya atau Tidak?
Apa penyebab bayi baru lahir bisa terinfeksi COVID-19?
Bayi di bawah usia 1 tahun mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit COVID-19.
Hal ini mungkin karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum matang dan saluran udara yang lebih kecil, sehingga membuat mereka lebih mungkin mengalami masalah pernapasan dengan infeksi virus pernapasan.
Terpapar virus dari orang-orang di sekitar
Seperti dilansir dari laman Mayo Clinic, bayi baru lahir dapat terinfeksi virus yang menyebabkan COVID-19 saat melahirkan atau terpapar oleh pengasuh yang sakit setelah melahirkan.
Jika kamu menderita COVID-19 atau sedang menunggu hasil tes karena gejala, selama rawat inap setelah melahirkan disarankan agar memakai masker dan jaga kebersihan tangan saat merawat bayi yang baru lahir.
Selain itu sangat disarankan juga untuk menjaga jarak yang wajar dari bayi jika memungkinkan.
Ketika langkah-langkah ini diambil, risiko bayi baru lahir terinfeksi virus COVID-19 diharapkan juga akan rendah. Namun, jika kamu menderita sakit yang cukup parah saat terinfeksi COVID-19, mungkin perlu dipisahkan sementara dari bayi yang baru lahir.
Disarankan agar pengasuh bayi memakai masker wajah dan mencuci tangan untuk melindungi diri mereka sendiri.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!